Baik Bryan maupun Sonia tidak mengatakan sepatah kata pun satu sama lain saat mereka berdua tetap berdiri, saling menatap. Meski berdua senang bertemu, mereka sama-sama melihat satu sama lain dengan lelah.
"Kamu harus hati-hati dengan kakimu. Kamu bisa berjalan bukan berarti sudah sembuh total," kata Sonia dengan cemas, dan Bryan mengangkat alis.
"Kamu tidak perlu khawatir tentangku. Kamu kehilangan hak itu ketika kamu putus dengan aku," Bryan mengingatkannya saat ia duduk di sofa.
Sonia menelan ludah, "Namun, kamu tidak boleh ceroboh."
"Terima kasih atas nasihatmu. Aku akan ingat itu," ucap Bryan dengan nada kering, dan keduanya terdiam lagi. Dia tahu Sonia punya sesuatu yang ingin dikatakan, dan dia ingin mendengarnya.
Dia tidak tahu mengapa dia bersikeras untuk tetap marah padanya ketika dalam hatinya dia tahu dia telah memaafkannya. Mungkin dia hanya ingin membuatnya kesulitan.