Saat Raia berjalan menuju gerbang, prajurit yang bersiaga sudah lama memperhatikan Raia dan bersiap menyerang jika diperlukan.
Sementara itu, Raia tidak terganggu sama sekali akan hal ini, ia justru tersenyum saat memperhatikan para prajurit.
'Kewaspadaan mereka bagus, pemanah yang bersiaga di menara pengawas memiliki trik yang bagus.'
Walaupun menara pengawas itu memiliki tinggi 10 meter, Raia mampu melihat dengan jelas apa yang berada diatasnya.
Ada total 4 pemanah, 2 terlihat sedang memperhatikan Raia tetapi tidak menarik tali, tetapi 2 pemanah yang bersembunyi di belakang temannya, terlihat sudah meletakan anak panah yang siap meluncur.
'Tingkat efisiensi mereka akan berkurang, tetapi trik ini berguna untuk membuat seseorang lengah jika tidak diperhatikan dengan baik. Apalagi, para prajurit kekar di bawah, akan membuat perhatian seseorang selalu mengarah kepada prajurit dan kemungkinan tinggi untuk mengabaikan keberadaan pemanah.'
Setelah memasuki jangkauan 20 meter, Raia dihentikan oleh teriakan seorang prajurit dengan baju besi lengkap dan kekar.
"Berhenti! Katakan keperluanmu!"
Raia melirik pemanah, 'sepertinya mereka mampu menembak dengan akurasi 100% dalam jarak 20 meter.'
Segera mengalihkan perhatiannya, Raia melihat para prajurit kekar dengan tangannya yang sudah siap di gagang pedang, siap bertempur kemudian menebas.
"Kami ingin memasuki desa."
"Suara itu, anak kecil? Apa yang kamu lakukan disana, katakan sekarang siapa dirimu?"
Mendengar itu, Raia memutar matanya.
'Orang tua, saya malas berbicara dan suara saya kecil bukan berarti saya anak kecil!' itulah yang akan dikatakan Raia. Tetapi setelah dipikir-pikir, ia bisa memanfaatkan ini.
Yah, tidak bisa dikatakan memanfaatkan juga, karena Raia sendiri baru berusia 11 tahun.
"Banyak kejadian yang menimpaku dan temanku, kami lelah dan ingin beristirahat di desa ini setidaknya untuk beberapa hari."
"Hee ... Temanmu yang memakai jubahkan?"
"Boss, dia terlihat seperti wanita." prajurit lain berbisik dengan seringai.
Erofu dengan berbagai alasan atau tanpa alasan sama sekali, ia kembali mengenakan jubahnya dan menutup telinganya yang berupa identitas.
Jelas, ada hal aneh disini dan Raia memikirkan beberapa hal, setidaknya kali ini Erofu tidak ingin identitasnya diketahui dan Raia membantunya.
Tetapi siapa sangka mereka berkata demikian.
Wajah Erofu memang sudah tertutup walaupun masih ada beberapa bagian yang terbuka. Sedikit tonjolan di dada dan bibirnya yang tipis menunjukan bahwa ia jelas wanita. Apalagi kakinya yang mulus sudah menunjukan identitasnya sebagai wanita cantik bahkan tanpa melihat wajahnya.
"Bocah, kamu diizinkan memasuki desa, tetapi temanmu sangat mencurigakan dan kami akan mengintrogasinya sampai minggu depan."
Jadi seperti itu.
Senyum yang Raia miliki telah hilang.
"Aku akan membiarkan kalian mengintrogasinya jika aku berada disisinya. Bagaimana?"
"Tidak bisa, mengintrogasi adalah hak kami sebagai penjaga desa untuk menjaga keamanan dan kenyamanan desa serta menjaga rahasianya, tetapi kamu yang masih bocah, tidak ada hubungannya sama sekali dengan desa."
"Iya benar! Lebih baik menuruti boss, kamu akan diberikan izin untuk tinggal di desa selama seminggu, tetapi teman kamu harus di introgasi bersama kami!"
"Bocah, jangan memaksakan keberuntunganmu, kami telah bermurah hati dan membiarkan anda tinggal. Jika kami tidak murah hati, anda bahkan tidak dibiarkan tinggal di dekat desa." Prajurit lain mencibir.
