Langkah kaki pria yang belum dikenal itu mendekati posisi Zhi Yang terpelangah ketika melihat sosok pria tersebut. Sontak, matanya melebar luas ke hadapan pria berpenampilan tertutup.
Bertudung kerucut membulat menutupi raut wajahnya, tatapan mata merah bersilau dengan sempurna. Serta lirikan matanya mulai menyoroti kedua pandangan Zhi Yang.
"Kau harus bersiap untuk kembali," sebutnya.
"Hah? A-apa maksudmu?" keluh Zhi Yang terlonjak dengan penampilan pria tersebut.
"Zhi Yang!!"
Terdengar seruan yang menyapu jalanan hingga kedua orang yang sedang bertemu itu pun terlonjak. Zhi Yang yang hendak kembali menatap si pria yang ada di hadapannya tak dapat meraih kesempatan kembali.
Pria asing itu menghilang dengan cepat dan dengan sendirinya. Zhi Yang beranjak kaget sembari menatap penglihatan yang ada di depan matanya. Kecurgaan terlukis di kedua bola yang berputar ketika mellihat pergerakan pria itu tak tembus mata.
Shan Mi bersama kedua pria menyusul dirinya hingga menyeru kesal ke arahnya. "Nona, kau dari mana saja? Aku mencarimu ke mana-mana, tetapi kau ternyata sudah ada di sini," kesalnya menepuk bahu perlahan pada Zhi Yang.
Tapi, jemari Zhi Yang malah berdiri mengayun ke arah depan sembari menatap lamunan yang ada di depan matanya. Entah apa yang dimaksud oleh Zhi Yang, ketiga orang itu menatap curiga kepadanya.
"Nona, apa yang kau lihat?" tanya Shan Mi penasaran.
Lagi-lagi, mereka seakan mengingat kejadian tepat di sepuluh tahun belakangan. Dimana posisi nona Zhi Yang menjadi seorang yang ling lung dengan pandangan ke sekeliling tempat.
"Aku melihat orang asing datang ke sini," ungkapnya.
Semua saling memeriksa ke depan jalanan, tetapi pandangan mata sungguh tak memperlihatkan siapapun yang tampak. Fei Ong menghampiri sang nona sambil merundukkan pandangan.
"Nona Zhi Yang, sebaiknya Anda beristirahat! Ini sudah larut malam, tidak baik Anda terus berdiri di luar," pinta Fei Ong dengan hormatnya.
Ketiga orang itu masih memandang dirinya penuh dengan kehormatan. Tidak akan terlepas dari mereka perilaku seorang pelayan kepada Zhi Yang. Merasa menaruh budi kepada kedua orang tua Zhi Yang yang sudah membebaskan mereka menjadi seorang budak.
Serta, melepaskan mereka menjadi pelayan biasa. Yang tidak tergantung oleh namanya budak. Shan Mi pun meraih lengan nona Zhi Yang, lalu mengajaknya ke halaman belakang menuju kamar tidur.
Kedua pria itu saling memandang dan mengikuti keputusan Shan Mi untuk kembali ke dalam bagian rumah belakang.
Zhi Yang mendengus napasnya ketika yang dilihat sungguh menghilang dalam hitungan detik. Bahkan, pria itu tidak meninggalkan kata pamit maupun suara entakan kaki yang tertinggal.
"Sungguh aneh!" gumamnya dalam hati.
Di depan pintu kamar Zhi Yang, mereka pun berpisah dengan kedua pria pelayan tersebut.
Sementara itu, Shan Mi tetap berada di posisi yang mengharapkan cerita dari kejadian tadi.
"Apa yang terjadi padamu? Apa karna kejadian sepuluh tahun yang lalu?" tanya Shan Mi penasaran.
"Aku melihat seorang pria yang datang dengan penampilan tertutupnya. Jubahnya berwarna hitam gelap, memiliki bola mata merah, tetapi wajahnya sungguh tak terlihat. Dia mengatakan satu kalimat yang tidak aku mengerti," ungkap Zhi Yang masih kebingungan dibuat oleh pria asing tadi.
"Shan Mi, apa dia hantu?" sebut Zhi Yang melempar pertanyaan yang menakutkan.
"Aiiish, jangan menakutiku, Nona! Hantu memang ada, tetapi saat ini kita tidak usah memikirkan hantu," gerutu Shan Mi.
"Tapi, kalau boleh tahu. Apa yang dia katakana kepadamu?" lanjut Shan Mi.
