Saat setelah itu Forth pun pergi sedangkan Evelyn dan yang lainnya kembali. Lilith yang identitasnya telah dibongkar oleh Fouth, dia benar-benar diam seribu kata terhadap Evelyn maupun Sharon.
Dia sama sekali tidak tau harus berkata apa kepada mereka berdua karena selama ini sudah menyembunyikan semua ini, terlebih lagi setelah mendengar apa yang Fouth katakan kepadanya sebelum Fourth pergi.
Itu adalah sesuatu yang tentunya tidak bisa dia ceritakan kepada Sharon maupun Evelyn tetapi di sisi lain dia tidak seharusnya menyembunyikan ini dari Sharon kalau dia masih menganggap Sharon sebagai teman.
Tetapi di dalam hatinya dia sangat ragu dan malah dia tidak ingin mengatakannya.
"Lilith…" Sharon memanggil.
Sharon sendiri juga tidak tahu bagaimana dia harus bereaksi setelah mendengar tentang Lilith yang sebenarnya dia adalah Leviathan yang juga sama sekali dia tidak menduganya.
"Umm…"
Suasana canggung diantara mereka itu membuat semuanya tidak nyaman, bahkan Evelyn juga merasakan hal yang sama.
Dia memang tahu kalau secara umum, Manusia dan Demon saling bermusuhan satu sama lain dari pecahnya Perang Besar Dunia pertama sampai sekarang.
Perang besar pertama itu sudah berakhir dua puluh tahun lalu tetapi sampai sekarang luka yang ditinggalkannya masih tetap terasa di dalam hati orang-orang karena memang saking banyaknya korban yang meninggal, bahkan hilang di dalam perang itu.
Evelyn menghela napasnya.
"(sigh) Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Evelyn sendiri sebenarnya cukup pandai dalam berkomunikasi, tetapi saat ini dia benar-benar tidak tau bagaimana cara yang bagus untuk menghadapi situasi ini.
Akhirnya mereka bertiga hanya terdiam seribu Bahasa bahkan setelah sampai di istana Elf dan kembali ke kamar yang sudah disiapkan untuk mereka bertiga.
Situasi canggung it uterus berlanjut sampai tiba-tiba Lilith menghirup napas dalam-dalam dan mengeluarkannya.
Dia berpikir mungkin ini memang sudah saatnya dia berpisah.
Dia teringat dengan tujuan awalnya kenapa dia bisa berada di Iume. Pada saat itu sebenarnya dia hanyalah seorang iblis menyedihkan yang mengharapkan pertolongan, tetapi dia bertemu dengan Edward dan yang lainnya yang akhirnya sampai pada masa sekarang saat dia memiliki orang-orang yang dia anggap sahabat.
Lilith sempat berpikir untuk melupakan masalah itu dan memilih kehidupannya yang sekarang bersama dengan Sharon dan yang lainnya, tetapi kata-kata Fourth seakan-akan menyadarkannya dan menyuruhnya untuk keluar dari ilusi ini dan menghadapi apa yang seharusnya dia hadapi.
Dengan wajah yang serius, dia pun berkata "Ada sesuatu yang harus kubicarakan kepada kalian…"
Evelyn dan Sharon pun berhenti dan menatap Lilith.
"Sesuatu ?"
Lilith mengepalkan tangannya dan terlihat dia seperti mempersiapkan diri.
"Tentang besok…"
Evelyn pun senang karena setidaknya ada salah satu dari mereka yang mau berbicara.
"Iya, ada apa?"
"Aku…akan pergi sendiri."
Mereka berdua terkejut mendengarnya.
"Lilith, apa yang kamu katakan" Tanya Evelyn.
"Kau, apa kau sudah kehilangan akal?"
Reaksi ini adalah sama seperti yang sudah diperkirakan oleh Lilith. Lilith memang tidak terlalu lama sampai bertahun-tahun mengenal Sharon dan Evelyn, tetapi dia paham kalau mereka adalah orang yang sangat baik.
"Akan aku ceritakan sebuah cerita tentang Leviathan…sebuah cerita kuno yang diwariskan kepada kami orang yang mewarisi tekadnya sebagai salah satu utusan sang dewa."
