Berulang kali gadis itu mengedip kan mata membiar kan cairan bening itu turun mengaliri pipi nya. Ruangan yang semula terisi oleh keluarga nya, Bram, dan polisi, kini hanya terisi ia sendiri. Ia tidak berniat beergerak sedikit pun dari kursi. Ia masih setia duduk di samping brangkar menemani seorang yang kata nya sudah tiada.
Ia meraih tangan dingin laki laki itu sebelum menggenggam erat dan menempel kan nya pada salah satu sisi pipi nya. Ia terkekeh hambar, "Kenapa sekarang keaadaan kita terbalik gini, ya Vin?"
Walau pun kedua mata nya memang terpejam pada saat itu, namun ia bisa merasakan bagaimana tangan laki laki itu menggenggam nya seakan hendak menyalur kan seluruh kekuatan laki laki itu pada nya. Bahkan setiap ucapan yang di lontar kan laki laki itu masih tersimpan bai kdi kepala nya.
"Lo terlalu berharga buat mendapat kan semua itu."