Perasaan ini...perasaan kesepian...kesedihan...keputusasaan...
Perasaan ini...perasaan yang sangat menyakitkan...
Perasaan dari seorang gadis yang tengah terduduk diam menangis sendirian tanpa seorangpun yang mendengar...
Tanpa seorangpun yang tahu...
Bayangan dari masa lalu itu selalu menghantui gadis yang sendirian itu. Rasa bersalah akan sesuatu yang terlihat jelas menancap dalam di dalam hati kecilnya.
Sebuah kesalahan yang tidak akan pernah dirinya sendiri maafkan.
Sebuah kesalahan yang telah membuat dirinya kehilangan sesuatu yang berharga.
Dari dalam lubuk hatinya, gadis itu sangat ingin semuanya berakhir...mimpi buruk ini...
"Lorelei..."
Tidak ada seorangpun yang mengerti tentangnya.
Semua kesedihannya...
Semua perasaannya...
Yang mereka lihat dari gadis itu hanyalah dia seorang gadis yang sangat cantik jelita, seorang ratu dari Mermaid.
Di dalam kesepian gadis itu tinggal.
Tinggal sendirian bersama dengan semua rasa penyesalannya di dalam kegelapan.
Perasaan ini...
Perasaan kepedihan ini yang membuat siapapun meneteskan air matanya akan ini.
Perasaan yang bahkan membuat Lilia dan yang lainnya meneteskan air matanya.
"Lelei..."
Mata Lilia yang indah dan berkaca-kaca itu menatap sosok gadis yang menyedihkan itu dengan tatapan penuh welas asih.
Lorelei yang masih dalam wujud pembalikannya itu berhasil menyampaikan perasaannya yang sebenarnya tanpa dikendalikan oleh apapun.
Perasaan yang membuat siapapun yang menerimanya akan langsung meneteskan air matanya seperti yang sekarang terjadi kepada Lilia, dan semua yang ada di sana termasuk Nirvelli, Shasha, bahkan penduduk kota kecil itu pun juga ikut merasakan perasaan yang sama.
Nirvelli dan Shasha sangat ingin mendekat dan memeluknya, memeluk Lorelei yang sekarang berdiam diri dengan tatapan kosong setelah semua kemarahannya telah direnggut oleh Edward yang entah ada dimana sekarang.
Masing-masing dari mereka pun akhirnya menyadari apa yang dimaksud Edward dengan itu. Memang betul walau Edward bisa mengusir kemarahannya tetapi dia tidak bisa mengembalikan Lorelei, yang bisa mengembalikannya adalah cinta dari orang-orang di sekitarnya.
Cinta sejati untuk mengusir segala kesepian dari gadis malang itu.
Sesuatu yang Edward sendiri tidak miliki.
Tanpa berpikir lagi Nirvelli dan Shasha segera pergi menghampiri Lorelei dibantu dengan sihir levitasi milik Chamuel.
Akhirnya mereka berdua bisa mengerti kebodohan mereka dengan jelas.
Mereka berdua selama ini terlalu menjauh dari Lorelei, teman tercinta mereka yang sangat mereka sayangi.
Keluarga mereka...
Rasa bersalah di dalam diri mereka menjadikan mereka bodoh, mereka berusaha memikul beban Lorelei sebagai ratu untuk membalas kesalahan itu tanpa menyadari apa yang Lorelei butuhkan sebenarnya.
Dengan air mata yang terus mengalir dari mata mereka, Nirvelli dan Shasha memeluk Lorelei dengan penuh cinta.
Mereka teringat saat pertama kali bertemu dengan Lorelei kecil, mereka sangat gembira bisa melihat Mermaid yang seusia mereka berdua. Perasaan itu yang menjadikan mereka bisa sangat dekat.
Chamuel pun tersenyum karena dia akhirnya paham dengan apa yang dikatakan Edward. Di dalam lubuk hati terdalamnya dia semakin mengagumi Edward yang sudah mengetahui hal ini lebih cepat dari yang lainnya tentang sesuatu yang sangat penting.
"Orang pasti akan memimpikan sesuatu yang tidak ada padanya..."
Chamuel tidak tahu sejak kapan Edward sudah menyadari ini, menyadari kalau sesuatu yang tersembunyi dibalik Lorelei yang selalu menginginkan cinta.
Cinta yang sebenarnya dibutuhkan Lorelei bukanlah sebuah cinta dalam artian romantis, melainkan cinta dalam artian keluarga.
Sebuah kehangatan dari cinta yang pernah dia rasakan dulu, itulah yang sebenarnya Lorelei benar-benar butuhkan.
Lorelei bukanlah seorang maniak seperti yang terlihat.
