"Bi, ada apa? Tolong katakan padaku. Bibi jangan diam saja seperti ini."
Bibi lantas berdiri lalu mendorong kursi rodaku agar masuk ke ruangan Alif.
Kulihat, Alif di sana tengah berbaring dengan wajah yang begitu pucat pasi.
Bibir tampak putih, dengan napasnya yang terdengar sesak dan berat.
Tanpa ba-bi-bu, aku segera melajukan sendiri kursi rodaku untuk menghampirinya.
Dia tak bergeming dan terus menutup matanya dengan rapat.
"Alif...." lirihku padanya.
"Semua selang sudah tak berfungsi lagi untuk Alif. Hanya kehendak Allah yang bisa memutuskan bahwa Alif bisa bertahan lagi atau justru, melepas penyakitnya itu dengan tenang." Aku mendengar seorang dokter mengatakan perihal itu pada ibu Alif.
Hatiku sungguh berdegup begitu kencang. Semua ucapan dokter tadi terdengar jelas di telingaku.
Padahal..., aku sendiri tak ingin mendengarnya, tapi pembicaraan antara mereka selalu saja membuat telingaku penasaran untuk mendengarnya.
Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!