Sebuah kasus misterius dan mengerikan telah terjadi. Seorang Pria yang belum di ketahui identitasnya jatuh dari lantai 38 sebuah gedung. Padahal sama sekali tak ada orang yang bersamanya saat di ruangan lantai 38. Hanya ada beberapa petugas kebersihan yang menyaksikan nya jatuh di bawah.
Di duga lompat dari kaca dan memecahkan kaca membuatnya terjatuh ke bawah. Kepolisian setempat ingin menyelidiki kasus ini namun terlalu sulit dan tak masuk akal. Karena Pria korban lompat itu adalah seorang salah satu eksekutif besar di sana, bagaimana mungkin dia lompat dengan kesadaran.
Karena terlalu sulit di selidiki, kepolisian telah memanggil seseorang.
-
Terlihat seorang pria keluar dari selesai mandinya. Dia berjalan ke cermin melihat dirinya yang arogan hanya memakai sehelai handuk. Terdapat bekas bedah besar di lehernya. Dan di punggungnya tertulis tato aesthetic bertuliskan namanya yakni Samuel.
Ponselnya berbunyi di meja dekatnya, dia meraihnya dengan tangannya dan mengangkatnya.
"Yo Samuel..." sapa seseorang yang menghubunginya.
"Tak biasanya kau memanggilku seperti ini, Erick," kata Samuel.
Erick adalah mantan rekannya saat bertugas sekitar 5 tahun yang lalu, Erick lah yang menjadi polisi setempat kejadian tadi awal.
"Yah... Aku minta maaf mengganggu waktu nganggur mu, tapi disini benar benar butuh bantuan, ngomong ngomong sekarang dimana kau?"
"Aku ada di apartemen Nyonya Lux tepat di tengah tengah City United States."
"Kau ada waktu untuk kemari bukan?"
"Maksudmu ke San Diego, entahlah aku menikmati 5 tahun ku disini dan aku tak mau menerima keluhan lagi... Asal kau tahu mereka memanggilku tampan disini, banyak cewek malam itu yang menggodaku, kau harus mencoba kemari kawan," kata Samuel.
"Bukankah lima tahun sudah cukup untukmu istirahat, lagipula aku hanya memanggilmu kemari saja kan?"
"Baiklah... Terserah, aku akan kesana."
"Baiklah... Aku tunggu."
Lalu Samuel mematikan ponselnya. "Cih... Si bodoh itu, aku ingin lebih istirahatnya," Samuel memakai bajunya tapi tiba tiba terdengar suara dari pintu apartemennya.
"Masuk saja. (Aku malas buka pintu.)"
Lalu seseorang masuk, Samuel awalnya menoleh dengan cuek tapi saat dia tahu siapa orang itu dia menjadi terdiam tak berkutik. Tepatnya seorang pria berformal tak sepertinya mendekat masuk dan menutup pintu.
"Sudah berapa lama aku memberimu waktu?" tatap nya dengan dingin.
"5 . . . " balas Samuel dengan masih terkaku.
"5 hari?.... 5 minggu... 5 bulan?" pria itu menatap penuh provokasi sambil berjalan masuk begitu saja membuka lemari tua di sana membuat Samuel terkejut. "(Dia... Membuka sembarangan... Awas aja!!).. Li... Lima tahun."
"Lima tahun huh Samuel, aku tahu Kau bekerja padaku tapi apa lima tahun tak terlalu banyak?"
"Ha... Aku kan sudah mengatakannya padamu aku sudah pensiun."
"Umurmu berapa? Adakah umurmu 60 tahun... 40 tahun saja belum dan sudah mengaku pensiun, bilang saja kau hanya ingin berlibur dan bermalasan seperti ini, itu sama saja membuang bakatmu sendiri... Apa yang kau lakukan selama libur di sini... Membuat lukisan lagi?" tatap pria itu yang rupanya membuka lemari berisi banyak sekali kanvas lukisan yang sudah tua di sana. Dia mengambil satu dan menemukan gambar yang bagus. "(Dia membuang bakat nya.... Memendam nya di lemari ini.... Sangat payah.)"
". . Haiz.... Dengar... Sebenarnya apa yang terjadi sini, kau tak mungkin bisa melakukan hal seperti ini," tatap Samuel dengan serius.
