Pada hari berikutnya, Namara bangun dengan perasaan tidak nyaman. Seluruh tubuhnya pegal-pegal, terutama pinggang dan punggungnya. Dia memijat pinggang beberapa kali.
"Kau kenapa?" tanya Rheana yang kebetulan ada di sana.
"Ah, tidak. Aku hanya sedikit kelelahan," balas Namara asal.
"Kapan kau pulang ke sini? Aku pikir kau akan menginap di istana Miru Kembar."
Namara menunduk lalu meringis dalam hati. Jika dia menginap di sana, dia tidak bisa menjamin kalau seluruh tulang-tulangnya akan baik-baik saja. Mungkin dia tidak akan bisa berjalan lagi.
Pria itu memang gila.
"Kenapa wajahmu memerah?" tanya Rheana lagi. Dia mendekat lalu menempelkan tangannya di dahi Namara. "Tidak panas. Kupikir kau demam."
Namara tersenyum canggung. "Aku baik-baik saja, sungguh."
Akhirnya Rheana mengangguk. "Kalau begitu aku akan berangkat sekarang. Menjadi pelayan Nyonya Lavena benar-benar harus lebih rajin."