Tải xuống ứng dụng
76.92% My Vampire Hubby || (BTS) / Chapter 20: 18 : New Face but Different

Chương 20: 18 : New Face but Different

Jimin terkejut karena baru kali ini ia melihat seorang Vampire baru jatuh tertidur karena terlalu kenyang dan juga mabuk.

Jimin ingat betul bagaimana ia lagi-lagi menggendong Hye Jin masuk kedalam rumahnya setelah mereka menghabiskan satu malam untuk pesta.

Disana Hye Jin menghabiskan berliter-liter darah manusia milik Nam Joon yang memang ia siapkan khusus untuk Hye Jin. Bagi Vampire baru tidak mungkin untuk menahan rasa haus mereka. Kalau tidak ingin mendapatkan masalah setidaknya Nam Joon harus memfasilitasi terlebih dahulu.

Hye Jin juga sangat gemar minum minuman beralkohol. Jimin dan yang lain tidak pernah bisa mabuk berapapun alkohol yang mereka habiskan. Vampire juga tidak dapat tidur hanya karena pengaruh alkohol. Nam Joon bahkan tidak mengerti saat Hye Jin mulai menari dengan sembarangan.

Wajah Jimin berubah memerah saat Hye Jin menunjukkan tarian yang sangat tidak indah. Tubuh dan paras sempurnanya tidak cocok dengan tarian tempo dulu milik Hye Jin. Ia bergoyang kesana kemari membuat yang lain minggir. Hoseok tersenyum dan merasa Hye Jin memanglah luar biasa.

Taehyung hanya dapat tertawa melihat Hye Jin. Ia berseru, dirinya kembali seperti sedia kala saat melihat Hye Jin berputar-putar dilantai dansa.

Sedangkan Jimin hanya duduk dengan kaki menumpu pada kaki yang satunya. Jimin melipat tangannya dan tatapannya rasanya ingin membuat Hye Jin jatuh lumpuh sekarang juga. Ia akan dengan mudah membuat hal itu tanpa harus menyentuh Hye Jin karena itu keahliannya tapi tidak mungkin karena itu menyakitkan. Jimin mendesah kesal.

Sekarang Jimin semakin bingung karena waktu sudah menunjukkan tengah hari dan Hye Jin baru saja bangun dengan rambut berantakan dan juga wajah kelelahan. Jimin mengerutkan alisnya.

"Ada apa sebenarnya denganmu Jin-ah?", Jimin menohok dengan tangan tetap melipat didadanya.

Hye Jin tidak mengerti maksud Jimin. Ia bangun dari tempat tidurnya dan terasa bumi berputar. Hampir saja ia terjatuh tapi Jimin tetap tidak bergeming.

"Kau ini, bukannya membantuku. Aku tidak kuat setelah mabuk seperti ini tahu", Kepalanya terasa pusing.

"tapi kita tidak bisa mabuk ataupun sakit Jin-ah", ujar Jimin dengan gamblang.

"aahh moolaaa, aku tidak tahu. Bantu aku berdiri dan mandi. Ku mohon".

Jimin dengan ragu melangkah lalu menggendong Hye Jin ke kamar mandi.

"Haruskah aku memandikanmu?", tanya Jimin tapi ia menerima gigitan pada telinganya dan ia berteriak, "Kau ini".

"Jangan berfikiran kotor. Turunkan aku dan buatkan makanan hangat. ya ya ya?".

Jimin menurunkan Hye Jin diatas kloset yang sudah ia tutup lalu Jimin menuruti Hye Jin. Tapi lagi-lagi ia terkejut dengan permintaan Hye Jin. Apa ia bisa makan seperti Jung Kook atau Jin? Jimin berdecak kagum sekaligus tidak mengerti.

.

.

.

Setelah menghabiskan satu meja full hidangan yang disuguhkan Jimin, Hye Jin duduk diruang TV dan mengangkat kakinya. Ia tidak pernah tahu bahwa dirinya bisa sarapan sebanyak itu tapi sebenarnya jika boleh jujur ia tetap tidak merasa kenyang.