Pada jaman dahulu saat para Ras Demon di Iume masih terbagi-bagi berdasarkan ras dan suku, pada saat itu adalah masa yang sulit karena perang antar ras dan suku sering terjadi. Mereka yang menang akan menjadi penguasa atas mereka yang kalah. Banyak diantara ras dan suku Iblis yang kalah dijadikan budak pekerja, atau kalua tidak maka mereka akan dibantai.
Pada jaman itu juga terdapat wabah penyakit yang sangat mematikan yang diakibatkan oleh tikus di daerah kumuh tempat para budak yang dengan cepat menjangkit para demon yang menyebabkan banyak tumpukan mayat dimana-mana.
Pada saat itu dunia Lapha memang terasa sangat kelam dan kejam bak neraka. Dunia dimana sudah tidak terlihat cahaya harapan disana. Akan tetapi suatu saat terdapat seseorang yang misterius yang datang ke suatu tempat, tepatnya di suatu desa di wilayah dekat dengan laut.
Pada saat itu ada seorang anak yang bersaksi melihat orang itu keluar dari laut dan berjalan ke pantai.
Orang Misterius itu berjalan dan dia tersenyum kepada anak itu.
Dia sangat terpukau akan ke-elokan wajah dari demon itu sampai dia lupa akan rasa sakit dari penyakit yang dideritanya.
Orang itu pun lalu berjalan ke sebuah pemukiman penduduk terdekat dan disana dengan ajaibnya semua penduduk disana sembuh dengan sendirinya.
Orang itulah yang menjadi orang yang mengakhiri wabah yang mematikan itu dan juga orang yang mengakhiri semua perang yang terjadi antara para ras Demon dan juga semua yang berada di Lapha. Bersama orang-orang kepercayaannya, ia menyatukan semua ras yang ada di Lapha dan akhirnya setelah itu dia menghilang dari dunia ini secara misterius.
Karena itulah orang-orang memuja dan menyebut dirinya sebagai utusan sang dewa, dan mereka yang menjadi orang-orang kepercayaannya mendirikan sebuah negeri yang yang terletak di atas laut tempat pertama kali dia terlihat dan untuk menghormati segala jasanya, mereka semua mengagungkan nama penyelamat mereka dan semua orang yang menjadi pemimpin dari negeri itu maka dia harus mengganti namanya dengan nama nama sang penyelamat.
Leviathan…
"Itulah kisah terbentuknya negeriku dan asal mula nama Leviathan…"
"Hmmm…kenapa kisah itu sangat berbeda dari yang aku dengar?" Sharon bertanya-tanya.
Ya, kisah ini sebenarnya kisah yang tidak semua orang tahu dan Lilith pun mendengar kisah ini dari ibunya sendiri yang bisa dibilang juga dulunya adalah seorang gadis kuil sehingga tidak heran kalau dia bisa tahu.
"Karena itulah sebagai orang yang masih menyandang nama Leviathan, aku tidak bisa mengandalkan orang lain."
Evelyn mengerti perasaan Lilith yang ingin menjadi seperti orang yang ia sandang namanya sekarang, tetapi tetap saja Evelyn tidak bisa membiarkan Lilith begitu saja karena ini terlalu bahaya.
Evelyn memegang kedua pundak Lilith dan menatap matanya.
"Lilith aku mengerti perasaanmu, aku pun juga sama denganmu aku ingin menjadi seperti tuan Edward tetapi jika aku sampai memaksa diri sendiri terlalu jauh maka itu akan membuat diri sendiri terluka."
Sharon pun juga menambahi, "Edward pun juga sama sepertimu, dia suka memaksakan dirinya sendiri karena beban yang ia tanggung. Tetapi itulah gunanya aku mendampinginya, dan Itulah gunanya Lily, Chamuel, White, dan yang lain mendampinginya bukan?"
Lilith bahagia dia mempunyai sahabat seperti mereka yang sangat peduli dengan dirinya. Dia sangat bahagia, dia ingin sekali selamanya bersama dengan sahabatnya itu akan tetapi sayangnya…
"Tidak Shar, kau tidak mengerti…"
Lilith menundukkan kepalanya dan terlihat ekspresi sedihnya.
"Aku mendengar tentang cerita masa lalumu…tentang keluargamu dan semuanya tetapi aku menyadari satu hal setelah aku berbicara dengan Fourth…"
Lilith mengepalkan tangannya dengan erat dan dia pun menoleh ke arah Sharon.
