Aku benar-benar seperti tubuh yang tidak bernyawa saat ini, karena aku tidak mengetahui apa yang akan aku lakukan atau katakan kepada Ayah, karena kini aku merasa berdiri diantara 2 jurang yang sama-sama sedang menunggu diriku terjatuh.
Jika aku melawan kata-kata Ayah karena semua itu tidak benar namun aku juga takut jika ternyata Hansen memang benar mengatakan hal itu kepada Ayah.
" Oooh Tuhan, tolonglah aku... !" jeritku dalam hati, karena aku benar-benar tidak sanggup melawan Ayah dan Ibuku.
Aku hanya bisa terdiam, berdiri menatap Ayah dan Ibu sambil mengepalkan kedua tanganku disisi paha kanan dan kiri ku, mencoba untuk menahan amarah dan mencoba untuk bisa memaafkan semua kata-kata yang sangat menyakiti hati ini.
Mulut ini terasa terkunci oleh kata-kata yang tidak bisa aku lontarkan kepada Ayah dan Ibu. Jujur saja aku benar-benar tidak mengetahui bagaimana caranya agar aku bisa membalas perkataan dari Ayah dan Ibu dan bagaimana caranya aku harus membela diriku ? apakah benar Hansen mengatakan hal itu kepada Ayah ? atau mungkin Hansen mengatakan semua itu karena Ayah telah menakut-nakuti dirinya sehingga dia pun mengatakan itu agar terbebas dari ancaman Ayah, atau mungkin Ayah mengatakan hal itu kepadaku hanyalah untuk menjebak diriku agar aku mengakui seperti apa yang Ayah inginkan !? tapiii.... apa yang harus aku akui ?! jika aku sama sekali memang tidak ada apa-apa dengan Hansen.
Hansen bisa mengatakan hal itu kepada Ayah karena memang dia menyukaiku atau mungkin memang dia mencintai diriku, tetapi aku ! aku tidak terlalu menyukai dia , aku tidak tahu siapa dia , apalagi aku harus mencintai dia ! apakah aku harus menipu diriku sendiri, hanya untuk menyenangkan hati Ayah dan Ibu, Tidak !!! aku tidak mau seperti itu... ! saat ini aku harus menjadi diriku sendiri, aku bukan anak kecil lagi.... !
Hati ini terus berkecamuk dan semakin membuat dada ini rasanya sulit untuk bernapas, karena kini aku harus menentukan pilihan ku untuk menjawab Ayah dan Ibu.
" Letta , kamu itu harus mengakuinya dan tidak usah berbohong lagi kepada Ibu dan Ayah. Hansen itu telah mengatakan semuanya kepada Ayah tidak ada satupun yang dia sembunyikan dari Ayah. Kamu tahu... seandainya Hansen itu sudah mempunyai pekerjaan yang mantap dan umurnya lebih dewasa dari dirimu, mungkin Ayah bisa menerima dia sebagai kekasih yang kamu cintai dan memberikannya tanggung jawab agar dia bisa menjaga dirimu, tapi ternyata... sayang sekali semua itu tidak sesuai dengan harapan kami berdua sebagai orang tuamu, Hansen itu pekerjaannya tidak tetap dan umurnya pun masih terlalu muda sangat jauh dibawah dirimu, jadi... bagaimana Ayah bisa menerima dia untuk bisa menjadi kekasihmu".
ucap Ayah sambil tersenyum sinis kepada ku.
Jujur saja aku semakin pusing dan bingung mendengarkan semua kata-kata Ayah karena aku sama sekali tidak mengerti mengapa Ayah menjadi seperti ini kepadaku. Padahal aku ini adalah putrinya dan aku sama sekali tidak mengatakan apapun tentang Hansen kepada Ayah tetapi Ayah begitu mudahnya dia menuduh ku dan mencecar diriku dengan kata-kata yang seperti pisau menancap di hatiku saat ini.
" Ayah, mungkin saat ini adalah pembelaan diri Letta untuk yang terakhir kalinya, diantara Letta dan Hasan itu sama sekali tidak ada hubungan apapun, Letta itu tidak mengenal Hansen jadi jangankan untuk mencintainya untuk rasa menyukainya saja Letta tidak ada. Saat Ayah menemukan Letta bersamaan Hansen saat itu adalah pertama kalinya Letta bertemu dengan Hansen dan Letta saat itupun tidak berkata-kata apapun kepada dia karena saat itu kami berdua tidak sempat berbincang-bincang lama karena Ayah tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Letta untuk pulang bersama Ayah.
