Tải xuống ứng dụng
23.07% My Vampire Hubby || (BTS) / Chapter 6: 05 : The Duality

Chương 6: 05 : The Duality

Since the creation of the universe. Everything was destined. Just let me love you - Serendipity (Park Ji Min)

------------------------------------------------------------------------

Temaram lampu-lampu menghiasi sebuah ruangan dengan nuansa romantis. Dipenuhi dekorasi bunga mawar yang menyebarkan harum.

Sebuah makanan pembuka digeletakin oleh seorang pelayan dengan wajah ramah dan mempersilahkan dua sejoli untuk mencicipi.

Lelaki diseberang meja tidak bergeming, mulutnya tidak dapat memasuki apapun yang terlihat lezat bagi si perempuan. Tangannya mendorong piring hingga sampai menyenggol piring sang perempuan.

"makanlah", ucapnya singkat.

"Mana mungkin aku makan dua porsi. Kau makanlah, sepertinya ini lezat", Hye Jin memasukkan sesendok kedalam mulutnya uang langsung berdecak, "jinjja. You must try".

"Aku tidak bisa makan", Jimin hanya menatapnya dengan tatapan tanpa arti.

Hye Jin menelan makanannya sedikit sulit mendengar apa yang Jimin ucapkan, "Apa kau benar-benar hanya meminum darah?".

Jimin mengangguk mengiyakan dan tidak mempedulikan tatapan Hye Jin yang semakin membulatkan matanya.

"memakan daging mentah?", lanjut Hye Jin menyelidiki.

Jimin memiringkan kepalanya, "kalau hanya butuh".

Hye Jin mengeluarkan lima jarinya dengan tangan sebelah memegang perutnya, "jangan lanjutkan", ia merasa mual membayangkan wajah mempesona didepannya memakan sesuatu mentah dan berdarah.

Jimin terkekeh, "kau yang bertanya".

Jimin hanya sibuk menatapi ekspresi wajah Hye Jin yang menikmati makanannya dengan baik. Tidak peduli dalam dirinya sedang merutuki Jimin yang memperhatikannya sembari tersenyum. Ia merasa lucu terhadap manusia didepannya. Hatinya penuh dengan memaki Jimin tapi wajahnya terlihat berusaha untuk tidak mempedulikan dirinya.

Hye Jin berusaha untuk menikmati makanannya. Ia menyesali mengapa teman makannya adalah makhluk menyeramkan dan gila seperti Jimin. Walaupun ia akui Jimin tampan tapi Hye Jin tetap tidak dapat menikmati wajah itu seperti Soo Jin atau Sa Ra yang bercerita bagaimana Jimin terlihat keren layaknya karakter komik atau idol boy band terkenal.

Hye Jin tidak bersuara sama sekali. Ia hanya menikmati makanannya hingga makanan utamanya habis dengan bersih. Perutnya terasa penuh. Ia tersenyum puas, mulutnya memang penikmat makanan yang baik.

Pemandangan didepannya membuat wajahnya kembali kaku lagi.

"Apa yang ingin kau ceritakan?", Hye Jin menjulurkan telapak tangannya, Ia berfikir akan melihat sesuatu dalam fikirannya seperti kemarin. Mungkin memang itu cara mereka berkomunikasi.

Jimin menarik sudut bibirnya, "kau fikir aku akan sering membuatmu melihat apa yang kufikirkan?", ledeknya mengabaikan Hye Jin yang menarik kembali tangannya.

Hye Jin memperhatikan ruangan VIP ini lagi, "jadi kenapa kau mengajakku kesini? dan ada apa dengan semua bunga ini?".

"bukannya manusia menyukai hal-hal seperti ini?", Jimin meragukan ekspresi Hye Jin yang mengernyit.

Hye Jin memainkan bibirnya seraya berfikir, "darimana kau dapat panduan?".

Jimin menghela nafas mengtahui ternyata ia sangat norak dimata Lee Hye Jin sekarang, "di youtube. Cara membahagiakan pasangan", jujurnya berharap Hye Jin tidak terlalu menyalahkannya tapi.

