Beberapa waktu kemudian barista itu pun kembali bersama dengan Owner Cafe tersebut, yang tidak lain adalah Jonathan. Lalu kemudian Jonathan dan Rian berjabat tangan layaknya seorang teman lama.
Seraya berjabatan tangan, Jonathan sedikit melakukan basa basi dengan Rian. "Lama tak bertemu ya Rian, aku kira kau takan pernah kembali ke Jakarta, dan lebih memilih menikmati hari-hari indahmu itu di Bali." Sapa Jonathan kepada Rian hangat.
Dengan tertawa cengegesan layaknya sahabat dekat, Rian pun menjawabnya dengan begitu santai. "Ya aku juga berharap bahwa aku bisa melakukan itu, namun sayangnya, kenyataanya itu sangatlah membosankan, dan nampaknya di sini ada banyak sesuatu yang menarik!" Ucap Rian santai.
Lalu Jonathan menatap tajam kearah Vivian, seraya tersenyum lepar ia pun lalu membungkukan badanya sebagai pemberian hormat kepada Vivian. "Wahai dewi cantik yang ada di hadapanku, siapa namamu ?" Tanya Jonathan seraya tersenyum kagum menatap Vivian.
Wajah Vivian seketika memerah, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu sebelumnya oleh siapapun. Dengan wajah yang merasa tidak enak ia pun lalu tersenyum tipis dan berkata. "Vi..vivian." Jawab Vivian terbatah-batah.
Rian pun lalu menyempatkan diri untuk tertawa sejenak, sebelum akhirnya ia mengoyangkan kepalanya sedikit, sebagai kode untuk menyegerakan proses transaksi tersebut.
Jonathan lalu tersenyum gembira. "Baiklah, kalau begitu ayo kita lanjutkan di bawah saja." Ucap Jonathan yang kemudian langsung masuk kembali ke dalam dapur.
Rian dan Vivian pun mengikutinya dari belakang. Ternyata dapur tersebut adalah jalur atau pintu masuk menuju ruang bawah tanah tempat berkumpulnya para keluarga mafia tersebut.
Saat pertamakali berada disana, Vivian merasa benar-benar merasa terkejut disaat melihatnya, di sana benar-benar dipenuhi dengan orang berpakaian rapih, layaknya seorang eksekutif muda, mereka masih muda dan menggunakan setelan jas hitam lengkap dengan dasinya. Selain itu ada beberapa dari mereka yang wajahnya tidak asing bagi Vivian, yang mana Vivian pernah melihat wajah mereka di daftar pencarian orang.
Vivian yang tadinya berjalan tepat dibelakangnya Rian, kemudian ia langsung segera menyusul Rian dan mendekatinya lalu Vivian pun kemudian mulai berbisik, dan membisikan sesuatu kepada Rian. "Ternyata kau benar soal tempat ini," Dan Rian hanya tersenyum memandangi Vivian. "Beberapa dari mereka pernah kulihat wajahnya di daftar pencarian orang." Lanjut Vivian, seraya terus memperhatikan wajah orang-orang di sekitarnya.
Rian pun kemudian mendadak berhenti, dan karna Rian berhenti Vivian juga ikut berhenti, Rian kemudian mendekatkan mulutnya ke kuping Vivian, lalu dengan wajah yang cukup terlihat tegang, ia pun berbisik. "Asal kamu tau Vi, mereka hanya kroco saja, sebagian dari mereka aku kenal dengan pimpinannya. Jadi kamu tidak usaha mengkhawatirkan ataupun memikirkan mereka dahulu, saat ini kita harus memprioritaskan fokus utama kita terhadap Blue Bird Murder, persoalan mafia kau hanya cukup mengingat saja janjiku kepadamu saat di atas tadi." Ucap Rian yang kemudian tanpa basa-basi lagi, langsung melanjutkan berjalan mengikuti Jonathan yang kemudian juga diikuti oleh Vivian.
Ternyata diantara ruang bawah tanah tersebut ada sebuah pintu diujung tempat tersebut, yang mana tempat itu merupakan kantor dari Jonathan itu sendiri.
Jonathan lalu membuka pintu tersebut secara perlahan.
Ngeeek...
Seraya menjulurkan kedua tanganya kedepan pintu, ia juga sedikit membukukan badanya agar menunjukan kesopanannya. "Silahkan masuk." Ucap Jonathan sopan.
Rian dan Vivian pun kemudian masuk kedalam kantor Jonathan tersebut, lalu kemudian mereka duduk di salah satu sofa yang berada di sana, sedangkan Jonathan duduk di sofa yang berada tepat di depan sofa yang Rian dan Vivian duduki.
Kantor tersebut benar-benar terlihat begitu bersih dan seperti layaknya kantor biasa pada umumnya, hanya saja kursi yang digunakan di sana adalah sebuah sofa mahal yang sangat empuk dan nyaman. Sofa tersebut saling berhadapan dan dipisahkan dengan sebuah meja jati berkualitas tinggi yang berada di tengah-tengah sofa tersebut. Selain itu disana juga terdapat sebuah dispenser beserta air galonnya, serta di bawahnya terdapat satu buah toples berisikan biji kopi, teh dan juga gula. Sedangkan di sebelah kiri dispenser tersebut, terdapat satu buah meja kayu yang di atasnya terdapat sebuah mesin kopi, untuk membuat kopi.