Jimin menghampirinya dan duduk tepat disamping Hye Jin. Jimin sedikit bingung bahwa dari kemarin Jimin tidak dapat mendengar apapun fikiran Hye Jin. Ia memperhatikan istrinya dari dekat untuk berusaha mungkin masalah jarak dan kemarin mereka penuh gelora.

Hye Jin menoleh karena risih dipandang oleh Jimin yang langsung kaget saat mata Hye Jin yang berwarna coklat terang menohoknya.

"Matamu terlihat seram dari dekat", ujar Jimin sembari mengelus dadanya.

"Iya aku tahu. Mengapa aku tidak memiliki warna bola mata sepertimu", Hye Jin juga kurang suka dengan bola matanya sekarang yang sudah berubah menjadi coklat terang dan menjadi merah darah jika haus akan darah.

"Jin-ah ...",

"wae Jimin-ah?",

Hati Jimin melonjak saat Hye Jin memanggil namanya dengan lembut. Perempuan ini sangat berubah total sejak kemarin.

"say my name again", pinta Jimin, ia salah fokus.

"Jimin-ah ... Park Ji...Min?".

Jimin terkekeh sendiri.

"ih ada apa sih?",

Hye Jin menyadarkan Jimin.

"oh ya sampai lupa. Sudahlah lupakan. Aku juga lupa".

Hye Jin memutar bola matanya. Ia menyalakan saluran TV dan mereka menonton acara pagi bersama.

"Jin-ah ... Bagaimana perasaanmu?", tanya Jimin.

Mereka duduk dengan damai. Hye Jin bahkan bersandar pada pundak Jimin. Jimin tidak menyangka akan mengalami hal ini. Bahkan saat bulan madu saja sangat sulit mendekati Hye Jin tapi sekarang perempuan ini seperti datang sendiri tanpa perlu diundang. Jimin tidak tahu sampai kapan sikap manis Hye Jin ini bertahan karena ia tidak dapat membaca perasaannya dan itu membuat Jimin sedikit bingung.

"Seperti ada kembang api didalam dadaku ... Apa kau tidak melihatnya? Aku tidak pernah merasa seceria ini. Sungguh".

Jimin percaya ucapannya karena saat menjawab Hye Jin bahkan duduk dengan tegak dan mata yang terbuka lebar. Namun Jimin lebih baik menyimpan kenyataan bahwa ia tidak dapat membaca fikiran Hye Jin sampai tahu apa yang terjadi.

"Apa tidak ada yang bisa kita lakukan? Aku bosan Jim".

Jimin pun tidak tahu apa yang harus mereka lakukan saat seperti ini. Biasanya Jimin hanya bekerja saat ia berada dirumah.

Namun tepat saat itu seseorang memencet bell pintu.

Hye Jin berdiri dengan sangat semangat untuk melihat ada siapa diluar.

"Jimin-ahhh kita kedatangan tamuu", teriak Hye Jin dengan semangat.

Jimin tahu siapa mereka. Ini pertama kalinya rumahnya terlihat ramai oleh para saudaranya yang datang dengan lengkap.

Hye Jin sudah merasa akrab apalagi sejak kemarin karena mereka berpesta bersama. Mereka semua sedang menyiapkan pesta kebun bersama yang diadakan ditaman kolam renang. Itu semua ide dari So Yeon dan Ji Eun.

"Apa kita tidak menyiapkan barbeque?", tanya Hye Jin saat ia dengan inisiatif duduk dipangkuan Jimin dan mengalungkan tangannya pada leher Jimin yang membeku terkejut.

"Noona, Aku setuju", teriak Jung Kook.

"sebentar ... Apa kau tetap bisa makan?", tanya Nam Joon.

"kenapa tidak?", Hye Jin berfikir sejenak dan melepaskan pelukannya pada leher Jimin yang langsung merasa lega, "oh ya, seharusnya tidak ya?", ujarnya ragu-ragu.

"no no no. Aku dan Jung Kook tetap bisa makan", ujar Jin, "dan aku akan memean barbeque sekarang juga".

