Emma memutuskan untuk tidak mempedulikan apa yang telah terjadi di antara para murid perempuan. Ia sebenarnya kesal karena merasa seolah kembali ke masa-masa SMA di bumi. Tetapi mungkin hal-hal semacam ini, perbuataan kekanakan di antara remaja perempuan dapat terjadi di mana pun tempatnya.
Ia tidak terpengaruh hal semacam ini karena selain ia lebih tua dari teman-teman sekolahnya sekarang, Emma memang secara psikologis lebih dewasa.
"Banyak orang yang menggosipkanmu dan bicara jelek tentangmu," kata Ulla dengan wajah prihatin. "Apakah itu benar? Kau tadi malam keluar dengan Pak Marlowe?"
Emma tidak menjawab. Baginya itu bukan urusan Ulla atau siapa pun. Ia hanya fokus pada teh panas yang ada di cangkirnya. Dengan tenang ia menyesap teh itu setelah menurunkan sedikit suhunya agar siap minum.
"Astaga.. kau tidak menunggu dulu? Bukankah tehnya sangat panas?" komentar Ulla keheranan. Ia sedari tadi memperhatikan Emma, berusaha melihat reaksinya. Tetapi gadis ini dingin seperti es.