Alasan sebenarnya Lorelei menginginkan cinta sejati adalah karena untuk menghangatkan dirinya yang kesepian itu, kesepian di dalam dinginnya kegelapan.
Edward benar-benar bisa melihat itu dengan jelas karena tidak lain Edward dan Lorelei itu sama, tetapi terdapat perbedaan mutlak diantara mereka.
Satu perbedaan itu ialah...
Lorelei masihlah bisa diselamatkan...
"Maafkan kami Lore-chan (hiks) Kami...kami tidak pernah mengerti kamu (hiks)."
Seorang gadis yang menangis sendirian di dalam kegelapan tanpa seorangpun yang mengerti tentang dirinya tiba-tiba mendapatkan kehangatan yang luar biasa.
[Perasaan ini...perasaan yang sangat hangat dan nyaman...
Apakah ini adalah perasaan cinta?]
Dari belakangnya terlihat Nirvelli dan Shasha yang menepuk pundaknya sambil tersenyum riang seperti pada saat mereka pertama kali bertemu.
Lorelei dengan tatapan kosong itu mulai menyadari kehadiran Nirvelli dan Shasha yang memeluknya dengan isak tangis.
"Nir...velli...Sha..sha."
Awan lebat yang bercampur dengan hujan dan petir itu pun perlahan mulai mereda seiring dengan Lorelei yang mulai mendapatkan kesadarannya kembali.
Perlahan Lorelei mendapatkan kembali kesadarannya sampai seketika dia menangis di pelukan Nirvelli dan Shasha.
Dia menangis layaknya seorang gadis kecil, dia sangat kedinginan, dan kesepian.
Tidak ada cahaya yang datang kepadanya, tidak ada apapun, sampai-sampai dirinya menyerah dengan keadaannya.
Perlahan dan perlahan rambut cantiknya yang berubah menjadi hitam itu pun berubah warna.
Hujan yang sebelumnya sangat deras menerjang itu telah berhenti, berubah menjadi salju yang perlahan turun dengan anggunnya bersamaan dengan rambutnya yang cantik itu berubah warna menjadi putih bersih.
Itu adalah saat-saat yang mengharukan bagi Lorelei, kedua temannya, maupun anak-anak Zodiak yang lainnya.
Para anak-anak Zodiak yang lainnya sungguh terharu menyaksikan ini semua. Salah satu Saudari mereka, sang Pisces akhirnya setelah waktu yang terlampau sangat lama telah berhasil dibangkitkan.
Tetapi ini masih belumlah selesai semuanya karena Edward sekarang telah berada di sebuah tempat antah berantah bersama dengan asap yang menteleportnya kesini.
Asap itu telah berhasil lepas dari cengkeraman Edward.
Seorang dari ras Iblis yang bisa merasuki Lorelei dan mengendalikannya, tentunya dia bukanlah orang sembarangan tetapi sekarang yang ada di depan Edward bukanlah asap itu melainkan seorang wanita yang mempunyai tanduk.
Rupa makhluk itu sangatlah cantik tetapi sangat berbeda dari kecantikan seperti Chamuel dan yang lainnya. Iblis itu mengeluarkan kecantikan yang dapat menggoda nafsu dari laki-laki apalagi dengan penampilannya yang seperti itu.
Edward yang melihatnya masih belum tahu dia dari jenis Iblis apa tetapi persetan dengan itu, dia tidak peduli.
"Kau siapa? Dimana Iblis tadi berada?"
"Apa yang kau katakan? Akulah yang akan menjadi lawanmu, orang yang menjadi musuh tuan kami!"
"Tuan? Apakah dia Darklord?"
"BENAR SEKALI!", Ucap wanita itu meninggikan suaranya sambil tersenyum lebar.
Dengan matanya yang melebar sambil berpose seolah-olah seperti orang fanatik yang mau mengajak orang masuk ke golongannya dia berkata:
"Dialah Tuan kami sang kegelapan abadi! Dialah sang penguasa sejati dari dunia ini! Dialah sang agung!"
Wanita itu pun menunjuk ke arah Edward.
"Sedangkan kau! Kau adalah pengganggu baginya! Kau adalah sosok pengganggu yang harus dimusnahkan dari dunia ini!"
Edward mulai paham dengan situasinya.
Jika dipikir-pikir dirinya dan Darklord adalah sosok yang serupa. Dirinya sebagai sang Cahaya memiliki anak-anak Zodiak yang mendampinginya dan membenci Darklord sedangkan Darklord juga memiliki pengikut.
"Jadi begitu, jika tidak ada yang kalah salah satu maka ini tidak akan berakhir ya? kalau begitu baiklah."
Edward pun menatap tajam wanita itu.
"Kalau seperti itu maka sampaikan kepada junjunganmu itu kalau aku Edward akan membawanya ke alam baka! tentu kau akan menyusul kesana sebelum dia!"