"Aku bisa sesuka ku melakukan ini semua, lagipula ada tugas juga untukmu."
"E... E... Tunggu dulu... Aku baru saja dimintai bantuan tadi jadi ya tidak bisa."
"Apa kau sudah berani menolak tugasku?" pria itu melirik dengan tajam.
"Huu... Baiklah... Baiklah.... Jadi apa?"
Lalu pria itu memberikannya sebuah kantung plastik kecil berisi 1 obat pil berwarna merah membuat Samuel bingung.
"Ini bukanlah sembarang obat, obat ini memiliki kandungan karbon dan narkoba tinggi, mengonsumsi satu butir ini akan membuatmu memakan 2 kantung narkoba dalam satu suap."
"Ha.... Tidak masuk akal."
"Aku tahu itu, karena itulah aku ingin kau mencari obat ini di setiap tangan orang orang sementara aku akan mencari dimana dan siapa pembuat obat ini dan jangan coba coba kau mengonsumsinya."
"Tidak ada deadline kan?" tatap Samuel sambil mengambil obat itu.
"Selama kau belum menemukan siapa yang membuatnya maka waktumu tidak terbatas."
"Yah... Kalau begitu aku pergi dulu."
"Tunggu Samuel... Kau tidak ingin tahu apa efek samping obat itu?" tatap pria itu lalu Samuel terdiam masih memasang wajah seriusnya.
-
"Hm.... Ini terasa aneh, di rekaman tak menunjukkan korban bersama seseorang, posisi CCTV nya pun tidak mengarah ke jendela tepat di mana dia lompat jadi tak ada rekaman bagaimana dia melompat," kata Erick yang menatap komputer rekaman dan Samuel berdiri di belakangnya juga melihat ke komputer.
"Jadi kamera CCTV itu hanya menunjukkan bahwa dia masuk keruangan itu saja?" tatap Samuel.
"Sepertinya begitu."
"Yah... Kalau begitu yah.... Itu hanya hasrat bunuh dirinya saja."
"Tidak Samuel, dia adalah eksekutif besar tidak mungkin kan dia mau mati sendiri begitu saja, lagipula eksekutif besar pasti punya ancaman saingan."
"Cih... Ini merepotkan biarkan aku melihat rekaman nya," Samuel mendorong Erick keluar dari kursi dan ia yang duduk di depan komputer.
Sementara itu disisi lain terdapat 4 orang yang akan masuk ke lift gedung secara bersamaan. Di antaranya ada pengawal, Ibu paruh baya, seorang Wanita dan Pria sendiri. Mereka berempat hanya masuk ke lift dengan biasa menekan tombol lantai berbeda dan menunggu sampainya lift. Tak ada yang aneh dari mereka tapi tiba tiba lift bergetar dan rusak membuat Mereka terkejut.
-
"Itu sudah benar," tatap Samuel pada Erick yang mengutak atik komputernya untuk lebih teliti dengan rekaman CCTV tadi.
Di saat sedang sibuk mencari rekaman kasus, ada orang datang.
"Tuan... Lift rusak dan ada empat orang di dalam," kata orang itu dengan panik.
"Apah!!" Erick menjadi terkejut dan seketika mengalihkan rekaman komputer ke rekaman langsung lift.
"Hoi apa yang kau lakukan, kita masih menyelidiki rekaman yang tadi," Samuel menatap kesal.
"Itu nanti dulu, ini lebih penting," balas Erick.
Saat rekaman langsung menunjukkan di dalam lift orang orang tadi menatap ke CCTV juga.
"Hei.... Kau dengar disana, kami sedang terjebak di sini!!!" kata pria yang berbicara menatap CCTV dengan rasa kesal.
"Keluarkan kami," wanita itu menambah.
Lalu Erick memasang alat penghubung di kamera agar bisa bicara pada mereka.
"Baiklah, kalian harus tenang, bantuan akan segera datang," dia mencoba berkomunikasi.
"Berapa lama? Aku masih ada urusan, cepat perbaiki lift ini," empat orang itu menjadi tidak sabar dan terpengaruh emosi.
Erick masih meminta mereka untuk sabar dan tenang di dalam lift, sementara itu Samuel diam berdiri dekat dengan jendela gedung dengan tatapan kesal.
