Ini aneh, rumahnya benar-benar kosong. Rumah ini luas, jadi cukup melelahkan untuk mengidentifikasi di setiap penjuru, memakan waktu lima jam untuk menggeledah secara teliti keseluruhan rumah, sehingga aku terpaksa pulang malam dan membuat Chika lama menunggu.
Lima jam waktuku habis, aku hanya menemukan satu barang yang menurutku berpeluang besar untuk menjadi petunjuk, flashdisk di ruang kerja Prof. Morgan. Aku harus segera tiba di rumah untuk memeriksa isinya. Alhasil, karena lama disini, aku tiba di rumah pukul 10 malam.
"Kau dari rumah kak Erwin, kan? Bagaimana kabarnya? Apa dia sakit?" tanya Chika ketika aku baru saja tiba.
"Tidak, Chika! Sepertinya kita dalam masalah serius, mungkin kita tidak bisa bertemu lagi dengannya, " jawabku lemas.
Tidak banyak kompromi, akupun menceritakan semuanya, walaupun aku tahu Erwin tidak akan setuju dengan ini. Tapi aku tidak bisa menanggung beban ini sendirian, meskipun adikku rewel dan berisik, orang ini pintar dan cukup berguna.
"Chika, duduklah kemari, aku akan menceritakan apa yang terjadi sebenarnya!" perintahku serius, sambil membuka laptopku, aku masukkan flashdisk ini ke port USB.
Aku menceritakannya dari awal secara detail, mulai dari alasan mengapa dia sering menginap disini, dan hilangnya keluarga serta dirinya sendiri, hingga flashdisk Prof. Morgan. Aku tidak peduli bagaimana reaksinya setelah mendengar ceritaku, yang terpenting sekarang adalah flashdisk.
"Begitulah, aku tidak peduli kau mau percaya atau tidak, dan aku tidak peduli dengan reaksimu! Yang terpenting sekarang adalah isi flashdisk ini".
"Aku benar-benar terkejut!".
"Ya! Memang seperti itulah reaksi seharusnya, tapi saat ini itu tidak penting, sekarang kemarilah, kita lihat isi flashdisk ini bersama-sama!" tanggapanku mengacuhkan reaksinya.
Dengan ekspresi terkejutnya yang belum hilang, dia mendekat penasaran melihat ke layar dengan antusias. Dan kamipun membuka isi flashdisk.
"Apa-apaan ini! Banyak sekali folder".
Isinya penuh dengan folder, ratusan. Ini bukan main, kami harus memeriksanya satu-persatu.
Melelahkan sekali, beginilah isi flashdisk ilmuwan nomor satu. Kami membukanya satu-persatu, secara perlahan, tidak peduli selarut apa malam ini, kami sudah terlanjur terjun dalam lautan tanggung jawab dan rasa penasaran.
Hingga akhirnya, kami tiba di folder yang membuat kami terkejut bukan main. Folder yang bernama Rose Project, kami buka file pdf panjang di dalamnya, dan membacanya perlahan hingga selesai.
***
"Kane, sebaiknya kau segera jelaskan rules-nya pada wanita ini" kata pria berotot kepada temannya.
"Apa itu benar-benar masih diperlukan?! Lagipula apa-apaan sepatunya gadis itu, jelek sekali!".
"Jangan menghina sepatuku! Ini sepatu terbaik yang aku pilih di toko!" balasku kesal.
"Baiklah-baiklah, sepatumu adalah sepatu yang terbaik di dunia!".
"Silahkan duduk nona, aku akan mencoba menjelaskan apa yang harus kau lakukan" lanjutnya.
"Jangan terlalu kasar padanya, Kane! Bersikaplah lembut pada perempuan!" kata pria berotot.
"Baik-baik, tuan berotot yang ramah!".
"Jangan memanggilku begitu! Aku punya nama!".
"Jadi kau ingin dipanggil dengan namamu ya?! Haha, baiklah, tuan Max Alehandro!".
"Cepatlah jelaskan pada gadis itu, Kane! Sikapmu selalu menyebalkan seperti biasanya!".
"Iya-iya! Baiklah, gadis bersepatu norak, aku akan menjelaskan padamu dengan singkat. Jadi, dengarkan baik-baik!".
Aku seketika serius setelah melihat perubahan ekspresinya yang nampak menajam.
"Cepat saja, Frieda, kau salah satu dari The Rabbits!".
"The Rabbits?" tanyaku kebingungan.
"Kami yang kau lihat memakai jas serba putih ini , adalah kumpulan ilmuwan terbaik dari berbagai negara, kami menyebut diri kami Yellow Scientist. Perkenalkan, aku member ketiga, Kane. Dan orang besar yang membawamu kemari adalah member kesembilan, Max. Sementara pria tinggi menyeramkan yang disana adalah member keempat".
