Sebuah ucapan terlontar dengan mudah dari bibir seorang Mu Jinchen. Nada bicaranya yang datar membawa kesan yang dingin, namun tidak memiliki perasaan yang arogan dan memaksa. Dia hanya sedang mengatakan kebenarannya. Sejak awal, hanya orang lain yang berada di sisi dirinya lah yang mampu memenuhi pikirannya. Sedangkan Jing Wushuang benar-benar tidak memiliki sesuatu yang pantas yang mampu mengisi pikirannya.
Ucapan seperti ini terdengar tidak nyaman di telinga Jing Wushuang. Dia kemudian mengangkat matanya dan membalas tatapan Mu Jinchen, lalu tertawa dan berkata, "Tuan Mu mungkin mengira kalau saya tidak menghargai kebaikan seseorang. Mungkin bisa masuk dan duduk di dalam mobil Tuan Mu adalah hal yang selalu diimpikan oleh banyak orang, tapi saya tidak bisa menerima maksud baik yang seperti ini. Saya berpikir, saya memiliki hak untuk tidak menerima kebaikan orang lain."
Jing Wushuang tidak ingin dengan begitu mudahnya membicarakan hal-hal yang membuat perasaannya campur aduk dengan Mu Jinchen. Kali pertama dan kedua, mereka bertemu secara tidak sengaja dan dia tidak bisa mengontrolnya. Kali ketiga dan keempat, dia terluka dan jatuh sakit, jadi dia tidak memiliki pilihan lain untuk menerimanya.
Dalam seminggu yang pendek, Mu Jinchen sudah terlalu banyak masuk dalam kehidupan Jing Wushuang. Memikirkan kalau dirinya pernah dipeluk dua kali oleh pria itu, wajah yang tanpa kehendaknya tiba-tiba memerah dan memanas. Hal itu juga membuat dirinya sebisa mungkin untuk tidak membiarkan kontak kelima terjadi di luar pekerjaannya. Namun kali ini, sepertinya dia juga tidak bisa untuk menghindar. Jangankan bosnya satu ini, keponakannya saja, si Mu Yuhao itu, juga sedang mengejar dirinya. Untungnya Mu Jinchen adalah sahabat dari Tang Mubai, setidaknya dia masih memiliki alasan untuk menjaga jarak dengannya.
Untuk pertama kalinya, Mu Jinchen melihat Jing Wushuang tersenyum menampakkan gigi runcingnya. Namun suara lembutnya mencegah dirinya untuk tidak berkata sepatah kata pun. Wajah wanita itu yang terkadang malu-malu kini sudah tidak terlihat, suaranya yang lembut, sikap dan nada bicaranya juga tidak terdengar membantah. Wanita itu juga hanya mengungkapkan sebuah kebenaran, dan hal itu cukup mengesankannya. Mungkin wanita itu benar-benar tidak selemah yang dipikirkan oleh dirinya.
Raut wajah Mu Jinchen yang awalnya kaku kini terlihat lebih lembut. Suaranya juga terdengar jauh lebih hangat, "Lakukan yang kamu inginkan."
Setelah selesai bicara, Mu Jinchen langsung membalikkan badan dan meninggalkan Jing Wushuang. Melihat punggung pria itu yang menjauh, dia diam-diam menghembuskan napas lega. Akhirnya dia telah berhasil bersikap antagonis sesuai rencananya. Mu Jinchen adalah seorang yang terbiasa untuk menyuruh-nyuruh orang lain dan tidak membiarkan orang lain mengatakan tidak. Dia tidak menyangka kalau tiba-tiba pria itu memiliki gaya yang sangat jantan seperti ini.
Sebenarnya, Jing Wushuang benar-benar merasa bersalah bersikap seperti tadi kepada Mu Jinchen. Hanya saja, pria itu memberikan suatu perasaan asing kepadanya. Pria itu sempurna, hanya saja, di mata Mu Jinchen, semua wanita adalah seperti sosok yang tidak terlihat. Sikap lembut seperti apa yang diharapkan olehnya dari pria seperti Mu Jinchen.
Jing Wushuang menggenggam ponselnya dan berpikir. Lalu dia memberikan sebuah pesan suara di aplikasi Wechat kepada Su Ran, "Su Ran, apa urusanmu sudah selesai?"
Su Ran dengan cepat langsung membalasnya, "Masih belum. Apa kamu sudah sampai rumah?"
"Hampir. Ya sudah kamu lanjutkan dulu urusanmu."
Su Ran mencium sesuatu yang tidak benar di sini, lalu bertanya, "Tunggu sebentar… apa kamu masih ada di kantor?"
Jing Wushuang berusaha membawa nada santai pada bicaranya, "Aku naik taksi. Ini sudah hampir sampai rumah."
"Benarkah? Cuaca seburuk ini kamu bisa mendapatkan taksi?"
"Tang Xiaotang membantuku memanggil taksi. Kamu jangan pulang terlalu malam. Lanjutkanlah urusanmu."
"Baiklah... Kamu juga hati-hati."
Jing Wushuang tidak membalas pesan terakhir Su Ran. Lalu, dia kembali membuka aplikasi 'Didi' dan memilih satu pelayanan taksi khusus. Tidak perlu menunggu waktu lama, ada sebuah mobil yang datang untuk menjemputnya. Meskipun biayanya tidak sedikit, tapi setidaknya dia bisa tiba di rumah.
***
Keesokan harinya, Jing Wushuang terbangun dan merasakan sakit yang ada di kakinya akhirnya sudah sangat jauh lebih baik. Pada dasarnya, kakinya hanya keseleo. Meskipun dia masih tidak berani untuk menaruh beban tubuhnya pada kakinya dan masih perlu berjalan dengan perlahan, tapi dia merasa sakitnya sudah tidak yang begitu terasa.
Kemudian, Jing Wushuang membuka lemari bajunya. Dia khawatir akan baju apa yang akan dipakainya untuk acara hari ini. Dia hanya bisa mengenakan flat shoes, di hari-hari yang sering hujan seperti ini, pasti mudah sekali untuk basah dan sepatu semacam itu tidak terlalu apik untuk dipadupadankan dengan berbagai pakaian.