'makhluk gila dan bodoh. Mana mungkin ada manusia yang menuruti video recehan seperti itu'.

Jimin, berdiri dengan gusar, "Cukup. Aku bisa gila jika kau selalu begitu", Wajahnya memerah karena terlalu malu.

Hye Jin mengusap dadanya, "bisa tidak kau pelan-pelan? aku selalu kaget jika denganmu".

Jimin kembali duduk dengan tidak bersemangat.

Jimin memanggil pelayan kedalam ruangan dan memesan wine untuk mereka berdua. Sesaat kemudian pelayan dengan setelan jas kembali dengan meja dorongnya dan menyajikan wine dengan gelas crystal dan ice batu bulat.

Hye Jin belum pernah menyoba wine, karena ia tidak terlalu menyukai alkohol selain soju. Biasanya ia hanya minum cocktail saja.

Pelayan itu menyuguhkan gelas crystal dan mengangguk lalu pergi mundur dari hadapan Jimin dan Hye Jin.

"kau dapat meminum wine?", tanya Hye Jin memastikan.

"Tidak terlalu. Aku hanya suka melihatnya saja. Karena kalau aku mabuk, aku tidak dapat menahan diriku untuk mengacau".

Jantung Hye Jin mencelos. Ia buru-buru meminum wine, berharap alkohol dapat membuat dirinya lebih berani menghadapi Jimin. Ia tahu tidak ada gunanya menghindari makhluk ini karena toh dia akan sekelebat datang masuk kedalam kamarnya.

"Hye Jin-ah", panggil Jimin dengan pandangan lurus, tangannya menggoyangkan gelasnya pelan-pelan memainkan wine, "rabalah tengkuk belakangmu".

Hye Jin mengangkat tangannya ragu-ragu dan melakukan apa yang Jimin ujarkan. Ia merasa ada suatu yang berbeda. Hye Jin sangat hafal tubuhnya sendiri dan ia tidak pernah memiliki luka didaerah yang sedang ia raba sekarang.

"apa kau tahu itu?".

Hye Jin menggeleng.

"itu adalah tanda dimana berarti kau adalah milikku".

"apa maksudmu?".

"Hye Jin... Aku dan keluargaku termasuk Taehyung Oppamu itu memiliki kelebihan dimana kita dapat mengikat hati siapapun yang sudah ditakdirkan untuk kita".

Hye Jin melumat-lumat omongan Jimin.

"Dan kuyakin, kita ditakdirkan bersama".

Hye Jin tidak mempercayai Jimin begitu saja, "darimana kau tahu?".

"aroma tubuh dan darahmu, energi dan daya tahan tubuhmu terhadap racunku".

"apa maksudmu kau selalu mencoba hal ini pada setiap perempuan yang kau khayali adalah takdirmu?".

Jimin mencari kata-kata yang tepat, "inginnya namun tidak pernah bisa. Hanya kau yang dapat bertahan denganku lebih dari setengah jam".

Hye Jin meminum lagi winenya, "jadi sebenarnya apa dirimu?".

Sekejap Jimin ada tepat dibelakang Hye Jin. Wajahnya mendekat dari samping, membisikkan ucapan ditelinga Hye Jin yang terasa dingin.

"Aku adalah lelaki ideal untukmu. Aku akan selalu bersamamu, selamanya".

Hye Jin berdiri, "bisa tidak kau to the point. aku lelah seperti ini. Apa kau monster? apa kau siluman?".

"bagaimana kalau kita sebut dengan makhluk abadi?", usul Jimin.

Hye Jin merasakan ada sesuatu yang membentur kepalanya hingga terasa pening, "Vampire?".

Jimin meninju udara dengan excited, "kau ternyata tidak terlalu pintar", ia terkekeh sendiri sedangkan Hye Jin membeku.

Kepalanya pusing, matanya terasa panas, "jadi kau mengikat hatiku, berharap aku jatuh cinta terhadap makhluk bukan manusia? Atas dasar apa kau dapat melakukan itu padaku?".