Hye Jin berdiri dan bersemangat mengekori Jin yang akan mengambil handphonenya bersama So Won Eonnie.

"Jimin... Apa ada yang aneh padanya?", Nam Joon bertanya.

"sedikit .. Dia masih berlaku seperti manusia, Jin dan Jung Kook bisa makan namun tidak dengan mabuk dan tidur pulas. Aku tidak dapat membaca fikirannya. Ku fikir kemarin karena ya kau tahu, aku dan dia sangat bergelora".

Semua orang mengernyit dengan ucapan Jimin. Jimin tidak tahu kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan mereka kemarin selain kata itu.

"tapi sejak tadi hingga ia duduk dipangkuanku. Aku tidak tahu apa yang ia fikirkan".

Nam Joon menoleh pada Taehyung.

"Aku bukan pembaca fikiran handal seperti Jimin. Aku harus fokus dan aku tadi tidak berniat membacanya jadi aku tidak tahu".

"mungkin itu kehebatannya?", celetuk Hoseok.

"mungkin... tapi Jim kau tetap harus memperhatikannya hingga kau tahu apa yang berubah darinya selain hal-hal lumrah", ujar Suga.

Jimin berharap semua akan baik-baik saja.

.

.

.

Hye Jin melongo saat pesanan yang dipesan oleh Jin sekaligus para pelayan restauran bintang lima. Mereka pun membawa hidangan dengan gaya yang istimewa. Taman kolam renang mereka diubah menjadi pesta kecil yang mewah karena barbeque yang disediakan sangatlah hebat. Tiba-tiba Hye Jin merasa ada yang kurang. Ia rindu sahabatnya. Pasti mereka akan bahagia dan makan dengan lahap saat ini.

Hye Jin melihat sekelilingnya. Semuanya tertawa dan juga bahagia. Taehyung, Jung Kook, Jin, Ji Eun dan juga Hoseok sedang asyik berenang. Nam Joon, Jimin dan Suga sedang mengobrol dengan tenang seperti biasa. So Yeon, So Won dan juga Ji Soo duduk bersama Hye Jin memperhatikan mereka yang sedang berenang.

Hye Jin mendekati Jimin.

"bolehkah aku bergabung?", tanya Hye Jin.

"tentu, duduklah Hye Jin", ujar Nam Joon dengan senyumnya yang sumringah saat melihat Hye Jin.

Hye Jin duduk disamping Jimin dengan sikap tubuh yang lunglai. Ia memeluk lengan Jimin yang terasa sangat kekar dan cocok dijadikan tempat sandaran baginya.

"Apa kau baik-baik saja?", bisik Jimin.

"tidak".

"Ada apa? Bukannya tadi kau senang melihat Jin Hyeong memesan makanan disana?".

"tadinya".

Nam Joon tersenyum melihat dua pasangan baru didepannya berbisik-bisik. Wajah Hye Jin cemberut seperti anak umur 5 tahun tidak diberikan mainan dan Nam Joon merasa seperti seorang Kakek yang penasaran.

"Ada apa Hye Jin? Apa kau sakit?", tanya Nam Joon.

Suga terkejut dan sedikit tertawa, mereka mana mungkin sakit.

Hye Jin menggeleng, "Aku ... hmmm ...", Hye Jin takut permintaannya berlebihan. Ia melirik Jimin berharap Jimin dapat mengerti dengan signal yang ia berikan tapi Jimin hanya menatapnya dengan wajah datar, "tidak jadi", Hye Jin berdiri, mengangguk pada Nam Joon dan Suga dengan sopan namun melempar tatapan kesal pada Jimin.

Jimin hanya melongo melihat sikap Hye Jin.

"Kau benar-benar tidak dapat membacanya?", tanya Suga tidak percaya melihat Jimin tidak tahu apa-apa.

Jimin hanya menggeleng.

"tidak mungkinkan kekuatanmu hilang", ujar Suga lagi.

"Hyeong... Aku tahu sekarang kau sedang memikirkan untuk menggendong So Yeon Noona yang sedang memakai bikini disana dan ingin meminjam kamarku dilantai 3 agar tidak diganggu".

