UGD Rumah Sakit Harapan....
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang menuju Rumah Sakit terdekat akhirnya kini mobil Satya telah terparkir di depan UGD salah satu rumah sakit swasta. Tanpa berfikir panajng Satya langsung melompat turun dan meraih paksa tubuh Diza yang kembali tak sadarkan diri dari pangkuan Azka . Satya nampak begitu panik bahkan melebihi dua pria yang bersamanya saat ini . Ia pun langsung menggendong tubuh Diza memasuki ruangan UGD dan bersikeras untuk menemani gadis itu di ruangan pemeriksaan.
"Saya mohon Anda untuk menunggu diluar , supaya dokter bisa memberikan penanganan yang tepat ." uajr salah seorang suster mencegahnya masuk.
"Saya adalah mahasiswa kedokteran tingkat akhir Star University. Saya mengenal Dokter Dimas , bisakah Anda menghubunginya untuk menangani gadis ini saya mohon.." balasnya memohon.
"Saya Dokter Dimas ,biarkan dia berada disini . Dia tidak akan mengganggu saya ." ujar Dokter Dimas yang tiba-tiba muncul dibalik pintu ruang UGD.
"Anda tidak perlu repot-repot datang kemari dokter, saya bisa memanggilkan dokter jaga." ujar sang suster gelagapan ketika melihat Dimas dokter dengan jam terbang paling tinggi justru malah berada diruangan UGD yang seharusnya bisa diatasi hanya dengan dokter jaga.
"Saya dokter pribadinya , tidak apa-apa Anda bisa mempercayakan pasien ini kepada saya ." balasnya santai.
"Apa yang terjadi dengannya Satya? Lalu kenapa kau yang datang kemari dan bukan Azka . Aku bahkan melihatnya bersama Wiliam diluar. Dan oh ya, bukankah ini masih jam kuliah. Kau bahkan melewatkan jadwal kuliahmu tidak seperti biasanya ?" Dokter Dimas nampak bingung dengan keberadaan Satya bersama Diza di ruangan penanganan dan bukan Azka .
"Aku mencemaskannya . aku langsung datang begitu menerima sinyal bahaya . Dan benar gadis ini mengapung dalam kolam renang dalam kondisi talk berdaya ." jawab Satya sekenanya.
"Sinyal bahaya? Apa kau memata-matainya ? Aku hanya memasang penyadap suara pada jam tangannya . Lalu aku mendengar seseorang memakinya tentang kedekatannya dengan Azka . Aku panik dan langsung datang . "
"Dan kau bahkan menghalangi Azka untuk bersamanya tadi?"
"Ah, iya.." Satya nampak terkejut dengan pernyataan tiba-tiba Dimas yang telak mengarah kepadanya .
"Kau menyukainya ? Suster bantu aku memasangkan masker oksigen . Lalu pindahkan ia ke ruang rawat ." Dimas mengalihkan sepenuhnya perhatiannya kepada Satya . Ia menginstruksikan kepada suster jaga UGD untuk mengurus selebihnya mengenai Diza , lalu menarik Satya ke ruangannya untuk berbincang . Ia membawa Satya melalui jalur khusus staff agar tidak membuat Azka dan William merasa curiga .
Sesampainya di ruanga Dokter....
"Bisa-bisanya kau malah mengajakku kemari , lalu bagaimanadengan Kanaya?"
"Oh, jadi nama gadis itu adalah Kanaya? Siapa dia? Kau menyukainya?"
"Bukankah kau yang membantuku menemukan kebenaranya ? Bahkan kau tahu persis siapa dia , dan seberapa tidak mungkin untukku memilikinya ." ujarnya.
"Apakah kau adalah Satya yang aku kenal? Satya yang akan memperjuangkan apapun yang akan menjadi miliknya ?"
"Gadis itu bak mentari yang tak bisa kugapai Dokter. Ia begitu bersinar, jauh dan tanganku tak sekuat itu untuk menggenggamnya . Cahayanya begitu terang dan menyilaukan . Sedangkan aku , aku ibaratkan dari sbuah arca yang telah terkubur lama. Begitu kotor dan berdebu . Aku jauh di bawah tanah dan sulit untuk ditemukan."
"Tapi arca itu akan amat bernilai jika ditemukan oleh orang yang tepat . Dan dalam hal ini, orang itu adalah Kanaya itu sendiri."
"Apa maksudmu kak."
"Ia telah menggali sesuatu yang paling berharga dalam dirimu . Dan itu adalah cinta . Hal yang tidak pernah kau tunjukkan apalagi berikan kepada siapapun . Ialah gadismu , kalian memang saling ditakdirkan untuk satu sama lain. Bahkan kau telah mengikutinya semenjak ia belum mengenal dunia. Kau telah menjaganya dan memberikan seluruh hidup bahkan cinta mu untuknya . Ia adalah gadis istimewa yang berhasil menakhlukkan manusia langka sepertimu . Percayalah , kau akan menyesal jika tidak memperjuangkannya ."