"itu semua karena kau dilahirkan hanya memang untukku", Jimin menangkap dagu Hye Jin.

Hye Jin mendorong tubuh Jimin, emosinya berderak naik lagi seiring aliran darahnya yang semakin menderu, "kau gila! Kau bukan tuhan, kau hanya makhluk gila, kau tidak bisa melakukan apapun padaku! aku membencimuuuuu!!!!!".

Saat Hye Jin berkata itu, ia merasakan hujaman pada jantungnya dan juga melihat bahwa Jimin terjatuh lemas. Hye Jin menahan dadanya, menahan rasa aneh didadanya.

"Aku rela mati untukmu Lee Hye Jin. Tapi saat aku mati, hatimu tidak akan dapat bahagia lagi".

"Apa maksudmu?".

"Apa kau lupa bahwa diriku berkata mengikat hatimu? itu artinya, aku siap mati hancur jika hatimu benar-benar tidak menginginkanku tapi kau akan benar-benar merasakan kesepian yang amat dalam jika aku lenyap dari dunia ini".

Mata Jimin memerah menahan rasa sakit akibat penolakan Hye Jin.

Hye Jin tidak bisa menolak, bahwa rasa sakit dihatinya bukanlah sakit seperti biasanya. Ia merasa sedih hingga dadanya terasa sesak.

Jimin berusaha meraih tangan Hye Jin, "Jin-ah. biarkan aku mencintaimu".

Hye Jin menghempaskan tangan Jimin, "kau gila! aku membencimuuuu!!!!!", ia berlari meninggalkan Jimin dengan tangisan pecah dari dirinya yang mengutuk hatinya yang terasa gila.

Jimin mencoba menahan rasa sakit itu. Ia benar-benar gila telah melakukan ini pada Hye Jin yang jelas-jelas selalu memakinya. Tapi ia tahu memang inilah yang harus dirinya lakukan.

.

.

.

.

Langkah kaki dengan mantap berlari menelusuri perjalanan setelah Hye Jin turun dari bis. Air matanya berlinang dengan deras. Ia tidak pernah merasakan perasaan-perasaan seperti ini sebelumnya.

Rasa takut begitu memeluk dirinya hingga rasanya ia ingin meledak. Ia tidak tahu harus kemana. Sekujur tubuhnya merinding. Hawa dingin sudah tidak terasa pada kulitnya.

Derap kakinya membawanya melangkah menuju Magic Shop. Satu-satunya orang yang ingin ia temui adalah Taehyung. Hye Jin yakin lelaki itu sudah pergi saat melihat lampu Magic Shop sudah mati. Hye Jin meraih handphonenya dan menelfon Taehyung.

Namun lelaki itu tiba-tiba ada didepannya. Matanya meneliti Hye Jin dengan khawatir.

"apa kau baik-baik saja Hye Jin?", tanyanya khawatir melihat Hye Jin berlinang air mata.

"Oppa aku takut", tangis Hye Jin pecah.

Taehyung hanya dapat terdiam. Bahkan ia yakin memeluk Hye Jin ditengah cuaca dingin hanya akan membuat perempuan didepannya semakin sakit. Ia tahu apa yang baru Jimin katakan begitu ia dapati fikiran Hye Jin memanggilnya.

.

.

Taehyung mengantar Hye Jin pulang dengan mobilnya. Ia menghentikan deru mobil dan membiarkan Hye Jin menyeka air matanya dan menghela nafas dalam-dalam.

"maafkan aku jin-ah. Aku benar-benar tidak mengerti dengan situasi ini termasuk apa yang Park Ji Min lakukan".

"kenapa harus aku? Aku tidak mengenalnya sama sekali".

"hanya Jimin yang tahu", Taehyung merendahkan pandangannya dan ia mulai memberanikan diri untuk mengatakan yang harus ia katakan sedari kemarin.

"Sekarang kau sudah tahu siapa diriku Hye Jin".

Hye Jin mengubah pandangannya melihat sosok yang semakin muram.