Humu ... Jadi seperti itu.
"Boleh saja, ngomong-ngomong terimakasih sudah mengizinkan ku untuk tinggal, aku akan menitipkan temanku selama seminggu."
"Hahaha! Pilihan bijak bocah!"
"Kamu akan puas, tenang saja, temanmu akan kami jaga sepenuh hati."
"Beberapa hari sekali, kamu boleh mengunjunginya jika kamu mau, bocah."
Para prajurit tersenyum cabul kemudian tertawa saat seringai mereka melebar.
Raia yang ekspresinya tidak terlihat jelas karena tertutup rambut, juga ikut tertawa bersama.
Waktu berlalu dan Raia menunduk, walaupun beberapa saat laku langit masih terang, sekarang mulai menunjukan gelap akan hujan.
"Sekali lagi terimakasih karena akan menjaga temanku tapi ... Aku tidak bisa menitipkan temanku pada kalian sementara kalian masihlah penjaga bayi amatir. Aku akan menitipkan kalian pada hades untuk melatih keterampilan menjaga bayi kalian."
Mendengar perkataan Raia, para prajurit yang tertawa sekarang terdiam. Mereka menjadi waspada pada Raia dan beberapa prajurit sudah mulai menarik pedang dari sarungnya.
"Bocah, apa yang kamu katakan?"
"Hahaha, anak ini sepertimya akan merindukan temannya selama seminggu."
Suasana berubah menjadi mencengkam, tawa penuh makna beberapa saat lalu dari para prajurit sudah menghilang, ditambah cuaca yang mendung menambahkan suasana lebih buruk.
Mereka tanpa sadar menggigil saat melihat pemuda di depan mereka ini.
Keringat dingin mengalir di tubuh mereka, pengalaman bertarung yang banyak membuat mereka peka terhadap keadaan ini, mereka ketakutan.
Ketakutan terhadap yang kuat.
Pengalaman pertempuran mereka yang sudah dikumpulkan bertahun-tahun tidak sia-sia. Dalam hitungan detik mereka sudah membuat formasi dan para pemanah sudah menarik anak panah.
Para prajurit, mereka tidak diam. Mereka sudah bergerak mengelilingi Raia dan Erofu.
"Menyerahlah, bergerak sedikit saja maka kami akan menyerangmu."
Prajurit yang dipanggil boss, berkata dengan wajah suram dan gemetar.
Dalam 41 tahun hidupnya, boss meluangkan hampir setengahnya untuk pertempuran dan sudah terbiasa bertempur dalam segala medan, boss juga bertarung dengan lawan yang lebih kuat darinya, pernah beberapa kali ia melarikan diri dari lawan yang kuat.
Perasaan menindas dan mencengkam ini sudah puluhan kali boss rasakan seumur hidupnya, ia tahu jika ia merasakan suasana ini lagi maka, lawannya lebih kuat.
Walaupun boss ketakutan, ia tidak bisa menghianati bawahannya dan menunjukan hal yang memalukan.
Walaupun ia tidak tahu apakah Raia benar-benar kuat atau hanya menggertak, ia harus tetap menunjukan bahwa ia adalah pemimpin.
"Bocah, dengarkan untuk terakhir kalinya, pergi dari sini dan kami akan melepaskanmu."
Raia tidak tergerak.
Perintah boss yang sebelumnya mengaruskan untuk menyerah, sekarang memerintahkan mereka untuk pergi, ini saja sudah jelas menunjukan bahwa ia benar-benar ketakutan.
"Seperti yang kamu katakan, aku juga akan mengatakan ini untuk terakhir kalinya..." Raia perlahan mengangkat kepalanya. Angin lembab mulai berhembus yang membuat rambutnya beterbangan dan memperlihatkan mata merah darah dengan pola 4 kipas di setiap arah, "jangan pernah menyinggungku dan gadisku!"
?!
Mereka terkejut!
Ketakutan dihati mereka tiba-tiba meningkat saat melihat mata merah darah itu.