"(Si bodoh itu, dia yang memanggilku kesini untuk kasus itu malah berbicara dengan yang terjebak di lift huf.... Bodo amat,)" Samuel berjalan pergi. Ia menaiki tangga untuk sampai ke lantai 38 tepat dimana kejadian pertama terjadi.
Ia sudah bisa melihat kaca di lantai itu sudah pecah karena tubrukan korban yang jatuh.
"(Dilihat dari bekasnya, dia melompat, tidak... Mundur jauh lalu berlari menubrukkan dirinya di kaca dan jatuh, itu artinya dia bunuh diri. Tapi jika dia bunuh diri tanpa sebab, itu artinya dia juga mengonsumsi obat itu kan?)" Samuel terdiam mengingat sesuatu lalu keluar dari ruangan itu dan menuju ke balkon atas.
Di sana ada petugas lift yang akan memperbaiki mesin lift di atas. Namun tiba tiba topi petugas itu terbang tertiup angin. Hal itu membuatnya harus mengejar topi itu hingga Ia hampir jatuh dari gedung karena topi itu sudah terbang jatuh.
"Ah... Sial..." dia kesal dan berbalik. Tiba tiba ia terpeleset dan akan jatuh. Untungnya Samuel ada di sana dan menangkap tangan nya. Ia menahan dan menariknya hingga pria petugas itu tak jadi jatuh.
"Huf... Terima kasih," kata petugas itu. Samuel hanya diam memandang dingin lalu mengatakan sesuatu.
"Apa kau tahu orang yang melihat orang jatuh tadi secara lengkap?"
"Aku tidak tahu, tapi jika kau ingin tahu tanya saja pada orang yang membersihkan jalanan itu, mereka selalu di bawah sana pastinya akan tahu bagaimana dia hancur saat jatuh, aku pergi dulu," pria petugas itu kembali berjalan masuk ke mesin lift.
Samuel masih terdiam di atap balkon menatap bawah tanpa adanya fobia ketinggian. Lalu ponselnya berbunyi dari Erick.
"Hoi kau itu kemana saja?"
"Aku pergi menyelidiki sendiri."
"Tapi Samuel... Kau belum tahu apa yang terjadi kan?"
"Berisik lah, aku tahu itu," Samuel membalas. Tiba tiba ia mendengar suara dari mesin lift. Ia berjalan mendekat dan terdiam.
"Hei Samuel... Kau masih mendengarku kan?" Erick masih terhubung di ponselnya.
"Bawa bantuan kesini," kata Samuel. Rupanya petugas lift tadi mengalami kecelakaan dan tewas di dalam mesin lift.
"Untuk apa?" Erick masih bingung.
"Bawa saja kemari."
Sementara lampu di dalam lift mati, sepertinya karena kecelakaan pria petugas tadi membuat lift tambah lebih parah. 4 orang yang ada di dalam menjadi begitu panik. Saat lift bergetar dan lampu lift mati, si wanita paruh baya terkejut karena ada yang menyentuh dadanya.
"Apa yang...!!... Siapa yang melecehkan ku!!" dia berteriak di saat lampu lift menyala kembali.
"Aku... Maaf kan aku," pengawal di sana membalas.
"Aku benar benar tak sengaja karena lift bergetar membuatku panik."
"Tidak mungkin, kau pasti sengaja bukan!!" wanita paruh baya itu menjadi tidak percaya.
"Aku sudah minta maaf, apa kau tidak percaya padaku... Aku benar benar tidak sengaja."
"Ya dia benar, dia sudah mengakui ke tidak sengajaan nya nyonya," wanita muda di samping pengawal itu mencoba membela dan menghentikan perdebatan itu.
"Apa... Jadi maksudmu kau hanya membela penjahat ini!!" wanita paruh baya itu malah menjadi marah.
"Aku... Aku tidak."
Tiba tiba lampu lift mati lagi dan tak lama kemudian di susul suara teriakan wanita muda tadi membuat mereka yang mendengarnya menjadi terkejut.
Saat lampu lift menyala, betapa terkejutnya mereka bahwa bahu wanita itu berdarah dan dia tak berdaya kesakitan di bawah.