Makan malam masih terus berlanjut. Seperti yang semestinya, alkohol dikeluarkan dan orang-orang mulai menikmati minuman yang memabukkan itu.
Hestia berjalan sambil membawa guci anggur yang masih penuh. Langkahnya berhenti tepat di sisi pria yang tak lain adalah Norvin. Pria itu hanya menatapnya dengan remeh.
Dengan tanpa ekspresi dia duduk di kursi yang ada di samping pria itu. Anggur di tangannya dituangkan ke cangkir yang ada di hadapan Norvin.
Sudut-sudut alis Norvin langsung terangkat. Dia menatap Hestia dengan tanda tanya. Namun wanita itu hanya memiringkan kepala sambil memberi isyarat agar dia mau meminumnya.
"Sebagai tanda terima kasih?" Norvin akhirnya mengambil cangkir berisi anggur itu. "Atau permintaan maaf?"
Hestia tertawa. Suaranya terdengar sangat renyah di telinga Norvin. "Mungkin keduanya," sahut wanita itu.
"Kau cukup menyebalkan," ujar Norvin, "tapi aku akan menerimanya." Dan secangkir anggur itu langsung ditenggaknya.