"Saat ini, kami tengah dalam proyek besar, Rose Project. Penelitian besar-besaran tentang neurosains dan relativitas" lanjutnya.
Penjelasannya semakin membuatku bingung.
"Seperti yang kukatakan Rose Project adalah upaya penelitian neurosains dan relativitas. Kami berhasil membuka gerbang dimensi, dengan menekan relativitas sekecil mungkin. Kau akan dimasukkan ke dimensi lain, sisi lain dari dunia ini. Di dunia itu, kau akan dihadapkan dengan beberapa masalah, sementara kami memantau kalian di monitor di suatu tempat. Kalian yang dijadikan sebagai kelinci percobaan, kami menyebutnya, The Rabbits! ".
"Tunggu dulu? Apa katamu? Dimensi lain? Aku masuk ke sisi lain dunia?".
"Kau tahu, alam semesta kita sangatlah luas. Dunia yang berisi kehidupan bukan hanya garis dunia kita saja. Masih banyak garis dunia lain yang memiliki kehidupan berbeda dengan dunia ini, dan kau akan dimasukkan kesana!".
"Yang benar saja! Pembahasanmu terlalu konyol!" tanggapanku kesal, merasa terbodohi.
"Iya, untuk orang awam dengan sepatu norak sepertimu itu wajar. Tapi kau mendengarkan pernyataan ini langsung dari ilmuwan terbaik rangking ketiga di dunia! Kau masih tidak percaya juga?! " Kane membalas santai.
"Baiklah! lanjutkan pembahasanmu!".
"Setidaknya, untuk saat ini. Kami berhasil membuka beberapa gerbang dimensi dunia. Dan kami memilih lima The Rabbits yang menurut kami pantas. Tidak terikat dengan kehidupan sosial, dan kehidupan keluarga, kaulah salah satu dari mereka".
"Seperti apa yang dikatakan Max, kau akan diberikan ganjaran besar setelah menyelesaikan semuanya. Setidaknya, kami bisa mengabulkan apapun permohonan yang kau mau! " lanjutnya.
"Imbalan yang menarik, lalu apa yang harus aku lakukan di dunia lain?" tanyaku.
"Di tiap dunia, selalu ada kota yang memiliki masalah serius. Dan The Rabbits-lah yang akan menyelesaikannya. Berhubung ini dunia nyata. Jadi, jika kau mati disana, kau akan mati sungguhan. Secara sains, kau akan mati ketika mencoba menerobos lorong relativitas waktu karena umur manusia sangatlah pendek. Tapi pak Morgan berhasil menekan waktu sekecil mungkin, kau tidak akan mati ketika melintas ke dunia lain. Hanya saja, umurmu akan bertambah beberapa tahun saja dari masa sekarang".
"Aku mengerti! Lalu, apa yang terjadi jika aku menolak?".
"Kau akan kena masalah, karena kau sudah terlanjur mendengar proyek rahasia ini dari kami!" jawabnya serius, seketika pria dengan rambut panjang di belakangnya mencabut pedang dari sarung pedang di pinggangnya, sungguh ancaman yang jelas, aku dijebak.
"Tahanlah dulu! Aku yakin gadis ini akan menerima tawarannya" Max seketika menghentikan temannya. Alhasil, orang menyeramkan itu meletakkan kembali pedangnya.
"Maaf atas ketegangan ini. Nah, sekarang bagaimana keputusanmu? The Rabbits?" kata Kane.
"Tidak ada pilihan lain, bukan? Baiklah, aku akan ambil tawaran ini. Tetapi aku ingin bertanya dua hal terlebih dahulu".
"Silahkan!".
"Pertama, apa konsekuensi dari pekerjaan ini? Penjelasanmu masih sangat buram bagiku. Kedua, siapa pak Morgan yang kau sebut tadi?!".
"Konsekuensi ya?! Pertama, kau akan sedikit lebih tua dari umurmu sekarang, kedua, kau akan kehilangan ingatanmu tentang dunia ini, begitu juga saat kau keluar dari dunia sana, ingatanmu tentang dunia sana akan hilang juga, dan yang terakhir, apapun yang terjadi padamu, itu adalah sebuah kenyataan".
Aku menyimaknya serius.
"Untuk pertanyaan yang kedua. Siapa pak Morgan? Dia adalah pimpinan kami, pimpinan Yellow Scientist. Dia di peringkat pertama. Ada pertanyaan lain?".
"Cukup, aku siap pergi kapanpun".
"Hahaha, sungguh wanita yang tangguh, aku suka gayamu! Baiklah, Max siapkan semuanya!".