Matanya yang merah terlihat memancarkan cahaya kebrutalan dan kelicikan. Menghadapi hal yang tidak pernah mereka lihat, baik para prajurit dan pemanah menggigil tak karuan, mereka bersumpah bahwa mereka melihat hades beberapa saat lalu.
"Semuanya! Serang!!"
Mengabaikan rasa takut mereka, mereka menyerang Raia dengan kekuatan penuh.
"Mereka hanya berdua! Serang!"
Puluhan anak panah melesat menuju Raia dan Erofu, para prajurit sudah membuat ancang-ancang untuk menebas, tetapi saat mereka hanya butuh 5 meter lagi untuk menggorok Raia, kipas empat arah berputar searah jarum jam kemudian mereka kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
"Eh?"
Puluhan prajurit tertegun, mereka dalam kondisi bingung tetapi teriakan kesakitan kawan mereka membangunkan mereka.
"Tidaaaak!!!" mereka semua secara bersamaan berteriak sebelum sejumlah besar darah muncrat seperti air mancur.
Para pemanah tidak jauh berbeda, mereka dalam kondisi yang sama. Anak panah yang sudah melesat menuju Raia, jatuh ketanah berurutan.
Raia melihat sekeliling, rumput hijau sekarang dipenuhi oleh darah merah segar, wajah keputusasaan dan kebingungan dari para mayat terlihat jelas.
Raia menghela nafas, "stabilkan kembali emosi." menutup mata dan melakukan pernafasan ringan, saat Raia kembali membuka matanya, matanya telah kembali ke keadaan normal.
Suara langkah kaki terdenmgar, Raia berbalik dan melihat Erofu berjalan mendekatinya.
"Aw!"
Raia mengerang karena rasa sakit saat Erofu mencubit perutnya.
"Hei, apa yang kamu lakukan?!"
Erofu sedikit mengangkat tudung jubahnya dan tersenyum pada Raia dengan air mata disudut matanya.
"Terimakasih Raia."
Oke, apa aku berbuat salah lagi padanya?
Raia merasa dirinya sampah karena membuat seorang gadis menangis dua kali dalam sehari. Tetapi saat mengetahui bahwa itu adalah air mata bahagia, yah, setidaknya Raia turut senang walaupun tidak tahu apa yang membuat Erofu senang.
"Tidak apa-apa kan aku membunuh mereka? Aku merasa sedikit bersalah, tetapi sampah seperti mereka memang pantas untuk itu."
"Raia-sama."
"Oh iya, kenapa kamu menyembunyikan identitasmu?"
"Raia-sama."
"Ngomong-ngomong kemampuan ini memiliki nama yang bagus, Mangekyou Sharingan, ada dua kemampuan, yang tadi aku beri nama dimensional slash, lalu untuk yang kedua ... Masih rahasia tehe-pero!"
"Raia..."
"Aku tah itu skill yang agak merepotkan karena selalu aktif saat emosiku tidak stabil."
"RAIA!"
Raia terdiam, ia tidak menyangka Erofu akan membentaknya.
"Anu, ada apa?"
Suara tangisan kembali terdengar, suara itu pelan tetapi Raia yang mendengarnya merasa hancur.
"Ada apa!?"
"Tatap aku! Raia ... Lihat mataku." nafasnya terdengar tersenggal-senggal.
Raia tidak tahu harus bagaimana, ia merasa rumit dan ia tahu kondisinya sendiri.
"Raia, mata kamu tidak fokus. Raia beritahu aku!"
Raia merasakan Erofu memeluknya dan ia juga merasa dadanya basah oleh air mata dan ingus.
Kali ini, Raia telah menjadi sampah masyarakat kelas atas, maksudku adalah dalam sehari ia membuat seorang gadis menangis tiga kali. Jika bukan sampah lalu apa?
Langit yang mendung mengeluarkan suara petir yang bergemuruh kemudian air mulai jatuh, gerimis. Ia tidak ingin bajunya basah, tetapi ia tidak ingin kehilangan momen ini.
Dalam hitungan menit, hujan semakin deras, dan Raia kemudian mengungkapkan kondisinya langsung ditelinga Erofu.