"Desamu…desa itu…yang menyuruh untuk menyerang desa itu sepuluh tahun lalu adalah aku, Leviathan!"
Sontak Sharon sangat terkejut mendengar itu.
"Desaku…kau…? kau…menyerangnya…"
Bukan hanya Sharon, Evelyn juga sangat terkejut dengan apa yang Lilith katakan yang sampai-sampai membuatnya tidak bisa berkata apapun.
"Lilith, kamu bercanda kan?"
Lilith menggelengkan kepalanya.
"Sepuluh tahun lalu di perang besar kedua, para Demon dari Masgreamlah yang menyerang desa itu. Kamu bisa bertanya ke para Demon lain dan mereka akan mengatakan hal yang sama."
Sharon langsung menarik kerah Lilith.
"DIAMLAH DAN KATAKAN KALAU INI SEMUA HANYA OMONG KOSONG!" bentak Sharon.
"Dua puluh tahun lalu saat perang besar pertama meletus, hanya kerajaan Masgreamlah yang tidak ikut serta dalam perang itu karena ayahku menolaknya sehingga setelah perang yang menelan jutaan korban dari pihak Demon itu selesai kami menjadi kerajaan dengan militer terkuat di Lapha. Setelah ayahku tiada delapan belas tahun lalu akulah yang menjadi Leviathan dan di perang besar kedua-"
"Diam…aku mohon…jangan katakan apapun lagi…" Mohon Sharon sambil berusaha menahan air matanya yang sudah membasahi pipinya.
Lilith sudah menebak begitulah reaksi Sharon dan Evelyn terhadap apa yang ia katakan ini.
"Sudah kuduga kalian akan menjadi seperti itu…kamu adalah sahabat yang sangat baik. kamu tidak sanggup untuk membunuhku disini untuk membalaskan dendam."
[Tetapi wajar walau bagaimanapun akulah yang salah]
Lilith melepaskan kerahnya dari tangan Sharon yang melemas dan Sharon pun dia hanya terduduk sambil menangis menundukkan kepalanya.
Sharon sama sekali tidak tahu apa yang harus ia rasakan sekarang. Marah? Sedih? Dia sama sekali tidak tahu itu.
"Tetapi aku mengerti ini, kamu tidak perlu mengotori tanganmu karena aku…aku…"
Lilith mengepalkan tangannya, bahkan dia menggigit bibirnya sendiri untuk menahan tangis.
Dengan hati yang sakit, dia pun berbalik dan berlari keluar ruangan itu tetapi saat itu Evelyn melihat…
Dia melihat air mata Lilith dan ekspresinya yang terlihat sangat sedih di sepersekian detik saat Lilith berbalik.
"Lilith!"
Lilith berlari keluar dari keluar sambil berlinang air mata.
[Hatiku sakit…sangat sakit…
Kenapa dunia ini begitu tidak terprediksi dan kejam kepadaku?
Saat aku mulai menemukan kebahagiaanku. Itu semua selalu lenyap dalam sekejap!
Dia tidak akan pernah bisa kembali ke dua sahabat baiknya itu tetapi…]
Lilith pun berbalik untuk terakhir kalinya.
"Hari-hariku sangat menyenangkan bersama kalian…"
Hari-hari yang penuh canda dan tawa dan kehangatan. Walaupun Aria sangat keras melatih mereka, tetapi pelatihan itulah yang mempererat hubungan antara mereka semua layaknya saudara.
[Aku yakin kalau kita sudah tidak akan bertemu lagi, tetapi aku yakin tanpaku, kalian yang sekarang akan baik-baik saja. Walau ini tidak cukup untuk permintaan maafku, tetapi setidaknya aku akan mencoba menggagalkan rencana 'dia' walau aku yakin kalau aku juga akan berakhir disana]
Lilith pun memberikan senyuman terakhirnya.
"terima kasih…."
Sementara itu Julius bersama dengan Claire sekarang berada di dalam markas utama. Dia saat itu mendengar kabar bahwa markas utama kekaisaran Miyako sudah jatuh dan Tamamo-no-Mae sebagai pemimpin sekarang menghilang entah kemana.
