Leony meringkuk sendirian di dalam kamar yang bernuansa gelap ini. Sambil terus menangis tak henti-henti. Ia sungguh merasa ketakutan. Ternyata orang yang semula ia percaya, bisa menjebaknya seperti ini.
Terdengar suara orang berjalan di luar. Bunyinya seakan hendak masuk ke dalam kamar. Pintu pun akhirnya terbuka dan ada dua orang wanita masuk sambil membawa sebuah dress mini serta alat make-up.
"Kalian siapa?!" ujar Leony dengan suara meninggi.
"Kami disuruh Mami untuk mendandanimu."
Kedua wanita itu mendekati Leony. Namun, ia berontak dengan mereka. Peluangnya untuk ke luar dari kamar ini semakin tipis, karena telah dijaga ketat oleh beberapa pria berbadan kekar.
"Kamu ini kenapa sih? Mau didandani aja ribet banget!"
"Aku gak mau! Denger gak!"
Plak!
Salah satu dari wanita itu menampar pipinya. Leony terkejut bukan main dengan reaksi mereka. Kemudian, seorang dari mereka menyentuh kedua pundaknya dan menyuruh duduk diam di atas ranjang. Mereka juga menyuruh Leony untuk berhenti menangis.
Entah apa yang terjadi setelah ini, Leony sama sekali tak tahu. Ia menyesal, karena bersikap terlalu polos dan mau diajak oleh Mira ke sini.
Kemudian, datanglah Mira ke kamar. Wanita yang sudah membawanya kemari tengah berkacak pinggang di depan pintu. Mira menyuruh kedua wanita perias itu untuk segera mendandani Leony.
Leony masih merasakan sakit yang menjalar di pipinya. Ia disuruh untuk tak menangis lagi, karena itu akan membuat make-up akan luntur serta berantakan.
Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu hanya merasakan saja polesan make-up di wajahnya. Sedangkan tadi Mira hanya berdiri saja sambil memandang ke arah Leony.
"Nah, gini dong jadi anak penurut," ujar Mira.
"Mami mau apa sama aku? Kenapa jadi seperti ini?"
"Liat aja nanti. Kamu jangan bawel jadi orang!"
Mira pun melangkah ke luar dari kamar ini. Sedangkan, Leony masih bersama dengan dua perias itu. Sebentar lagi, dandanan di wajahnya akan selesai.
Beberapa saat kemudian, salah satu dari mereka menyuruh Leony untuk berganti pakaian dengan sebuah dress mini. Mata Leony pun terbuka lebar saat melihat baju yang minim kain itu.
"Aku gak mau pake baju itu!" ujar Leony.
"Cerewet banget sih! Pakai aja, kenapa sih?!"
Mereka berdua terus mendesak Leony agar memakai dress mini yang telah dipersiapkan. Namun, wanita itu sama sekali tak mau memakainya. Leony tak terbiasa dengan pakaian terbuka seperti itu.
"Mau aku tampar lagi wajahmu? Iya, begitu?" ucap salah satu dari mereka dengan suara nyaring.
Kedua wanita itu terus memaksa Leony agar berganti dengan pakaian ini.
"Cepat ganti bajumu!"
Mereka melempar dress itu ke wajah Leony dengan kasar. Kemudian, kedua wanita itu segera ke luar dari kamar ini. Leony pun hanya bisa menangis lagi karena mendapat perlakuan dari mereka.
"Ya Tuhan, apalagi ini?" tanya Leony sambil sesenggukan. Ia menatap lekat-lekat sebuah dress mini berwarna hitam itu.
Ia bingung, apakah harus memakai dress ini atau tidak. Leony tak pernah memakai pakaian kurang bahan seperti ini sebelumnya, karena kedua orang tuanya tak memperbolehkan mengenakan pakaian itu.
Pergolakan hati dan pikirannya kemudian saling beradu. Ia takut pada Mami, kalau tak menurut ucapannya.
"Ahh, sudahlah. Turuti saja ucapan mami." Alhasil, Leony segera mengenakan dress itu ke badannya.
Beberapa saat kemudian, dress itu telah melekat di tubuh Leony. Dress itu ternyata sangat pas di badannya dan cukup ketat, membuatnya merasa tak nyaman.