"Dia mengatakan …."
"'Kau harus bersiap untuk kembali,' itu yang dia katakan padaku," sebutnya.
Shan Mi mengerutkan keningnya, lalu menaikkan alis sebelah dengan sangat tinggi. "Nona, bisakah kau menolongku? Sekali ini saja!" lirihnya.
"Ya, kenapa?" lontar Zhi Yang.
Shan Mi membukakan pintu kamar untuknya, lalu menjulurkan tangannya ke dalam ruangan. "Tidurlah dengan nyenyak, aku akan menunggu nona di sini agar kau bisa tertidur dengan nyenyak tanpa berkhayal yang aneh-aneh."
Zhi Yang tak sanggup melanjutkan perkataannya, lalu menggigit rapat-rapat bibirnya. Seakan-akan menggerutu ke wajah Shan Mi yang sudah membuatnya kecewa. "Bukannya kau tadi memintaku untuk menceritkan??"
"Baik, Nona. Aku minta maaf. Tapi, aku tidak ingin mendengar cerita anehmu itu, ini sudah malam," keluh Shan Mi kemudian menutupi pintu rapat-rapat.
Shan Mi akhirnya merasa puas ketika melihat tubuh Zhi Yang sudah terdorong memasuki ruangan. Tidak ada lagi yang harus dibahas di situasi malam begini. Rautnya mendengus panjang sambil menengadahkan pandangan ke langit-langit tiang rumah panjang tersebut.
Di balik dinding, Zhi Yang memperlihatkan raut gelisah dari penampakan pria aneh tersebut. Pikirannya masih dipenuhi rasa penasaran dari kemunculan orang aneh tadi. Pandangannya memutar ke sekeliling ruangan yang tidak terlalu luas.
Sekarang, dia bukan lagi orang yang dipenuhi dengan harta yang banyak. Zhi Yang menduduki tempat tidur sederhana dengan hanfu sederhananya.
Matanya merunduk teduh menatap lantai dalam kamar. Di samping penglihatan, beberapa peralatan sudah bertumpuk dan tidak diganggu oleh Shan Mi.
"Aku harus secepatnya tiba di kota Xi'an," putus Zhi Yang dengan sendirinya.
"Aku ingin kembali ke masa depan, tetapi hatiku masih ingin tinggal di masa ini," gumamnya bimbang.
Ia pun merebahkan tubuh ke atas pangkuan tubuh ternyaman. Suasana malam redup dari cahaya lilin yang menyala kini berubah menjadi hitam menggelap. Rasanya mustahil dengan cerita dirinya saat ini.
Memiliki penyakit langka memang tak bisa dipungkiri. Akan tetapi, mimpi yang nyata bahkan memberinya kesempatan untuk hidup.
***
Masih di bawah keteduhan genting yang memanjang. Zhao Yang kini diiringi oleh beberapa wanita penggoda bersama dengan seorang pengawal pribaginya—Jing Mi. Melewati beberapa meja yang dipenuhi dengan orang-orang bermain kartu judi.
Para wanita dan lelaki ikut menikmati malam indah bersama permainan beserta wanita. Lantunan musik mengiringi langkah mereka menuju lantai berikutnya.
Zhao Yang dihargai oleh si pemimpin wanita itu. Semua orang memandang dirinya iri, dengan diikuti oleh para wanita yang terkhusus itu.
Mereka pun melewati lorong yang ada di sudut ruangan. Kini, lantunan musik tak lagi terdengar oleh para telinga yang bergetar.
Zhao Yang mulai berhenti, lalu memutar badannya.
"Sampai di sini, siapkan kamar untukku!" perintahnya menjulurkan bungkusan berisi koin mendekati tubuh si pemimpin wanita tersebut.
"Terima kasih, Tuan. Akan kami layani Anda!" bisik si wanita itu.
"Jangan ada satu pun orang yang mengganggu kami," pinta Zhao Yang serius.
"Baik, Tuan!" sahut dari mereka para wanita penggoda.
Pintu pun terbuka dengan lebarnya. Zhao Yang memasuki ruangan diikuti oleh Jing Mi beserta para wanita tersebut. Salah satu dari mereka menutupi pintu kamar dengan perlahan.
Zhao Yang menduduki kursi sambil diikuti oleh para wanita. Sambil menuang minuman ke dalam gelas sekoci, Zhao mulai membisikkan sesuatu kepada Jing Mi. Dia pun mengangguk lalu meninggalkan dirinya bersama para wanita.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!