Tải xuống ứng dụng
28.57% The pursuit of love ( NaruSaku ) / Chapter 2: 2. Patah hati.

Chương 2: 2. Patah hati.

2. Patah hati.

Aku meyakinkannya bahwa dia pasti bisa lebih dekat dengan Sasuke. Aku tahu jika cara ini menyakiti diriku sendiri, tetapi aku akan tetap melakukannya karena dengan cara ini kita bisa saling berbicara dengan bebas. Senyuman itu selalu membuatku tak bisa memungkiri sekarang aku sedang jatuh cinta.

"Kamu sangat baik padaku, aku sangat berterima kasih."

"Sama-sama, inilah arti persahabatan kita untuk saling membantu," kataku.

Tangan kanan ini menyentuh pipinya dia hanya tersenyum dan pergi begitu saja, aku melihatnya berlari menuju pintu sampai pintu tertutup rapat. "Kenapa dadaku masih terasa sesak meskipun semua yang aku lakukan untuknya." Saat aku memejamkan mata tanpa sadar aku tersenyum karena mengingat senyumnya aku bahagia dalam sakit hati. Saat aku termenung di kelas, satu-satunya hal yang bisa kupikirkan adalah Sakura tidak akan patah hati saat Sasuke menolaknya seperti yang terjadi pada Ino saat itu.

Tiba-tiba aku merasa cemas dan bangkit dari tempat duduk. Aku mulai berlari karena perasaan tidak nyaman ini mulai membuatku gila. Aku berhenti ketika melihat kerumunan siswa bertepuk tangan dan memberi kata-kata.

"Aku tidak menyangka Sasuke akan menerimanya!"

"Akhirnya balok es ini punya pacar juga!"

"Ssst, lihat caranya menatapmu, sebaiknya kau diam saja Kiba!"

Saat aku hendak melangkah mendekat tiba-tiba tanganku ditarik oleh kakakku dia menarikku dengan paksa dan memastikan hanya kami berdua di lorong sekolah. Matanya begitu tajam sehingga dia tampak marah padaku, aku hanya bisa tersenyum saat melihatnya. { plak! } Tamparannya begitu keras hingga membuatku berhenti tersenyum.

"Kupikir kamu tidak melakukannya! Kamu benar-benar bodoh!"

"..."

"Sekarang bagaimana jika ini yang kamu rasakan sakitnya! Kamu puas dengan apa yang kamu lakukan sekarang!"

Rasa sakit di hatiku ini lebih sakit daripada tamparan yang hilang di pelukan kakak perempuanku yang mungkin khawatir dengan keputusan yang aku buat. Isak tangisnya menggantikanku yang seharusnya menangisi diriku sendiri. Aku merasakan pelukan yang begitu hangat saat aku patah hati.

***

Aku merasa senang dan terluka. Dia selalu berbicara tentang pacarnya di depanku, aku hanya menyapa dengan senyum hangat untuknya. Dia memegang kedua tanganku dan meminta maaf karena pacarnya memintanya untuk tidak berhubungan denganku lagi.

"Aku mencintaimu," kataku.

Dia terlihat terkejut dan menatapku dengan mata sedih diikuti dengan permintaan maaf darinya dia tidak memiliki perasaan terhadapku karena dari awal aku menyatakan cintaku sampai sekarang aku ulangi dia hanya menganggapku sebagai teman. Tanpa sadar aku mencegahnya pergi dan berharap dia tidak menuruti permintaan pacarnya agar kami tidak bertemu. Dia hanya diam dan mencoba melepaskan cengkeramanku.

Dia berkata, "lupakan aku dan temukan seseorang yang mencintaimu." Aku tidak percaya dia akan mengatakan sesuatu seperti itu dengan tegas terlepas dari perasaanku. Tanpa sadar aku mencengkeram bahunya dengan kedua tangan, aku meyakinkannya untuk tidak menjauh dariku, dia menggelengkan kepalanya dan mencoba meyakinkanku bahwa apa yang aku katakan adalah sesuatu yang salah. Tamparan dengan suara yang keras membuatku terdiam aku hanya melihat wajahnya yang terlihat kecewa karena aku begitu egois dan memaksa.