Ini semua adalah jawaban yang sejujurnya Letta katakan kepada Ayah dan Ibu, jadi Letta berharap Ayah dan Ibu bisa mempercayai Letta bukan percaya kepada orang lain".
Dengan keberanian yang sudah terkumpul didalam diriku, aku mengatakan semuanya kepada Ayah dan Ibu.
Itu semua adalah keadaan yang sebenarnya dan itu adalah yang sebenarnya terjadi antara aku dan Hansen tidak dilebih-lebih kan dan tidak di kurang-kurang kan. Saat ini aku sudah tidak perduli lagi jika Ayah tidak mau menerima semua kata-kata ku ini.
" LETTA.... !! jadi maksud dari perkataan mu adalah Ayah yang paling bersalah karena telah mengajakmu pulang saat itu !!".
Ayah bersuara sangat keras membalas perkataan ku lalu Ayah pun langsung berdiri dari duduknya dan berkacak pinggang menatap diriku.
" Letta, coba kamu katakan sekali lagi, apa maksudmu menyuruh Ayah percaya kepada mu bukan kepada orang lain... ?!"
suara Ibu terdengar pelan namun cukup membuat rumah ini seakan gempa seketika, karena belum juga aku membalas perkataan dari Ayah kini Ibu pun sudah langsung ikut memberikan pertanyaan kepada ku yang membuat diriku ini seperti ingin mati saja rasanya karena menjadi serba salah dan seperti tidak dihargai sama sekali di rumah ini.
" Ayah ! Ibu ! kenapa kalian berdua selalu seperti ini ?!" ucapku, lalu aku pun langsung berlari masuk kedalam kamar ku.
Aku langsung membanting tubuh ku di atas kasur, Kali ini aku sudah tidak kuat lagi menahan air mata dan suara jeritan hatiku.
" Tuhan.... ! kenapa aku harus terlahir disini ??? kenapa aku harus hidup didalam keluarga ini !!" jeritku dalam suara yang pelan.
Aku menumpahkan semua air mataku keatas bantal yang selalu menemani ku di saat aku benar-benar putus asa.
Bantal inipun pernah menjadi masalah yang besar dalam hidup ku, karena bantal ini adalah hadiah ulangtahun ku yang ke 17 dari salah satu teman pria ku disekolah, dan kejadian itu sempat membuat diriku ingin bunuh diri.
Tapi ternyata Ayah dan Ibu masih tetap seperti itu kepada ku, mereka berdua tidak berubah sama sekali dan semakin menjadi-jadi.
" Tok.. tok... tok ! kak Letta... kak Letta ini Laurent, apakah Laurent boleh masuk ?!"
suara Laurent menghentikan tangisanku dalam sekejap.
Sepertinya Laurent adalah penyemangat untuk ku dan suara Laurent kali ini adalah suatu tanda untuk ku agar aku harus bisa menentukan jalan bagi masa depan ku.
" Jangan lemah Letta ! kamu bisa !" ucapku dalam hati menyemangati diriku.
Aku pun langsung bangkit dari kasur ku dan merapikan baju ku setelah itu aku segera mengambil sepatu Sneaker ku.
Yaa... kali ini aku sudah bertekad untuk pergi dari rumah ini.
" Maafkan kakak Laurent, tapi percayalah suatu saat nanti kita akan bertemu".
ku pandangi pintu kamar ku sesaat dan berkata pelan kepada Laurent setelah itu aku pun keluar dari rumah ku dengan melompati jendela kamar ku.
Seperti tiada beban dan bebas, aku langsung berlari menjauh dari rumah ku tanpa ingin menoleh kebelakang untuk melihat rumah yang seperti neraka bagiku.
----->
Teman teman pembaca ku tersayang, saya mohon kepada kalian semua yang menyukai isi cerita ini, tolong bantu saya dengan Vote nya dan juga reviews nya,
agar saya semakin semangat untuk menulis cerita lagi ....
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih
kepada kalian semua, Terima kasih untuk semuanya salam hormat dari Saya,
Chand.
NB :
Instagram : @Divanandadewi
Facebook : @Chandrawati2019