Boom..!!!, Suara bola voli yang di pukul keras ke arah lapangan, Aku dan taman ku seketika terdiam melihat pukulan keras itu. Teman ku bernama Arau, orang nya mempunyai sifat kepemimpinan dan kedewasaan yang sangat istimewa. Oh iya namaku Angel, tapi aku cowok. Sembari menunggu teman yg lain datang, aku dan Arau mengambil bola dan mulai passing. Kondisi di pinggir lapangan pada saat itu cukup ramai, Maklum... Orang kampung ku rata-rata menyukai permainan bola voli. " wooyy..." terdengar suara teriakan dari budun. Budun ini teman ku juga, dia orang nya sedikit alay dalam masalah percintaan tapi tinggi lompatan nya dalam masalah bola voli. Budun datang bersama Giran. Giran ini tubuh nya besar tapi lembek dan suka bohong juga. Dia adalah seorang toser, istilah tepatnya sebagai pengumpan di lapangan. Budun dan Giran mulai ikut pasing bersama kami. " priitt, priitt, priittttt" suara peluit tiga kali tandanya permainan berakhir. Dan saatnya giliran kami yang bermain. Permainan kami masih sangat kacau, tapi itu lah yang membuat kami tetap bersemangat dalam latihan bola voli. Banyak yang berkomentar tentang permainan jelek kami, tapi kami tidak memperdulikan itu. Kami tetap latihan supaya bisa jadi pemain yang sangat bagus. " Priittt, Priittt, Priittttt" akhir nya permainan selesai. setelah selesai bermain kami berkumpul berempat hanya untuk tertawa dan berdiskusi tentang kemajuan kami bermain. "Malam nanti kerumah ku ya" kata si Arau. Rumah Arau biasa nya menjadi markas malam kami untuk berkumpul. Dan kami akhirnya pulang.
jam menunjukkan pukul 19.00 aku bergegas pergi kerumah Arau. Sesampainya di sana kulihat masih sepi. Akupun masuk, "Yang lain kemana???" tanya ku ke Arau. "Biasaaa , kek nggak tau mereka aja" sahut Arau. "Oh iya ya" aku menjawab. " Tiiittt tiiittt" suara klakson motor Giran dan motor Bokir. Budun,Giran,Bokir dan komeng. mereka berempat akhirnya sampai. Oh iya Bokir orang nya berkumis tebal dan komeng orang nya sedikit hitam tapi manis, asiikkk. Kami semua nya berjumlah 8 orang, 2 orang teman ku lagi nggak tau dimana. Jika sudah berkumpul, Obrolan kami sangat agresif, tertawa pun tanpa beban apalagi ditemani dengan suguhan kopi hangat khas daerah kami. " Tok tok tok" suara pintu, ternyata yg datang adalah Nandut. Nandut tubuh nya kurus warna kulit nya sama dengan Komeng tapi rambut nya keriting. " Tok tok" pintu kembali bersuara. "Siapa lagi itu" kata Budun. "Mungkin itu yay" kataku. Ternyata benar yang masuk adalah Yay. Yay...orang nya putih dan agresif. Akhirnya kami berkumpul semua. Kami tinggal satu kampung dan sekolah pun kami satu sekolah. Obrolan kami tentang bola voli tidak ada habisnya, Seolah-olah kami adalah pemain hebat. Berkhayal tentang masa depan, tentang berkumpul lagi suatu saat jika terpisah. Kami berkomitmen untuk menjadi pemain voli profesional. Jam telah menunjukkan pukul 01.25 malam. Mata sudah mulai berat, akhir nya kami tidur dengan posisi yang acak-acakan.
Satu bulan berlalu permainan kami pun dikit demi sedikit mulai bagus. posisi yang mulai rapi, skema serangan yg mulai tajam. kami memulai latihan kembali di lapangan kampung. Pada saat itu seorang senior kami mengatakan bahwa akan ada turnamen di kampung sebelah. Setelah mendengar kabar itu kami pun sepakat untuk mendiskusikan nya malam nanti. Seperti biasa kami berkumpul di rumah Arau, Semua nya telah berkumpul. Pendapat- pendapat pun mulai keluar dari bibir. Seketika kami lesuh karena tersendat biaya pendaftaran dan transportasi. Kami berdelapan bukan lah terlahir dari keluarga kaya. Persahabatan kami pun sederhana tapi penuh makna. "Nanti aja kita pikirkan masalah keuangan" kata Arau. "Iya benar kita daftar aja dulu, jika ada kemauan pasti ada jalan" kata si Komeng. Panjang lebar berdiskusi akhirnya kami sepakat untuk ikut serta dalam turnamen itu.