"Membawanya ke alam baka? jangan bermimpi karena aku Kurohime akan me-"
Dengan sekejap mata Edward berada di depan wanita itu.
"Aku tidak memerlukan namamu!"
Edward pun menyerang wanita itu dengan pedang yang terbuat dari cahaya di tangan kananya berusaha untuk menusuk Kurohime.
Kurohime tidak sempat menghindari serangan yang sekejap mata itu pun tertusuk oleh pedang cahaya tepat di dadanya. Dia menatap wajah Edward dan mendapati wajahnya yang sama sekali tanpa ekspresi apapun.
Tidak ada kemarahan, ketakutan, atau apapun disana yang seolah-olah menandakan dia tidak mempunyai hati atau apapun.
"Kau memang tidak sabaran ya?"
Kurohime pun mengeluarkan aura kegelapan berusaha untuk menandingi cahaya tetapi...
Tidak ada satupun yang bisa menandingi cahaya. Itu adalah kemutlakan dari dunia ini.
Kekuatan kegelapan yang dimiliki Kurohime tidak berguna di depan cahaya karena cahaya akan meniadakan segalanya.
Kurohime pun terkejut melihat kekuatan kegelapannya sama sekali tidak berguna di hadapan Cahaya itu.
Apakah kegelapan miliknya masih belum kuat?
Apa dia terlalu lemah?
Semua pertanyaan itu menggantung di pikirannya sekarang.
"Ada apa? apa engkau tidak mau mengeluarkan kekuatan kegelapan yang engkau banggakan itu wahai makhluk pendosa."
Orang yang belum mengetahui kebenaran tentang dunia ini pasti akan bertanya-tanya tentang itu. Tentang kekuatan Cahaya yang sebenarnya.
Tidak ada yang tahu kebenaran tentang Cahaya dan sang Cahaya kecuali hanya beberapa orang saja. Mereka adalah orang yang berasal dari dunia lain, dunia yang telah runtuh di masa lalu.
Penduduk asli dunia ini tidak ada satupun yang tahu tentang kebenarannya, kebenaran tentang Cahaya.
Yang mereka tahu adalah sebuah kebohongan yang diceritakan oleh orang yang tidak tahu menahu tentang hal yang mereka jelaskan.
Melihat ekspresi Kurohime memberitahukan kepada Edward bahwa Kurohime sama sekali tidak tahu tentang Cahaya.
Itu membuat Edward merasa bodoh karena telah menganggap serius permainan ini tetapi persetan dengan itu semua, dia hanya punya satu tujuan.
Edward membentuk satu pedang lagi dengan Cahaya miliknya guna untuk menyerang Kurohime tetapi dengan sekuat tenaga Kurohime berusaha menangkis itu dengan menahan tangan Edward.
Setelah berhasil menahan tangan Edward, Kurohime berusaha menyerang tetapi serangan itu berhasil dihindari oleh Edward dengan jongkok dan alhasil Edward menjegal kaku Kurohime dan dia langsung melayangkan tinju ke perutnya.
Tinjuannya itu sangatlah keras sehingga membuat tanah berbatu itu hancur berkeping-keping.
[Inikah kekuatan sang Cahaya?] Kurohime berkata di dalam hatinya.
Meskioun tidak terluka cukup fatal, Kurohime segera berlari menjauh dari Edward.
Pada saat ini dia sadar bahwa apa yang dia hadapi sekarang ini bukanlah sesuatu yang bisa dibuat jadi lelucon.
*Tap tap tap* Edward berlari dengan sangat cepat menuju Kurohime sambil membawa dua buah pedang.
"Apa kau pikir aku akan membiarkanmu pergi?"
Kurohime yang melihat Edward yang berlari dengan sangat cepat menuju ke arahnya itu pun bersiap mengeluarkan sihir.
Dia memajukan tangannya dan membentuk lingkaran sihir tetapi...
*Wuss*
Edward melemparkan salah satu pedangnya ke arah Kurohime dan pedang itu pun menghapus segala sihir yang mau dikeluarkannya sekaligus lingkaran sihirnya.
"Apa?!"
Merasa tidak ada pilihan lain, Kurohime pun mengeluarkan pedang miliknya.
Dia merasa kalau menyerang Edward dengan sihir tidak akan mempan, untungnya Kurohime sendiri sangat ahli dalam urusan berpedang sehingga dirinya tidak merasa kehilangan harapan.
*Cling*
Adu pedang andara mereka berdua pun dimulai. Sambil berlari, Kurohime menangkis semua serangan dari Edward.
Mereka berdua terus beradu pedang sambil berlari dengan cepat. Baik Edward maupun Kurohime masih belum terlihat ada pihak yang kalah.
F buat si N0dachi