"Maaf, setiap aku menggunakan kemampuan ini aku akan buta, karena itu, aku tidak bisa melihat untuk saat ini. Haha! Tapi tak apa-apa, lagipula mataku akan pulih sepenuhnya dalam waktu 1 bulan! Aku masih bisa merasakanmu."
Raia mengelus-elus kepala Erofu, 'tidak diduga rambutnya sangat halus.'
Setelah ini tidak terdengar suara lain, Raia diam dan membiarkan Erofu terus menggumamkan hal yang terdengar tidak jelas.
"Kamu, aku tidak akan memaafkanmu jika kamu menggunakan kemampuan yang membahayangkan diri lagi ... Bodoh!"
Setidaknya itulah yang Raia simpulkan. Ia masih ingin menikmati lebih lama lagi momen ini tapi sayang sekali ada yang menggangunya.
"Ada yang mendekat, lalu Erofu."
Mendengar perkataan Raia, Erofu berhenti menangis walaupun matanya masih memerah, ia menatap Raia dengan antisipasi.
"Maukah, kamu melindungiku untuk beberapa saat?"
Erofu tanpa ragu-ragu, mengambil kedua tangan Raia dan menyetujui permintaan Raia.
"Iya, iya. Akan aku lakukan! Huhu~ sekarang peran kita terbalik bukan, Raia-sama?"
"Terimakasih Erofu." kembali mengelus kepala Erofu.
'Gawat, sepertinya aku bakal ketagihan.'
"Raia, ayo."
Erofu mengambil tangan Raia dan menggenggamnya dengan erat. Merasakan kehangatan tangan Raia, Erofu memerah dan sadar bahwa ia sedang berpegangan tangan dengan Erofu.
Ia kemudian pergi menuju pintu masuk lain dengan menyamar.
10 menit kemudian.
3 orang yang mengenakan senjata berbeda telah tiba di lokasi dimana Raia membantai prajurit.
Orang yang membawa dua belati dipinggulnya melihat kolam darah tetapi hanya menggelengkan kepala.
Dia berbalik dan melihat dua temannya, satu membawa panah dan lainnya pedang besar.
"Pantas saja kita kehilangan koneksi dengan mereka, tidak ada yang selamat, setiap tubuh mereka terpisah menjadi empat bagian. Kepala, dada, paha dan kaki, dari cara mereka terbunuh, seorang Lord lah pelakunya, tetapi mereka semua sepertinya mati dalam sekali serangan."
"Dengan kata lain, Lord ini berbahaya, tetapi aku akan mencarinya dan membalaskan dendam mereka!" kata pembawa pedang besar.
"Sin! Jangan gegabah!"
"Sin, tolong kali ini saja jangan hancurkan misi kami, dengarkan Cloudia untuk kali ini saja, tolong."
"Aku tidak ingin mendengar itu dari seorang beban sepertimu! Nayla!" Sin, terlihat tidak senang saat ia menghilang seolah-olah tidak pernah ada disana.
"Arrhg!! Bajingan ini! Kita akan pergi menyusulnya, Nay."
"Kali ini aku akan mengadukannya kepada ketua. Hei, kenapa tidak membiarkannya melawan Lord misterius itu dan kemudian membiarkannya mati?"
"Rencana itu aku setuju, tapi dia anak haram dari ketua, membiarkannya tewas akan membuat kita memiliki masalah yang lebih besar daripada ini."
"Menurutmu bagaimana, Cloudia? Seberapa kuat Lord yang menyebabkan ini?" Nay menatap tumpukan mayat prajurit.
"Yang pasti, jika kita berhadapan dengannya, kita mati. Menilai dari ekspresi mereke tewas, keterkejutan dan tercengang, mereka dibunuh pada serangan pertama." Cloudia memiliki pengamatan tertinggi diantara 3 orang, dan ia percaya diri dalam mencari informasi.
"Menakutkan, kita harus serius mencegah Sin bertemu Lord ini, ayo Cloudia."
"Ya, semoga tidak terlambat."
Wujud mereka bergoyang lalu mereka menghilang dari tempat mereka berdiri seolah-olah mereka berteleportasi.