Satu Minggu kemudian hari turnamen pun tiba dan kami akan mengawali turnamen pertama kami. Melihat sket turnamen, kami akan berhadapan dengan tim yg lumayan kuat, tim yang telah banyak pengalaman dalam bermain voli. semua alat-alat pun sudah kami siapkan. sebelum berangkat kami berkumpul dirumah Arau untuk finishing. Budun dan Giran Belum sampai, oh iya Budun orang nya lelet, pada saat dijemput oleh Giran dia nya masih dikamar mandi, ntah apa yang dilakukan nya. Dan tidak lama kemudian mereka berdua pun sampai. Kami berembuk masalah uang. Dan kami sepakat untuk patungan dengan kondisi keuangan seadanya. kami akhirnya berangkat. Setibanya di tempat turnamen kami telah di sambut dengan penonton yg sangat ramai. Mungkin keramaian itu bukan untuk menonton kami, melainkan ingin menonton tim lainnya. Sepatu telah terpasang dan jantung pun mulai "dag Dig dug der" saat akan memasuki lapangan. Yaaa begitulah... mental bermain kami belum terbentuk sempurna atau dengan kata lain masih GROGI. Memulai pemanasan dengan lompat-lompat kecil. Kami diberi waktu untuk melakukan smash-smash. Komeng memulai smashan pertama nya dengan sangat percaya diri. Setelah itu Budun mengambil bola untuk melakukan smash. Pada saat bola di lempar ke Giran dan Giran langsung mengumpan ke Budun. Tanpa disadari ternyata ada Bokir yg sedang mengambil bola tepat berada di bawah Budun yg sedang melompat. "Booom" bukan suara bola yang di smash, melainkan suara Budun yang tidak sengaja menginjak Bokir. "Hahahaha" suara tertawaan penonton yang melihat kejadian itu. Sontak kami semua pun malu dan terdiam. " Tidak apa-apa, biasa itu" kataku. Mereka kembali berdiri. Starting line up kami yaitu Aku,Komeng,Yay,Giran,Budun dan Bokir. Arau dan Nandut mengalah supaya kami bermain duluan. Kami sudah berada di posisi masing-masing, "Priitttt" pertandingan pun dimulai. Awal permainan yg bagus kami tunjukan. Suara sorakan kami sangat membara ditengah lapangan, sampai-sampai mengalahkan suara penonton. Skor telah 8-3 untuk keunggulan lawan kami. Di pertengahan permainan kami masih tertinggal, sampai akhirnya di set yang pertama kami kalah. Pada saat Time Out senior kami angkat bicara. Oh iya kami tidak memiliki pelatih. " Giran jangan selalu memainkan bola-bola pendek (Quick), lawan kalian kan postur nya tinggi-tinggi. Jadi mainkan bola-bola Open atau lambung" kata Senior. Pada saat Senior mengatakan jangan selalu memainkan bola-bola pendek, aku pun bergumam di dalam hati, " Aduh bakal gak nyemash ni di set kedua". Karena aku spesialis bola pendek. Tapi tidak masalah pikir ku, ini untuk kebaikan pertama dan pelajaran juga. "Priittt" Peluit telah dibunyikan. Kami mulai masuk ke dalam lapangan lagi dengan pemain yang berbeda. Yay telah diganti dengan Arau. Set kedua dimulai, Komeng melesatkan smash keras nya. Poin kami terus bertambah tapi masih tetap di bawah poin lawan. Aku sebagai Quicker tak henti-hentinya lompat ke sana kemari berharap blok kosong supaya teman ku dapat menyemash dengan leluasa. Permainan semakin seru dan akhirnya kami kalah. Dengan skor yang tidak enak dilihat. Kami sangat kecewa, tapi tidak ada yg perlu di kecewakan karena itu hanya permainan. Kami bergegas untuk pulang dengan kekalahan. "Pulang ini kumpul ke rumah ku ya" kata Arau. "Oke" jawab kami semua. Malam telah tiba dan kami kembali berdiskusi tentang topik yang berbeda yaitu KEKALAHAN. Malam itu kami bawa dengan keadaan santuy walaupun kalah. Kekalahan itu tidak membuat kami patah semangat, Karena sejatinya orang kalah adalah orang yang menyerah.