"Maafkan aku tidak memberitahumu secara langsung karena bukan inilah yang kuinginkan dalam hidupku".

"lalu? apa yang kau inginkan?", tanya Hye Jin.

"Hanya menikmatinya saja".

"dengan meminum darah manusia dan hewan?".

Taehyung berusaha tersenyum, "Kita semua memiliki cara untuk hidup Hye Jin".

Hye jin menghela nafas, "ya pasti itu bukan keinginanmu", tuturnya sembari menyandarkan kepala.

"ini keinginanku Hye Jin".

Hye Jin kembali membuka matanya yang sudah sembab? "maksudmu?".

"Vampire itu bukan takdir. Bukan takdirku atau Jimin atau keluargaku yang lain. Tapi bisa ku pastikan, kami punya cerita masing-masing. Dan sebagai manusia biasa, mungkin kau hanya akan menghina atau tidak menyukai kami".

Perasaan yang berbeda hinggap pada Hye Jin, ia sama sekali tidak takut terhadap Taehyung. Tidak seperti saat ia menghadapi Jimin.

"simpanlah rahasiamu Oppa. Aku tetap Hye Jin teman baikmu".

Taehyung lega dengan ucapan yang keluar dari mulut Hye Jin dan hati Hye Jin yang mengatakan bahwa ia merasa aman dengan dirinya. Itulah mengapa Taehyung tidak pernah mau mengutarakan siapa dirinya tapi ia tidak sangka bahwa Hye Jin tidak membenci dirinya.

"aku harus menunjukkan ini padamu", Hye Jin memutar tubunnya dan memperlihatkan bekas gigitan Jimin.

"aku sudah tahu apa yang Jimin lakukan. Tapi aku tidak tahu alasannya. Jimin pintar menyimpan rahasianya bahkan seorang pembaca fikiran seperti ku tidak dapat menguaknya".

Hye Jin berjengit, "kau dapat membaca fikiran?".

Taehyung membodohi dirinya sendiri tapi dengan tatapan menuntut Hye Jin, ia mengangguk dengan berat.

"BERARTI SELAMA INI?".

Taehyung mengangguk.

"APA?!".

Senyum Taehyung merekah mengingat semua celotehan fikiran Hye Jin mengenai dirinya. Namun melihat cewek ini dari luar membuat Taehyung merasa Hye Jin memang memiliki harga diri yang tinggi.

Hye Jin merasa pipinya memerah karena malu, "KAU TIDAK DAPAT MEMBACA FIKIRANKU SAAT INI TAEHYUNG!!!".

Hye Jin membuka pintu mobil dan melesat berlari lalu masuk kedalam apartemennya. Taehyung terkekeh melihat gelagat Hye Jin. Padahal asal Taehyung mau, ia tetap masih bisa mendengar apa yang Hye Jin fikirkan bahkan saat ini.

Hye Jin menutup pintu dengan kasar. Ia membodohi dirinya sendiri karena selama ini ia sering sekali berfikiran yang iya iya terhadap Taehyung, Hoseok ataupun lelaki lain. Hye Jin memang suka melirik lelaki tampan namun ia sangat pintar menyembunyikan ekspresinya dan ia benar-benar malu saat tahu selama ini Taehyung mengetahui hal itu.

"Hoseok Oppa? aku melupakan yang satu itu", Hye Jin menutup wajahnya. Ia takut bahwa Hoseok juga memiliki kekuatan yang sama.

Hye Jin sudah selesai mandi. Ia benar-benar lelah beberapa hari ini. Besok ia masih harus menghadapi hari. Melihat Park Ji Min yang berusaha memperhatikannya terus menerus.

Matanya tertutup dengan kecamuk dirinya. Tapi bukan Lee Hye Jin kalau menghindar.

***

Jimin datang pagi-pagi sekali ke Magic Shop. Namun ia bukanlah orang pertama yang datang. Seorang perempuan yang sudah Jimin hafali namanya menyambutnya.

Perempuan berpipi gembal itu pastilah sahabat karib Hye Jin. Jimin menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Park Bo Young.