Suga langsung bersandar dan melempar tatapannya agar tidak melihat pandangan Nam Joon.

"Atau kita harus saling mengadu kekuatan untuk tahu apa yang Hye Jin dapat lakukan?".

Nam Joon mengangguk, "ide yang bagus tapi kurasa kau harus membujuknya terlebih dahulu".

Jimin berdiri. Baru kali ini ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Hye Jin sedang makan sendirian. Ia makan dengan lahap namun saat melihat Jimin tatapannya berubah menjadi kesal.

"Apa dagingnya enak?", tanya Jimin saat duduk disamping Hye Jin dan menatap Hye Jin dengan tangan menopang wajahnya.

Hye Jin mengangguk namun tidak menatapnya.

" Sudah berapa banyak yang kau makan?", Jimin bertanya lagi.

Hye Jin memberikan kode untuk melihat ke arah sang chef.

"ini sudah piring ke 5 tuan", ujar pria dengan seragam putih itu.

Jimin menganga, "wowww perut kecilmu muat?".

Hye Jin tiba-tiba merasa malu. Ia terasa seperti wanita rakus sekarang. Hye Jin menaruh sumpitnya dan minum air putih. Daging dipiringnya masih penuh.

"kenapa berhenti?".

"kenyang".

"Habiskanlah. Kaukan yang meminta nambah".

"Kau saja yang habiskan kalau bisa", kata Hye Jin ketus dengan tatapan yang menusuk.

Jimin tertawa garing, ia harus menjaga sikapnya dann tidak berkata frontal karena ada manusia didekat mereka.

Hye Jin kembali berdiri namun Jimin menggenggam tangannya.

"wae?".

"ada apa?kenapa kau marah?", tanya Jimin.

"Kau yang kenapa? Kau sudah tidak peduli denganku kan sehingga kau hanya diam saja. Ah terserahlah. Jangan ganggu aku!", Hye Jin melepaskan pegangan tangan Jimin dan ia pergi ke pinggir kolam renang.

Jimin menyusul Hye Jin duduk didekat kolam renang. Namun Hye Jin tetap diam saja. Ia hanya merespon jika yang lain yang berbicara.

Suga datang dan mengajak So Yeon seperti yang Jimin tahu. Jimin hanya melempar pandangan sebal pada Hyeongnya. Jimin bisa tahu semua fikiran orang disini tapi hanya Hye Jin yang tetap kosong.

"Bisa tidak kau singkirkan tatapan menyebalkanmu itu?", ujar Hye Jin lagi-lagi dengan nada dingin.

Jimin tersadar bahwa ia melihat Hye Jin untuk berusaha membaca fikirannya namun malah terlihat seperti ingin menerkam Hye Jin mungkin.

Jimin dengan cepat menggendong Hye Jin seperti anak kecil didepan tubuhnya. Perempuan yang sedang mengenakan dress selutur berwarna pink itu terlihat menggemaskan dan membuat para saudaranya tertawa karena ia berontak namun Jimin tidak peduli. Jimin membuatnya duduk dipangkuannya sekarang.

Jimin menatap langsung ke mata Hye Jin, ia menyerah dan mengakui dalam hati bahwa ia memang tidak dapat membaca apapun sekarang.

Hye Jin tidak pernah duduk seperti ini dihadapan siapapun. Ia melingkarkan kakinya ditubuh Jimin dan duduk tepat dipangkuannya. Jimin memeluk pinggangnya. Mereka duduk dikursi santai yang membuat Jimin setengah tiduran.

"Ada apa sih denganmu? Aku baru saja senang kau bersikap manis", ujar Jimin yang tidak melepaskan tautan pandangannya.

Hye Jin menatap Jimin yang sangat tampan dengan bibirnya yang penuh dan alisnya naik bergantian setiap ia berbicara.

"Kau yang kenapa... Dihadapan Hyeongmu kau cuek padaku dan tidak peduli padaku padahal aku sudah mengatakannya padamu".

"oh? kau tidka berkata apapu, padaku. kau hanya melihat ke arahku lalu kau pergi".