Lalu dengan sigap, Si pria besar membawaku ke sebuah kapsul besar, sepertinya jabatan Kane lebih tinggi dari pria besar ini, orang ini terlihat begitu patuh. Aku masuk ke kapsul tersebut, sendirian. Seolah-olah aku akan segera dilemparkan ke luar angkasa secara kilat, tetapi tidak demikian. Di dalam kapsul, tepat di depan mataku, 10 hitungan mundur sudah berjalan. Di tiap hitungannya aku semakin mengantuk, sepertinya mereka berupaya untuk membuatku tidur, agar memudahkan proses pencabutan ingatan. Dan alhasil, tepat di angka 2, aku berhasil tertidur pulas.
Aku tertidur begitu dalam, sangat dalam. Hingga aku berada di suatu tempat, layaknya dalam mimpi indah.
Aku berdiri di atas awan empuk, aku tahu ini adalah mimpi, karena tempat ini begitu nyaman. Aku terlihat senang, aku melompat-lompat. Awan ini begitu empuk dan halus, nyaman sekali berbaring disini. Apapun yang aku lakukan, rasanya tidak ingin beranjak sejenak dari awan ini. Hingga akhirnya, awannya tiba-tiba menghilang lenyap, dan sontak aku terjatuh dari ketinggian langit.
Aku jatuh
Aku panik
Tekanan angin sangat tinggi
Kemudian di bawahku, mulai terlihat kota besar yang indah, sepertinya aku akan mendarat disana.
***
Aku dan Chika sudah selesai membacanya. Membuka semua folder dan membaca semua rencana busuknya. Ekspresiku dan Chika tidak bisa digambarkan, kami begitu terkejut bukan main.
Rose Project. Proyek gila Morgan dan antek-anteknya. Tamparan keras darinya seolah-olah berkata padaku "bocah sepertimu tidak bisa melakukan apapun".
Kuakui, aku tidak memiliki ide jelas bagaimana caranya menyelamatkan Erwin dan empat The Rabbits yang lain. Lagipula, semakin waktu berjalan disini, semakin cepat mereka menua disana, karena waktunya jauh lebih cepat berjalan. Aku harus cepat mengambil tindakan.
"Chika, sepertinya kita akan berpetualang sangat jauh! Beriaplah" tatapanku mantap.
***
Dua bulan kemudian
Erwin, hasil Ujian Nasional sudah diumumkan, hari ini aku resmi lulus SMA. Dan tentu saja, aku peringkat pertama, bukan satu sekolah, bukan satu prefektur, aku peringkat pertama nasional. Sayangnya posisi kedua tidak diisi olehmu, Ujian kali ini begitu membosankan, dan terlalu mudah, aku yakin kau akan malas-malasan mengerjakan soal-soalnya.
Yellow Scientist, aku belum menemukan cara untuk membuka gerbang dimensi. Tetapi aku setidaknya berhasil melakukan perkembangan yang sangat berarti.
Aku berhasil masuk ke dalam sistem program Rose Project, itu begitu sulit, bahasa pemrograman yang mereka gunakan jauh lebih maju dibandingkan perkembangan bahasa pemrograman saat ini. Namun, untuk expert sepertiku, aku bisa membobolnya meskipun dengan menguras keringat.
Alhasil, aku berhasil mengembalikan ingatan satu dari dua The Rabbits yang berada di Negeri yang bernama Sioria, begitulah menurut data Morgan hasil retasanku. Tidak sesuai harapanku, ternyata orang yang aku kembalikan ingatannya bukanlah Erwin. Sayang sekali, aku kalah dalam pertaruhan 50 banding 50 ini, pertaruhan yang sangat penting . Dari sini aku mengetahui seberapa jeniusnya orang yang memegang kendali sistem, orang itu langsung memperbaharui keamanan sistem seketat-ketatnya dan memindahkan satu The Rabbits yang telah kuretas ke dunia lain lagi agar ingatannya hilang kembali. Bukannya memperbaiki, aku malah memburuk keadaan.
"Chika, bagaimana perkembangan helmet?"
"Beberapa waktu lagi, ini akan selesai! Aku ingin cepat-cepat bertemu dengan kak Erwin!".
Diantara kami berdua, mungkin Chika lebih bersemangat. Kami berencana untuk pergi ke dimensi lain menggunakan helmet yang kami ciptakan sesuai dengan data-data yang sudah banyak aku kumpulkan. Mulai dari sini, semuanya akan mulai mendebarkan, dua bocah bermodal lulusan Ujian Nasional terbaik melawan top scientist dunia.
Mungkin ini akan sangat terlambat, tetapi tunggulah kami disana, pria pemalas!
***