"Bo Young-ssi? bisakah kau keruanganku?", tanyanya.

"Baik Sassangnim", ia mengekori Jimin.

Mereka sudah sampai didalam ruangan dan Jimin mempersilahkan Bo Young duduk.

"Ada apa Sassangnim?".

Jimin duduk dengan wajah yang serius.

"aku tahu bahwa kau adalah sahabat dari Hye Jin. Betul?".

Bo Young mengangguk.

"Haruskah aku jujur padamu?", Jimin ragu namun ia tahu bahwa Bo Young orang yang dapat dipercaya daripada dua teman Hye Jin yang selalu berfikiran yang macam-macam saat melihatnya.

"Kau bisa jujur mengenainya. Dan aku akan berusaha membantumu sebisaku".

"Aku ingin membuatnya mencintaiku".

Bo Young membuka mulutnya, ia terkejut dengan apa yang ia dengar.

"hmmm maksudnya... aku menyukainya dan tentu aku ingin membuatnya jatuh cinta padaku bukan?", Jimin membenarkan kalimatnya, "bantulah aku untuk mendekati temanmu itu".

Bo Young terlihat sumringah, ia mendapati ekspresi jujur Jimin.

"tapi aku baru saja mengenalmu".

"hahaha kau tidak perlu khawatir. Kau hanya perlu mengawasinya, apa ia mendekati manusia hmm maksudku lelaki lain atau tidak", Jimin mengeluarkan tatapan yang polos, "kumohon. Kau tidak perlu mengatakan apapun padaku. Perhatikan dia saja. Banyak yang harus kulakukan, aku tidak bisa memperhatikannya terus menerus".

Bo Young mau tidak mau mengangguk, ia pun merasa takjub bahwa orang yang dibicarakan saat ini di toko dan bahkan diberita karena baru memunculkan diri sebagai pebisnis hebat menyukai karyawan biasa seperti Hye Jin.

Jimin mempersilahkan Bo Young pergi dan membukakan pintu untuk Bo Young.

"gomawo Bo Young-ssi", ucapnya lalu menutup pintu saat Bo Young keluar.

Jimin sangat senang mengetahui reaksi Bo Young.

.

.

.

Magic Shop seperti biasa dipenuhi dengan berbagai kalangan yang asyik hang out hari ini. Semua karyawan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Myeongdong memanglah tempat favorit bagi para tourist maupun orang lokal. Jimin sangat takjub dengan keramaian di cafenya yang tidak pernah ia tengok selain dari laporan Taehyung yang sekarang masih mendiaminya.

Lelaki bertubuh semampai dengan balutan jas berwarna pink yang sangat cocok dengan nuansa magic shop yang didominasi dengan warna-warna pastel.

Jimin membuat ini semua saat ia bertemu dengan perempuan kecil yang sangat lucu. Tetapi perempuan itu selalu diperintahkan untuk menjual biji-biji kopi milik bibi dan pamannya yang jahat.

Suatu saat ia menjualnya dengan Jimin namun berderai air mata karena ia habis saja dipukuli. Tetapi anak perempuan itu sangat kuat. Ia bercita-cita ingin memiliki kamar berwarna pink muda, biru muda dan juga putih. Namun saat Jimin kembali ke desa itu, anak itu telah meninggal dunia akibat dianiaya oleh pamannya yang masuk penjara karena membunuh kepoanakan kandungnya sendiri.

Sejak itu, Jimin membuka magic shop berharap ia dapat memenuhi keinginan bocah malang itu. Jimin pun memiliki peraturan bahwa anak kecil dibawah lima tahun, boleh makan ice cream sepuasnya.

Jimin menyeka ujung matanya yang hampir berlinang air mata. Ia menghampiri anak kecil perempuan yang mengingatkan Jimin pada bocah malang dahulu kala.

Ia membawakan satu cone ice cream berwarna hijau tosca.

"apa kau mau?", tanyanya dengan wajah berseri-seri.