Sedangkan di pojokankan kantor juga terdapat sebuah meja yang cukup besar yang di atasnya ada sebuah termos dan juga sebuah mesin kopi yang terlihat cukup tua dan lebih terlihat layaknya sebuah pajangan belaka. Lalu disana juga ada beberapa gelas yang tertata sangat rapih. Lalu di sebelah meja besar tersebut terdapat sebuah lemari besi yang cukup besar, yang mana di lemari besi tersebut berisikan banyak sekali file-file penting yang mana file itu merupakan segala macam informasi tentang dunia bawah, yang mana salah satunya merupakan informasi yang Rian cari.
Jonathan pun kemudian duduk dan menyilangkan kakinya dikurisnya yang terlihat sangat empuk itu. "Kalian mau minum apa, kopi atau teh ?" Ucap Jonathan basa-basi memulai sebuah percakapan.
Rian setengah tersenyum menatap Jonathan. " Tidak usah Jok, itu tidak perlu. Kita langsung ke intinya aja, karna seperti yang kau tau, aku itu tidak suka basa-basi."
Jonathan lalu tertawa terbahak-bahak dibuat Rian. "Oke Oke, baiklah, biarku ambilkan dulu file informasi yang kau cari." Ucap Jonathan yang kemudian bangun dari tempat duduknya itu. Kemudian ia lalu langsung mencari cari file tersebut di lemari besi yang berada di sebelah meja yang cukup besar.
Setelah beberapa menit mencari, akhirnya Jonathan berhasi; menemukan file yang ia cari. Lalu kemudian ia langsung memberikanya kepada Rian, dan kemudian duduk kembali. "Ini File berisikan informasi yang kau inginkan, aku tidak tau jika ini bisa membawamu lebih dekat kepada kasus pembunuh misterius itu, akantetapi jujur saja ketika kau berhasil menangkapnya aku yakin banyak para kepala keluarga yang bakal senang dan berterimakasih kepadamu ketika mereka mendengarkan kabar tersebut." Sahut Jonathan serius.
Rian yang sangat merasa begitu bersemangat melihat sebuah ampolop coklat yang berisikan file tersebut mengambil amplop tersebut dengan begitu cepatnya dari tangan Jonathan. "Ini saja sudah lebih dari cukup untuk mendekati kasus ini Jok." Ucap Rian dengan sangat-sangat percaya diri. Jonathan kemudian melepaskan amplop itu dari tanganya dan kemudian menatap Rian dengan serius.
Jonathan sekali lagi memandangi Vivian tajam, ia menyipitkan matanya dan mengerutkan dahinya. "Aku seperti pernah melihatmu sebelumnya, apakah kita pernah bertemu sebelumnya wahai nona cantik ?" Tanya Jonathan seraya menatap Vivian tajam.
Vivian hanya terdia dan memasanga tatapan wajah kosong kebingungan, ia takut bahwa jati dirinya sebagai polisi akan terungkap dan membuatnya menjadi semakin rumit. Lalu Rian tiba-tiba saja mengelus-elus rambut Vivian perlahan. Dan dengan wajah berwibawa ia berkata dengan tegas. "Namanya adalah Vivian, dia itu pacarku!" Seru Rian dengan maksud melindungi Vivian.
Seketika hal tersebut membuat Vivian malu bukan main, wajahnya memerah, hidungnya kembang kempis dan matanya berbinar-binar. "Duh..., apasih kamu itu!" Seru Vivian seraya melepas paksa tangan Rian yang masih mengelus-elus kepalanya, dengan maksud memainkan peran yang telah Rian mulai itu.
Jonathan lalu tersenyum lebar. "Benar-benar pasangan serasi." Sahutnya kagum. "Oh iya, dan satu hal lagi Ri, sebelum kau pergi, di dalam file tersebut bukan hanya berisikan informasi yang kau cari tetapi juga nomor dan alamat orang yang bekerjasama denganmu, dia bilang kalau dia bersedia akan membantumu untuk menangkap pembunuh tersebut jika kau membutuhkanya, kau hanya tinggal menelponya ataupun datang ke alamat yang telah ia berikan di file tersebut." Sahut Jonathan memberitahukan satu hal penting kepada Rian, yang mungkin saja suatu saat akan berguna untuk Rian.
Rian pun merasa tersanjung akan hal tersebut, dan tanpa ia sadari Rian bertepuk tangan karna hal itu sebagai tanda bahwa ia benar-benar tersanjung. "Wah wah wah, aku tidak menyangka akan mendapatkan banyak hal seperti ini, ini lebih dari win win solution yang aku pikirkan, baiklah kalau begitu terikasih Jok atas bantuanmu sebagai prantaraku. Ini benar-benar sangat membantu." Ucap Rian seraya menjulurkan tanganya untuk berjabat tangan dengan Jonathan.
Dan Jonathan pun menjabat tangan Rian. "Senang berbisnis denganmu juga Rian, ingat, tempat ini selalu terbuka untukmu." Ucap Jonathan yang kemudian melepaskan jabat tanganya.
Rian dan Vivian kemudian beranjak dari tempat duduknya, lalu mereka berdua pergi meninggalakan tempat tersebut.
~Apakah yang ada di dalam amplop tersebut ?~
Creation is hard, cheer me up!