Kalimat Dokter Dimas sontak menampar relung hatiu Satya yang paling dalam . Menelisik sisi kosong dalam batinnya yang tak pernah tersentuh bukanlah hal yang mudah . Tetapi sedikit kalimat dari Dokter Dimas telah membangkitkan jiwa juangnya untuk mempertahankan gadis itu di sisinya . Ia kini tengah berada dihadapan gadis yang begitu dicintainya .Menatap wajah polosnya yang begitu tenang dan damai dalam mimpi indahnya . Untungnya Dokter Dimas belum mengijinkan orang lain untuk masuk dan menjenguk . Hanya Satya yang kini tengah berada di dalam ruangan itu menemaninya dalam kondisi terapuhnya . Ia menggenggam tangan gadis itu dan mendekapnya di dada. Ia melihat ada air mata yang menetes dari pelupuk mata gadis itu begitu ia mendekapnya . Dengan lembut ia menghapus air mata itu dan membisikkan sebuah kaliamat lirih di telinganya .
"Jangan bersedih ketika aku bersamamu atau aku akan menghancurkan dunia ini yang telah membuatmu terluka ."
" Kakak baik, kaukah itu? "lirih Diza yang mulai tersadar.
"Hai adik manis." ujar Satya tiba-tiba lantaran terkejut dengan panggilan yan baru didengarnya .
"Kakak baik, aku takut. Bawa aku pergi." Diza memaksakan diri untuk membuka matanya dan meraih tanga Satya dalam dekapannya . Ia memohon dengan lirih sambil terus mendekap tangan Satya diantara kedua tangannya .
"Apa kau mengingatku?"
" Bagaimana mungkin aku melupakanmu , sementara aku tahu kau akan memakanku jika sampai melakukannya ." Gadis itu berusaha memaksakan senyumnya . Namun tanpa sadar rasa bahagia saat menemukan Satya ,engalahkan segalanya dan membutnya menangis bahagia .
"Apa kau lupa bahwa aku rela membakar dunia yang membuatmu terluka di dalamnya ?" ujar Satya geram ketika melihat gadis itu menangis terisak.
"Bagaimana mungkin aku lupa, waktu itu kau membakar minimarket Tuan Harun hanya karena putranya memfitnahku mencuri disana . Dan kau juga yang membeberkan bukti kejahatan putranya kepada khalayak . Kau bahkan tidak dimintai ganti rugi atas tindakan konyolmu." balas Diza dengan senyuman termanisnya mencoba mengulang kembali kenangan indah masa kecilnya bersama Satya .Melihat Diza tersenyum begitu manis hanya kepada dirinya membuatnya kembali membuka lembaran hatinya yang sempat tertutup demi mengikhlaskannya bersama Azka.
"Aku mencintaimu ,bolehkah?" ujar Satya tiba-tiba tanpa bisa mengendalikan suasana hatinya ." Bodoh, bahkan aku sudah ingin mengatakannya pada ulang tahunmu tahun lalu . Namun lidahku begitu kelu . Akankah kau membunuhku karena mengatakannya ." ujarnya tersenyum getir.
"Apa kau ingat kak, aku pernah mengatakan bahwa aku akan membunuhmu jika kau sampai menyukaiku ?" Satya sontak termangu dengan kalimat yang tiba-tiba keluar dari bibir gadis itu . Namun gadis itu kembali membuyarkan lamunannya dengan bangkit dari tempat tidue dan melompat ke dalam pelukannya ."Bahkan kemarin sewaktu aku kehilangan ingatanku , yang aku ingat hanya dirimu . Jika saling mencintai satu sama lain akan membuat kita dihukum mati , maka aku akan rela menanggungnya dan mati dalam keadaan mencintaimu."
Lagi-lagi Satya membisu dan tak sanggup berkata-kata . Suasana hati gadis itu memang selalu sulit untuk ditebak . Ia bahkan sempat berfikiruntuk menghilang dari pandangan gadis itu begitu selesai mengutarakan perasaannya . Setidaknya batinnya sudah merasa cukup tenang karena berhasil mengeluarkan segala macam bebann yang selama ini ia tahan. Namun sebaliknya gadis itu malah merespon sama dengannya .
"Aku juga mencintaimu kak, sejak dahulu . Sejak pertama kali kau membelaku dari orang-orang yang menghinaku karena aku adalah gadis kumuh dai panti asuhan yang tak pantas berada dimanapun . Itu adalah kali pertama aku mencium pipimu tanpa meminta izin . Aku mencintaimu sejak sembilan tahun lalu."
Mereka saling berpelukan dalam waktu yang cukup lama . Saling melampiaskan beban rindu yang telah ditahan dalam waktu yang cukup lama . Namun dibalik itu semua ada ada beban tersendiri yang muncul dari hati yang lain yanng juga menyayangi mereka .
— Chương tiếp theo sắp ra mắt — Viết đánh giá