"Kesabaran berbuah manis. Jangan pernah beranggapan kita kalah dan gagal"
Sepulang dari rumah sakit, Gabriel masih belum bisa menerima kenyataan. Terasa sakit sampai melumat tulang belulang hingga tak mampu berkata-kata.
Mas Bagas, begitu kejamnya nasib istrimu.
Kamu di mana, Mas?
Gabriel kangen," isak tangisnya begitu menyayat hati.
Anak kita, Mas. Membutuhkan sosok figur seorang ayah. Mas, apa kabarmu?
Hiks..hiks...
"Tangisan gabriel meraung, membelah keheningan."
Bik inem mendengar tangisan majikannya seolah merinding. Suasana hati yang redup redam bagaikan dirajam pecut membelah bola api.
"Sabar ya, bu gabriel. Semua kita butuh usaha dan berdoa. Bibik yakin saat ini pak bagas sedang memikirkan anak istrinya. Dia lelaki yang bertanggung jawab dan setia bu," hibur bik inem dengan bijaknya.
" Tapi, bik!
Keadaan semakin runyam. Gabriel dijauhkan dari suaminya tercinta, salahnya apa bik?