Mu Zhilan hanya bisa menunggu di waktu yang paling tepat untuk berbicara, lalu berkata, "Baiklah, waktunya sudah cukup. Mu Jinchen juga harus bersiap untuk pergi bekerja. Ini adalah hari pertama baginya, jadi jangan sampai terlambat."
"Eh, sudah setengah delapan pagi. Hari senin adalah hari yang paling mudah terkena macet. Paman, kita segera berangkat yuk," Mu Yuhao menunjukkan kebolehannya memanjat pagar yang pernah diajarkan oleh Mu Zhilan ketika dia masih kecil.
"Ayah, kakak, kami pergi dulu," pamit Mu Jinchen.
Mu Yuhao kemudian mencium pipi ibunya dengan senyumnya yang lebar, "Dah kakek, dah ibu!"
Melihat mereka yang semakin menjauh, Mu Zhilan lalu berjalan dan duduk di samping ayahnya. "Ayah, kamu tau watak Mu Jinchen. Apa perlu ayah melakukan seperti tadi?" ucapnya dengan lembut.
"Dasar… Itu watak yang buruk. Mirip dengan Mu Yuhao…" Saat mengatakan ini, Mu Zhenhua langsung dilirik oleh Mu Zhilan. Lalu, dengan cepat dia merubah ucapannya, "Entahlah tidak tahu mirip siapa!"
Mu Zhilan menggelengkan kepalanya sambil tertawa, "Ayah, kamu tahu kalau Mu Jinchen paling mirip denganmu ketika masih muda. Perawakan fisiknya pun sangat mirip dengan ayah. Sudah tau begitu tapi masih suka mengganggunya."
Karena sifat keduanya yang terlalu mirip, semakin besar pula percikan api yang muncul di antara mereka.
"Omong kosong. Siapa yang mirip dengan bocah tengik itu? Ketika muda entah berapa banyak wanita yang menyukaiku. Lihat dia, karakter yang mirip seperti batu mana ada wanita yang menyukainya. Zhilan, katakan, apa dia benar suka kepada pria? Apa masih ada sesuatu yang disembunyikan darinya? Dia kan sudah berusia 30 tahunan, bagaimana bisa dia tidak memiliki seorang wanita pun di sampingnya?"
Setelah kedua bocah itu pergi, Mu Jinchen langsung menunjukkan sikapnya yang bijaksana di depan putrinya. Mu Zhilan tampak sangat mirip dengan mendiang istrinya yang telah meninggal. Temperamennya yang hangat seperti sebuah tempat peristirahatan bagi jiwa yang lelah. Wanita seperti ini lah yang paling mudah mengubah pria keras menjadi pria yang lembut.
"Ayah, apa seumur hidup ayah hanya akan memiliki ibu seorang? Sejak kecil, Mu Jinchen lah yang paling mengetahui dirinya menginginkan apa. Mungkin dia juga sedang terus menunggu apa yang menjadi miliknya. Tolong ayah biarkan dia memilih sendiri."
"Apa menyukai pria juga menjadi alasannya?" Raut wajah Mu Zhenhua seketika berubah tidak enak dan memelototi putrinya.
Mu Zhilan tidak tahu ingin menangis atau tertawa. Meskipun dia juga sempat berpikiran seperti itu, tapi dia tidak menyangka jika ayahnya akan berbicara seperti itu. "Tidak ada hal yang terjadi. Aku sempat menanyakan kepadanya. Mu Jinchen tidak mungkin berbohong padaku."
"Apa Nona Li, wanita itu, benar-benar tidak bisa?"
Mu Zhilan menggelengkan kepalanya. Dia menggenggam tangan ayahnya, lalu bangkit dari duduknya. "Baiklah. Ayah, wanita itu sangat tidak mungkin. Ayo aku temani ayah jalan-jalan di taman. Mu Jinchen pasti menemukan jalannya sendiri. Kita tenang saja ya."
"Mana bisa aku tenang. Putraku sebaik itu, parasnya tampan dan kemampuannya juga kuat. Mana bisa dengan asal memilih seorang wanita?"
"Baru saja siapa yang mengatakan kalau dia bocah tengik?"
"Kamu ini...."
***
Landmark CBD Kota S adalah satu gedung perkantoran yang menjulang tinggi hingga ke awan. Dengan cuaca rendah seperti ini, biasanya puncak dari gedung ini bisa tidak terlihat. Menurut harga properti di Kota S saat ini, bangunan kantor seperti pencakar langit itu bisa digambarkan dengan harga setinggi langit. Ya, inilah gedung perusahaan Mu, yang tidak lama berubah nama menjadi Gedung Chen Yu.
Hari ini, seluruh petinggi Chen Yu Internasional telah berkumpul dan berbaris di lobi kantor. Mereka menunggu ketua dewan baru mereka untuk mengambil alih jabatan. Dengar-dengar, pemimpin baru mereka memiliki temperamen yang seperti api, oleh karena itu mereka berusaha sebaik mungkin untuk tidak menyulut kobaran api ini.
Pegawai lainnya sudah diberitahukan kemarin bahwa hari ini harus datang ke kantor 30 menit lebih awal. Jadi, pegawai yang tergolong menengah ke bawah sudah datang pagi-pagi sekali untuk check in. Sedangkan para petinggi berdiri di sini untuk menyambut pemimpin baru, bukan sekedar pegawai biasa.