Ia memandang dirinya sendiri ke sebuah cermin. Leony meraba wajahnya sendiri yang sudah dipoles oleh make-up sedemikian rupa. Bibirnya pun sudah jadi merah merona.
"Apa maksud dari ini semua?" tanya Leony pada diri sendiri.
"Aku menyesal karena sudah diajak mami ke sini!"
Namun, tak lama kemudian, datanglah Mira dan masuk ke dalam kamar untuk menemui Leony. Akan tetapi, Mira tak sendiri. Ada seorang pria dewasa yang bersamanya di samping.
"Wow," ucap pria dewasa itu sambil memandangi Leony dari atas hingga ke bawah.
"Bagus kan?" tanya Mira pada pria itu.
"Sangat bagus. Kamu memang ahli dalam memilihkannya untukku," ujarnya sambil memuji Mira.
Leony sama sekali tak paham dengan arah pembicaraan mereka. Ia hanya menatap dua orang itu secara bergantian.
"Ada apa ini?" tanya Leony kemudian.
Mira tersenyum licik pada Leony dan menyuruh wanita itu untuk tenang. Ia kemudian, memegangi kedua pundak Leony.
"Sayang, kamu jangan takut, ya. Mami gak apa-apain kamu di sini kok."
"Aku gak percaya dengan semua ucapan mami. Aku mau pulang aja dari sini!"
Saat Leony hendak beranjak dari tempat tidur, tiba-tiba pria dewasa itu meraih pergelangan tangannya. Secepat kilat, ia pun menepis tangan pria itu dengan kasar.
"Jangan pernah sentuh aku!" bentak Leony.
"Wow, dia cukup sangar juga ternyata. Aku sangat suka."
Pria itu merasa tertantang pada Leony. Mira yang melihat itu merasa senang, karena langganan setianya menyukai Leony.
"Apa maksud dia?" Leony meminta penjelasan pada Mira.
Lirikan mata Mira penuh arti pada pria itu. Namun, Leony yang polos masih tak mengerti juga bahwa saat ini dirinya tengah dijadikan sebagai bonekanya Mira.
"Layani dia," ujar Mira pada Leony.
"A–apa? Layani dia?"
"Iya. Dia sangat tertarik padamu. Ya sudah, aku tinggal dulu kalian berdua di sini, ya." Mira pun sekilas mengecup bibir pria dewasa itu dalam waktu singkat. Wanita itu lekas ke luar dari kamar dan meninggalkan Leony bersama dengan pria itu.
Leony tak terima kalau disuruh melayani seorang pria dengan cara seperti ini. Ia pun mencak-mencak dan berlari menuju pintu kamar. Namun, sayang pintu sudah terkunci dari luar.
"Percuma saja kamu mau ke luar dari kamar ini, Sayang."
Pria itu malah mendekatinya yang masih berdiri di ambang pintu. "Jangan mendekat! Aku mohon berhenti di sana!"
"Jangan takut padaku, Sayang. Aku tak akan menggigitmu atau memperlakukanmu dengan kasar."
Pria itu terus mendekat. Sedangkan, Leony mencoba untuk terus menghindar. Namun, dengan sekali cengkeraman, pria itu berhasil menarik tangan Leony dan membawanya ke dalam pelukan.
Leony berontak dan memukul-mukul dada pria itu dengan keras agar melepaskan pelukannya ini. Ia tak terima, kalau disuruh melayani orang tersebut.
Namun, tenaga pria itu cukup kuat dan Leony kalah. Tubuh Leony kemudian diangkatnya dan dihempaskannya ke atas ranjang. Wanita itu jadi ketakutan seketika. Air mata pun ke luar dengan deras. Ia memohon, agar dilepaskan dari tempat ini.
Pria itu menatapnya dengan tatapan beringas. Seolah bernafsu sekali, ia pun mulai meraba-raba tubuh Leony.
"Jangan!" teriak Leony dengan keras. Mungkin suaranya terdengar sampai ke luar.
"Kamu jangan takut, Sayang. Wanita secantik dirimu, mana mungkin aku akan bermain dengan kasar."