Pada malam itu dia menerima sebuah surat rahasia dari seseorang yang memintanya untuk melakukan sesuatu yaitu menunda terjadinya perang ini. Surat itu tidak lain adalah surat yang berasal dari Genbu yang sekarang tengah bersembunyi setelah penyerangan yang dilakukan Edward kesana.
Julius memang sudah mengira kalau Tamamo no Mae yang disana hanyalah sebagai boneka pemicu perang saja, dia bukanlah orang yang mendalangi perang ini.
Tentu para rakyat kekaisaran banyak yang mendukung keputusan Tamamo-no-Mae sebagai pemimpin mereka dan untuk menghentikannya juga diperlukan kehadiran Tamamo-no-Mae yang sekarang bersama dengan Edward.
"Kak Julius, kakak kelihatan lelah. Kenapa kakak tidak istirahat saja?"
Julius menoleh ke Claire.
"Saat ini kita berada di dalam situasi dimana perang bisa pecah kapan saja. Walau Genbu memintaku untuk menunda perang ini tetapi aku harus tetap memastikan di pihak kita tidak mengalami kerugian. Terutama aku juga mendengar kalau pihak Kekaisaran Miyako juga sudah bergerak."
Julius pun kembali melihat peta yang terbuka di meja.
Peta itu adalah peta yang menggambarkan daerah-daerah negara-negara yang berada di Benua itu yaitu antara Kerajaan Suci Elf Aulerial yang berada jauh di barat, Republik Dwarf Dvarzwerg, Kerajaan Narrentines, Great Britain, Kekaisaran Aritophia, dan Kekaisaran Miyako.
Julius sendiri memang sudah tahu kalau perang ini memang didalangi oleh orang yang kemungkinan mempunyai pengaruh yang besar dikarenakan di perang ini tidak hanya kekaisaran Miyako saja yang menjadi musuh mereka, tetapi Republik Dvarzwerg yang merupakan negeri para Dwarf dan juga kerajaan kerajaan Narrentines yang dua-duanya juga mempunyai wilayah yang berbatasan dengan Kekaisaran Aritophia.
Bisa dibilang keadaan kekaisaran saat ini terjepit antara Kekaisaran Miyako di Timur, Republik Dvarzwerg dan kerajaan Narrentines di barat.
Tetapi berkat Edward atau Xavier yang sudah menyadari ini semenjak awal, dia meminta bantuan ke raja Arthur Pendragon untuk menghalau pasukan Narrentines, tetapi masalahnya adalah para Dwarf.
Julius sudah memerintahkan Carmilla untuk mengawasi pergerakan para Dwarf tetapi sampai sekarang dia sama sekali belum menghubunginya dan ini aneh.
Carmilla memang seorang Vampir yang aneh, tetapi dia adalah anggota 10 ksatria tetap yang sudah ada semenjak pertama kali Alexander menjadi kaisar jadi dia pasti sudah sangat berpengalaman tentang tugasnya sendiri juga Carmilla adalah salah satu anggota sepuluh ksatria yang kuat jadi tidak banyak orang yang bisa menang melawannya.
Juga di bagian barat sudah ada Klan Kurogami walau tanpa kehadiran Verzz tetapi mereka adalah pasukan terkuat kekaisaran. Ditambah dengan George Gurgen dan Saint Florentia beserta pasukannya yang bersiaga disana.
Di bagian barat Kekaisaran memang disana adalah daerah kekuasaan Saint Florentia dan sir George Gurgen.
Valentina Florentia sendiri merupakan salah satu Saint dari Order of Celestials yang memimpin wilayah khusus kekaisaran yang dimana rakyatnya adalah penganut agama Illuminosyn. jadi Julius yakin kalau para Dwarf juga tidak berani menyentuh wilayah itu karena jika mereka sampai melakukan itu maka Kerajaan Suci Aulerial tidak akan tinggal diam.
Sedangkan untuk wilayah sir George, Julius sudah memberikan bantuan tambahan pasukan kepada mereka dan sir George sendiri terkenal dengan kejeniusannya dalam taktik dan strategi berperang.
10 Knights:
Yamamoto Kurogami #0
Marielle #1
Carmilla #2
Astral Yorde #3
Saint Valentina Florentia #4
Verzz Kurogami #5
Julius von Edelt #6
Illmeria Alstro von Schlubert #7
George Gurgen #8
Alberth van Ludenberg #9