Hye Jin ingat jelas bahwa ia berkata lewat fikirannya tadi. Tapi melihat wajah Jimin kebingung sekarang membuatnya berfikir, "Apa maksudmu kau tidak dapat membaca fikiranku sekarang?".

Jimin merasa kikuk apalagi Hye Jin menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Jimin benar-benar kesal untuk mengakuinya. Kehebatannya tidak berlaku pada perempuan didepannya.

"Jimin-ah jawaabbb".

Jimin mengangguk sekilas. Hye Jin membuka mata dan mulutnya tidak percaya.

"Saat aku koma. Apa yang kau lakukan?kenapa? kenapa? Apa kau baik-baik saja?", Hye Jin panik. Ia takut sesuatu terjadi. Ia tidak mengetahui apapun selama dua hari dan hanya merasakan kesakitan.

Jimin mengusap kepala Hye Jin yang panik, "Aku baik-baik saja Jin-ah. Hanya saja kau yang terlalu hebat", jawab Jimin dengan nada menenangkan.

Tangan Jimin memainkan rambut pada dahi Hye Jin.

"Apa maksudmu?".

Jimin berdeham, "jadi begini... Setiap vampire pasti memiliki kelebihan atau ya semacam kekuatan istimewa namun tidak semua juga memilikinya".

"Oh ya? ceritakan padaku", pinta Hye Jin sangat antusias.

Jimin menaruh tangannya dibelakang kepalanya sekarang, "Aku dapat membaca fikiran, mimpi dan menyakiti lewat fikiran. Aku bisa bermain dengan fikiran siapapun yang kumau. Taehyung pun dapat membaca fikiran namun jika hanya ia ingin. Berbeda denganku yang dapat memainkan fikiran. Menghapus, menambah, merusak atau menutup",

Hye Jin mulai merasa merinding dengan cerita Jimin.

"Lalu Nam Joon. Racunnya memiliki kekuatan yang berbeda. Tidak ada yang memiliki kekuatan ini didunia ini. Hanya milik Nam Joon. Ia dapat merubah vampire jahat menjadi baik karena racunnya memiliki rasa cinta yang magis. Walaupun agak kurang berhasil denganku karena aku tetap egois tapi karena racunnya mengalir pada tubuhku, aku tetap bisa mengendalikan egoku",

"Suga dapat merubah apapun menjadi beku jika ia ingin. Ia sudah pandai mengendalikan kekuatannya. Kau tahu? So Yeon pernah membeku saat mereka bertengkar karena seorang vampire jepang yang So Yeon sangka menjadi selingkuhan Suga. So Yeon adalah petarung gila dan Suga tidak ingin ia menyakiti siapapun sehingga Suga terpaksa membuatnya beku".

Hye Jin berdecak kagum. Ia tidak percaya namun ia sendiri sekarang bisa meminum darah dengan bahagia dan nikmat.

"Jung Kook memiliki suara mematikan. Jika ia berteriak kita bisa kesakitan tapi Aku bisa mengendalikannya".

Hye Jin memukul Jimin, "berhentilah membanggakan dirimu terus menerus ih".

Jimin tertawa , "berbanggalah karena aku sekuat itu".

Saat Jimin hendak bercerita lagi. Nam Joon sudah meminta perhatian mereka semua sehingga mau tidak mau semuanya memperhatikan Nam Joon.

"Jadi... Aku ingin mengadakan pertarungan seperti dahulu. Kita harus tahu apa yang Hye Jin dapat lakukan sebagai anggota terbaru".

Semua orang berseru dengan rasa excited. Mereka mendukung ide Nam Joon. Hye Jin menatap Jimin yang menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum menantang.

"Ku harap kau sama hebatnya denganku ya", bisiknya menggoda.

Hye Jin mengangguk. Jimin menciumnya. Lalu mereka semua berkumpul bersama. Tidak lupa Jin menyampaikan kepada para staff resto bahwa mereka bisa pergi sekarang. Mereka harus mengosongkan rumah ini dari para manusia.

.

.

.

.

>> To Be Continued <<


next chapter
Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C20
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập