Hati Ian terus merasa tidak tenang. Seringkali ia memandang Febi dengan wajah yang sedih. Ada ketakutan dalam diri Ian, suatu saat ia akan melukai Febi. Bahkan dalam strateginya untuk menolong Febi dengan berusaha memancing si penelpon gelap itu keluar pun, ia menggunakan Febi sebagai umpan. Dan gadis yang dicintainya itu hampir saja terluka.
Di belakang meja kantor tempat magangnya, Ian terlihat merenung. Pandangannya menerawang jauh. Pikirannya tidak ada pada pekerjaannya di kantor saat itu. Ia terus memikirkan Febi yang bisa kapan saja terluka jika terus dekat dengan dirinya. Membayangkan Febi yang terluka, tiba-tiba Ian teringat bagaimana ketika penyusup berjaket hitam yang masuk ke kamar kost Febi dan mencekik gadis itu sehingga ia kehabisan nafas dan pingsan. Ian mencoba mengingat penyusup berjaket hitam yang sempat dilihatnya dari belakang ketika penyusup itu melompat keluar dari jendela. Jaket hitam…topi hitam… sepertinya ia kenal jaket dan topi itu.