Lavena masuk ke kamar Vires. Dia langsung mendekati putranya yang masih terbujur kaku. Keresahannya menjadi semakin bertambah mengingat sudah hampir seminggu pemuda itu tidak sadarkan diri.
"Vires, kapan kau akan bangun?" tanya Lavena sambil mengusap kepala putranya.
"Ini sudah hampir seminggu. Apa kau tidak merasa lapar?"
Orang yang diajaknya bicara tetap bergeming. Pertanyaan itu hanya bisa keluar tanpa bisa terjawab. Putranya masih sakit, masih diam tanpa bergerak. Melihatnya seperti ini benar-benar menyakitkan.
Tanpa sadar air mata jatuh membasahi pipinya. Dia menggenggam tangan Vires dengan erat. "Bagaimana kau bisa mengabaikan ibumu seperti ini? Setidaknya ... kau harus membuka mata. Kau harusnya menjawab pertanyaanku," tuntutnya.
Lavena mengusap pipinya dengan perlahan. "Aku tidak tahu ternyata melihatmu seperti ini rasanya sangat menyakitkan," gumamnya. Memang, ibu mana yang akan tega melihat anaknya kehilangan kesadaran seperti itu?