Setelah kejadian itu dia selalu menghindariku aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan sekarang bermesraan dengan pacarnya. Di jendela ruang kelas lantai dua aku bisa melihat dengan jelas sekarang bahwa dia berpegangan tangan dengan seorang pria yang dia pikir adalah cinta sejati. Di ruang kelas yang sepi aku masih berdiri di sini dan tidak ingin bergerak tidak peduli seberapa keras aku masih bisa melihat kejadian itu berulang kali.

"Jadi kamu masih di sini."

Aku menoleh ke arah pintu keluar kelas. Aku melihat wakil ketua OSIS berdiri di ambang pintu dengan senyum yang tidak bisa aku jelaskan karena dia terlihat sedih.

Aku menyambar tas yang tergantung di sudut meja, aku memutuskan untuk pulang tapi dia berdiri dengan bersendekap dada di depan pintu. Aku tidak mengerti apa yang dia lakukan tiba-tiba bertingkah begitu sombong.

Dia melangkah maju dan berkata, "kamu terlihat menyedihkan karena gadis seperti dia."

Jika dia bukan seorang gadis, aku akan meninjunya dengan keras, beraninya dia berbicara dengan kurang ajar. Dia menekan dadaku dengan tangan kanannya dia menatapku dengan seksama. Aku balas menatapnya dengan tatapan tidak peduli dia hanya pengganggu dan berani berbicara kasar tentang Sakura.

"Kamu pria yang baik, kamu tidak pantas mendapatkan luka di hatimu," katanya. "Ada pepatah yang mengatakan bahwa lebih baik dicintai daripada mencintai dengan luka di hati."

"Jika kamu mencintai seseorang jangan takut untuk terluka," kataku.

"... Bodoh."

Apa yang dia katakan memang benar bahwa lebih baik dicintai daripada sebaliknya, tetapi aku tidak pernah berpikir ada orang yang akan mencintai orang sepertiku. Aku bukan tipe orang yang pandai bergaul dan tidak punya teman, aku hanya bisa sendiri tapi setelah aku bertemu Sakura pertama kali aku sekolah disini aku merasakan sesuatu yang hangat di dadaku dengan debaran yang kurasakan.

Tidak jauh dari depanku ketua OSIS berdiri. Aku melewatinya tanpa mengucapkan sepatah kata pun karena aku tidak suka dengan sikapnya. Dia mengulurkan tangannya dan menghentikanku, aku menepisnya karena tidak ingin berurusan dengannya.

"Kamu kasar sekali!"

Wajar kalau aku kasar karena dia bukan Sakura. Aku tidak bersikap lembut dengan siapa pun kecuali Sakura. Aku menarik napas dalam-dalam dan menjernihkan kepalaku. Aku bertanya mengapa dia melakukan hal yang aneh, dia hanya diam dengan ekspresi sedih.

"Aku melakukan itu karena aku khawatir tentangmu, kamu terlihat menyedihkan, lebih baik lupakan saja, Sakura," katanya.

"Lupakan? Sejak kapan ketua OSIS harus mencampuri urusan cinta orang lain? Tugas Anda hanya mengawasi siswa, bukan mengawasi hubungan cinta mereka!"

Aku tidak peduli padanya, aku harus bergegas pulang untuk menenangkan diri. Aku bingung sekarang rasanya kepalaku benar-benar penuh seperti mau meledak. Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamar untuk mandi dan berbaring di tempat tidur. Aku memikirkan apa yang terjadi sebelum pulang. Aku terkejut dengan perilaku mereka berdua yang terlalu terlibat dalam hubunganku dengan Sakura.

"Memang mereka punya niat baik tapi aku tidak bisa melupakan Sakura, apalagi jika aku harus menyerah begitu saja."

Ketika aku mengeluarkan smartphone dan ingin mengobrol dengan Sakura, aku tidak mengharapkan sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan akan terjadi, dia memblokir kontak kami. Apakah Sasuke menyuruhnya dan dia hanya menurut? Aku yakin dia tidak mungkin melakukan hal seperti ini padaku karena kami sudah dekat begitu lama.

Bersambung.


next chapter
Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C2
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập