hari dimana semua orang menanti kedatangan utusan pembawa jawaban.
"benarkah ini semua berakhir" tanya Juki seorang bocah yang menangis dipelukan Minto.
"tidak tahu, lihat nanti menunggu utusan" jawab Minto ragu atas jawabannya.
tidak lama kemudian terlihat seseorang sambil lari terseok-seok jatuh bangun. membawa gulungan
dalam genggaman tangan.
"awas jangan menghalangi jalan, ah ah...." ujar sang utusan sambil nafas terputus-putus...
"pengumuman dari sang pemimpin" sang utusan mulai mengatur nafas lalu diikuti menyembah oleh semua orang.
"menyatakan bahwa masalah ini tidak bisa dilanjutkan maka setiap orang dibebaskan dan bertanggung jawab atas keselamatan dirinya sendiri." Sang utusan menutup gulungan perjanjian.
terbayang dalam ingatan semua orang dua malam yang lalu.
"tok tok tok" bunyi kentungan yang dipukul...
"BANGUN, BANGUN, BANGUN, BAHAYA BAHAYA BAHAYA... " teriak keamanan kampung.
berkumpul semua orang dikediaman kepala Dusun, mereka bertanya ada kejadian apa? apakah ada maling, atau kebakaran dll.
"tenang saudara-saudara, disini saya mau menjelaskan keadaan kita" wajahnya merah marah kepala Desa bercerita
"kita tahu bahwa kerajaan ini dalam peperangan dan raja mewajibkan sebagian laki-laki diantara kita menjadi tentara kerajaan. kita pun tahu mereka yang menjadi tentara suka rela mengorbankan jiwa raganya demi Negeri tercinta. tapi ternyata mereka tertipu yang mereka bela adalah penghianat negeri dan Kerajaan menuduh kampung kita sebagai basis penghianat. maka dari itu saya menyarankan kepada saudara semua untuk mengungsi malam ini ke hutan Bako gunung Gedhe. " kepala Dusun menangis dan menyuruh para keamanan dusun membantu warga.
"saya tetap disini" jawab Sadali 'tak mungkin seorang pemimpin akan meninggalkan warga demi keselamatan dirinya sendiri' ucapnya dalam hatinya.
"tapi pak Sadali, anda pemimpin desa. tanpa anda siapa yang akan mengarahkan kami?." tanya joko ketua keamanan dan juga teman seangkatan dalam perang dulu sebelum membangun desa.
"baiklah saya akan mengadap pak Yanto siapa tahu beliau punya jawaban atas masalah ini, beliau juga punya hutang nyawa sama saya." Jawab Sadali sambil mengenang masa perang dulu.
"tolong saya," teriak Yanto yang sekarang jadi Kapten tentara.
"baik tunggu disini, saya akan mencari bantuan" jawab Sadali berlari mencari Joko
"jok, ada orang minta tolong badannya penuh luka" Sadali sambil berbisik ke Joko
"tolong tenang saya lagi mengawasi musuh yang dibawah" ucap joko sambil mengamati pergerakan musuh dibawah bukit.
"jok, ini lebih penting dari itu...
anak komandan resimen kita terluka parah di sebelah sana, mungkin akan tewas jika kita terlambat untuk menolong." ujar sadari dengan wajah cemas pucat.
"oke, kita kesana" joko menjawab mendengus kesal. 'untung kamu sahabatku sejak kecil kalau tidak pasti aku akan menjatuhkanmu'...
diangkatnya tubuh Yanto melewati semak, hutan yang masih perawan. dengan kesunyian dan kabut yang menyelimuti keheningan.
sesampainya dicamp tentara kerajaan Joko dan Sadali meninggalkan Yanto di tempat pengobatan yang merawat para tentara korban perang..
"jok, Terima kasih telah membawanya kesini. setidaknya menyelamatkan satu nyawa cukup berarti buat kerajaan." tersenyum bangga Sadali kepada Joko membuat Joko semakin malu pada sahabatnya, walaupun kadang merasa jengkel akan kebaikan Sadali yang tidak tahu waktu dan tempat.
kembali saat ini dimana Joko memikirkan rencana untuk menghadapi masalah ini.
"pak Kades, langsung ke tempat Yanto atau kita memandu penduduk menuju hutan Bako?" tanya Joko melihat wajah Sadali yang merah.
"kita pandu dulu penduduk, baru pagi ini kita ke Yanto. mencari tahu tentabg kebenaran kejadian ini". jawab Sadali sambil mendengus kesal.
" argghhh..... ". jerit penduduk desa....
" serbu.... hancurkan para penghianat ini". ucap tentara sambil mengacungkan golok berlari membabi buta. tak lebih dari seratus tentara bergolok maju membabat siapapun tak pandang usia, jenis kelamin. pertarungan digelapnya malam tanpa persiapan membuat banyak penduduk yang cacat, mati dan bercerai berai menyelamatkan hidupnya masing-masing.
Sadali yang mantan tentara pun kewalahan melawan para tentara. segala macam jurus yang dia kuasai dikeluarkan untuk menghadapi tentara. ting,,, trang,,,, bunyi golok menghiasi malam menghantar penduduk ke alam kematian. jeritan, tangisan penduduk membuat yang mendengar seakan masuk kedalam neraka dunia.