Sang Ibu mencoba bertanya ulang pada anaknya yang terlihat malu-malu. Tapi anak yang memiliki rambut dikuncir dua dengan pipi merah itu semakin lama semakin mendekati Jimin dan ia meraih ice cream yang ada ditangan Jimin.

"sehabis makan ice cream, minum air putih yang banyak ya", ujarnya dengan sungguh-sungguh walaupun ia tahu anak berumur satu tahun lebih itu pasti belum mengerti.

Ia pergi setelah sang ibu kegirangan dan berterima kasih.

Hal kecil seperti itu dapat mengundang banyak perhatian termasuk Lee Hye Jin yang sekarang berusaha menutup fikirannya. Ia tidak mau kalau Jimin mengetahui itu.

Alhasil Hye Jin memikirkan kejadian semalam saat ia marah-marah pada Taehyung. Seketika tatapan tajam Jimin mengarah padanya. Wajahnya berubah 180 derajat.

Ia menghampiri Hye Jin, "Jangan memikirkan lelaki manapun didepanku Lee Hye Jin", bisiknya mengintimidasi Hye Jin.

Hye Jin menyesal saat Jimin pergi dengan fikiran sebelumnya yang menganggap Jimin memiliki sifat lembut. Itu pasti hanya kebutuhan marketing.

.

.

.

Jimin menunggu Hye Jin selesai bekerja. Ia tidak punya pilihan lagi sekarang, sebelum Hye Jin menyukai lelaki lain karena fikiran Hye Jin selalu memuji setiap lelaki yang masuk kedalam magic shop atau bahkan sesama karyawan. Namun tidak ada satu fikiran baik terhadap Jimin.

"Sudah selesai Hye Jin-ssi?", tanya Jimin membuat langkah Hye Jin dan beberapa karyawan yang hendak pamit padanya berhenti dan memandang Hye Jin.

Hye Jin mengangguk, menerka-nerka apa yang akan dilakukan makhluk gila didepannya ini yang sekarang sedang berdiri dengan jas noraknya itu.

"Pulanglah bersamaku".

Yang lain langsung heboh dan menggoda Hye Jin termasuk Bo Young yang merasa bahwa Jimin benar-benar seorang gentle man, Soo Jin sangat iri namun ia ikut senang dan juga Sa Ra yang sekarang sedang mendorong Hye Jin mendekati Jimin.

"Kau lebih baik bersama Jimin sassangnim. Kami duluan ya", ucap Sa Ra yang langsung mengajak teman-temannya pergi.

Hye Jin menunduk malu karena godaan teman-temannya.

"Apa yang kau lakukan sih?".

"Aku ingin mengantarmu pulang".

"selayaknya manusia? Kaukan bisa menyeretku dengan cepat tanpa perlu ada yang tahu".

Jimin mendekatkan wajahnya, "apa kau benar-benar ingin bersamaku secepat itu?".

"dasar gila!".

Di mobil Hye Jin melempar pandangannya keluar jendela. Ia sibuk mengosongkan fikirannya. Tapi nyatanya sulit saat ia berada disamping sosok dingin yang bisa dapat membaca apapun fikirannya.

"kurasa kau tidak perlu melakukan hal seperti ini", Hye Jin memecah keheningan karena ia tidak mau Jimin membaca fikirannya jika ia diam.

"Wae?".

"aku tidak ingin para pekerja lain berfikir yang bukan-bukan tentang kita".

"kita?", Jimin menarik senyumannya.

Hye Jin berharap memiliki keahlian Jimin dan Taehyung agar dapat mengerti maksud ekspresi Jimin.

Jimin melirik Hye Jin dari sudut matanya, "Aku memang menyeramkan bagimu tapi aku tidak dapat meninggalkanmu lagi".

"wae?".

"sudahlah, kau terlalu banyak bertanya. Kau tidak akan punya pilihan lain", ketus Jimin.

Hye Jin meraba tanda diltengkuknya. Dirinya masih bimbang dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia berharap memiliki pintu kemana saja milik doraemon agar dapat menghindari Jimin.

***


next chapter
Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C6
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập