Stacey tak sengaja menabrak seorang lelaki kekar berjubah abu-abu gelap hingga ia terjatuh, lelaki kekar itu tersenyum ramah dengan tatapan tajamnya. Erissa dan Amanda memundurkan dirinya dengan posisi siap menyerang sementara Stacey masih diam terpaku dan membalas balik tatapan pria kekar itu.
"Maafkan aku." Kata lelaki itu hangat sambil menjulurkan tangan untuk membantu Stacey agar berdiri.
Apa yang dilakukan Stacey diluar ekspetasi lelaki kekar itu, Stacey menepis tangannya dan bangun tanpa bantuan pria kekar itu.
"Aku tak butuh bantuan mu." Stacey berujar dingin dan memundurkan langkahnya, ia membersihkan pakainya yang terkena debu tadi.
Pria kekar itu mencengkram kuat pergelangan tangan Stacey, Amanda dan Erissa berencana menyerang pria kekar itu. Tiba-tiba—
'Wushhh'
Dengan kecepatan yang luar biasa, seorang lelaki dengan rambut berwarna putih dengan ujung rambutnya berwarna biru melepaskan cengkraman kuat dari pria kekar itu.
"Maafkan aku jika ketiga adikku tak sopan padamu. Sungguh aku minta maaf." Kata Zedva dengan nada menyesal yang dibuat-buat.
"Adikmu? Dari ras yang berbeda-beda? Sepertinya ayah mu bukan lelaki baik." Hina pria kekar itu.
'Zedva?!' Pikir Stacey terheran-heran dengan kehadiran Zedva yang tiba-tiba begini.
"Dia? sedang apa?!" Ucap Erissa secara pelan-pelan. Amanda hanya menggelengkan kepalanya tak percaya, untuk apa Zedva datang kesini? Apakah karena kebetulan? Kepala Erissa dan Amanda telah dipenuhi banyak pertanyaan mengenai kehadiran Zedva.
Zedva sendiri tak mengeluarkan nada kesal kepada pria kekar itu karena dari awal hubungan persaudaraan itu tidak ada.
"Aku tak perlu mengatakan sepenuhnya tentang keluarga ku bukan? kalau begitu permisi dan maaf mengganggu anda tuan." Kata Zedva seraya memerintahkan ketiga gadis yang ada dibelakang nya agar mengikutinya. Pria kekar tadi melirik tajam dari sudut matanya ketika Amanda dan Erissa lewat lalu pergi dengan gagahnya.
Ketiga gadis itu pergi mengikuti Zedva hingga ke tempat penginapan mereka,
"Jangan sampai bertemu dengannya lagi." Saran Zedva yang terdengar lebih ke perintah.
"Cih." Erissa berdecak kesal, ia mengingat masa lalunya bersama Zedva. Ketika semuanya indah dan harus hancur karena impian.
Zedva menolehkan kepalanya untuk melihat Erissa di belakang Stacey dan menaikkan satu alisnya. Amanda tak menatap atau melirik sekalipun ke arah Zedva, hubungan mereka saat ini tak baik.
"Stacey!!!" Teriak Jason dari kejauhan ketika manik matanya menangkap tubuh Stacey.
Jason berlari ke arah Stacey sedangkan Alexador berjalan santai. Jason memeluk tubuh Stacey tanpa memperdulikan orang lain. Jason benar-benar tak sabar untuk menghadiri Festival Wateria.
"Aku masih ada tugas disini, ini bunga untukmu Stacey." Kata Zedva seraya memberikan satu tangkai mawar berwarna merah indah.
Alexador merasa kesal, tak menyangka sudah ada yang memberi bunga terlebih dahulu kepada Stacey sebelum dirinya.
Amanda dan Erissa memalingkan wajah mereka dan segera pergi ke dalam penginapan, mereka sangat kesal karena tak disapa sepatah kata pun oleh Zedva.
"Dan Alexador, ada yang ingin kubicarakan dengan mu!" Perintah Zedva dengan tatapan tajam tanpa wajah hangat sedikit pun.
Alexador berjalan mengikuti Zedva lalu Stacey pergi ke dalam penginapan bersama Jason.
♪♪♪
"Ada apa?" Alexador bertanya dengan dingin.
"Kau sebaiknya menjaga nya! Ibukota saat ini berbahaya! Kau tau?! Tadi mereka bertemu dengan anggota FREENITY! MEREKA MASIH BELUM CUKUP KUAT UNTUK MELAWAN FREENITY WALAU LAWANNYA HANYA SATU ORANG!" Tegas Zedva memperingati Alexador yang memasang wajah biasa saja.
"Lalu apa urusanmu disini?" Tanya Alexador dan tak menjawab pertanyaan Zedva.
"Perintah langsung dari tuan Aldero untuk menjaga Stacey dari kejauhan, itu saja. Dan apa kau tak mendengarkan ku?"
"Oh begitu. Kalau begitu dengan adanya kau tugasku jadi lebih mudah, tenang saja. Lagipula aku kesini bersama mereka untuk menikmati Festival yang ada disini." Alexador berucap santai dan pergi begitu saja.
Zedva tak punya pilihan lain kecuali melihat kepergian Alexador, dia berdecak kesal kemudian pergi secepat angin.
Menjelang sore, Jason dan Stacey pergi ke festival tanpa mengajak Amanda dan Erissa karena mereka berdua sedang tidak ada dikamar.
Begitu ramai dan padat jalanan ibukota, banyak toko-toko kecil yang sedang menjajakan dagangannya. Satu persatu toko mereka kunjungi, Stacey memenangkan perlombaan menangkap ikan mas dan membeli beberapa makanan. Stacey menyukai permen apel sehingga ia memutuskan membeli dua permen apel menggunakan uang Jason karena Stacey sedang tak memiliki uang.
Entah karena festival ini atau hadiah bunga dari Zedva, kedua sudut bibir Stacey terangkat tanpa paksaan.
'Perasaan ini! apakah aku sedang tersenyum?' Kata Stacey dalam hatinya, ia merasakan sesuatu yang telah hilang,senang! itulah yang dirasakannya.
"Oh Stacey! Senyummu menambah kecantikan mu!" Puji Jason, memang benar, Stacey menjadi sangat cantik ketika dia sedang tersenyum tanpa paksaan seperti ini!
"Rumah Ramalan! Ayo kita masuk kesini Stacey!" Ajak Jason, karena penasaran Stacey pun mengikuti ajakan Jason, seperti apakah masa depan Stacey yang diramalkan. Stacey benar-benar penasaran.
Rumah Ramalan disini benar-benar sangat indah sekaligus mengerikan, banyak benda-benda seperti tengkorak dan benda gelap lainnya.
Sang peramal pun menyuruh Stacey untuk duduk di kursi yang dikhususkan untuk pengunjung. Bola ramalan terlihat berada di atas meja tersebut. Stacey menaruh tangannya diatas bola ramalan tersebut.
"Waw! Apa-apaan ini?! baru kali ini—
penasaran ga? huhu:>
gimana episode kali ini? seru ga? komen ya!
>< semoga kalian suka!
jangan lupa tinggalkan kritik dan saran ya agar cerita ini berkembang lebih baik!
see ya!!!!