"Apa yang kau bicarakan? Hentikan leluconmu itu!" sanggah Yafizan tidak percaya. "Apa kau fikir aku akan percaya dengan semua kata-katamu? Perempuan liar dan kasar itu baru terbangun dari koma? Dan itu tiga tahun? Haha..." Yafizan tertawa tidak percaya yang kemudian membuat Erick mengcengkram jubah mandi di dadanya karena merasa kesal.
"Tuan Erick, tenangkan dirimu." Rona menengahi.
Rona yang memang mengetahui bahwa Soully adalah perempuan koma tiga tahun lalu yang mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Yafizan. Namun Rona tak tahu kalau Soully baru-baru ini terbangun dari tidur panjangnya selama tiga tahun. Dia mengira komanya tak selama itu.
Erick menghela nafas dalam, dia tak ingin tersulut emosi lebih jauh. "Intinya, jangan pernah ada orang yang berani-berani melukai dirinya walau sekecil apapun terutama di area kepalanya. Kondisi kepalanya masih begitu rawan walaupun itu terjadi tiga tahun lalu, ia akan kerap kali mengalami mimisan ketika kepalanya terasa pusing. Dia menjadi orang yang teledor dan sering lupa karena efek yang berdampak pasca operasi pada kepalanya. Jadi ketika dia melupakan sesuatu ataupun tiba-tiba teringat sesuatu tolong perhatikanlah, dan maklumi dia. Kini ia menjadi tanggung jawabmu, Yafi. Aku harap kau akan membahagiakannya selalu," ucap Erick kemudian beranjak berdiri untuk pamit. "Oh ya, tolong berikan Soully makan tepat waktu. Kondisinya begitu lemah karena ku kira seseorang telah memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan perbedaan apa yang terjadi antara bangsa kita dan manusia biasa seperti dirinya yang tak bisa menahan lapar. Satu hal lagi, jangan pernah memanggilnya perempuan liar dan kasar!" sambung Erick kemudian pergi.
Yafizan memandang wajah Rona yang sedari tadi menjadi pucat. Dia merasakan ada yang tidak beres dari ekspresi wajahnya. "Bicaralah ketika kau sudah siap menceritakannya padaku," ucap Yafizan pergi meninggalkan Rona yang masih berdiam diri.
***
Sesorang membuka pintu kamar. Soully saat itu sedang membereskan sisa kejadian semalam. Ekspresi wajah Yafizan menggelap saat melihat Soully bekerja membereskan kamarnya.
"Apa yang kau lakukan?!" teriak Yafizan berlari kearah Soully. Membuat Soully terperanjat kaget lalu tanpa sengaja menyenggol guci besar yang ada di sampingnya. Namun dengan cepat Soully menangkap guci itu. 'Syukurlah' benaknya saat itu.
"Bukankah kau yang bilang ingin istirahat? Lalu kenapa kau malah bekerja membersihkan sampah-sampah yang berserakan di kamar ini?" bentak Yafizan dengan nada bicara yang sedikit ditekankan.
"Bagaimana aku bisa tidur ketika melihat seisi kamar ini berantakan? Biarkan saja aku melakukan apa yang aku mau. Kau hanya duduk manis dan tenang saja di sana," ucap Soully datar sambil terus mengambil dan membereskan benda-benda yang berserakan tanpa mempedulikan ocehan Yafizan. "Dan ini bukan sampah, ini barang-barangmu, Paman. Oh, aku lupa. Kau orang kaya yang bisa membeli apapun juga, kau bisa membeli apapun yang kau mau," ucap Soully yang terus kelepasan memanggil Yafizan dengan menyebut 'Paman' lagi.
"Kau. Kenapa selalu memanggilku begitu?" tatapan Yafizan tajam mencengkram pergelangan tangan Soully.
"Aku...aku juga tidak tahu. Refleks saja dan sangat mudah untukku memanggilmu begitu. Karena...karena memang kau seperti pria tua cerewet yang terus saja mengomel," ujar Soully terbata dan beralasan.
"Apa? Kau...benar-benar tak masuk di akal," Yafizan melepaskan cengkramannya lalu pergi ke kamar mandi. "Saat aku keluar, maka ruangan ini harus segera bersih. Kau yang bersikeras bukan?"
Souly berdercak kesal. Ia memperhatikan punggung Yafizan yang menghilang di balik pintu kamar mandi.
2 jam kemudian...
Soully sudah selesai membereskan kamarnya satu jam yang lalu. Dia ketiduran di sofa besar yang berada di kamarnya itu dari kegiatan melelahkannya.
Yafizan keluar dari kamar mandi, dengan ritual kamar mandi yang membuatnya lama di dalam sana, entah apa yang dilakukannya. Dengan tubuh yang masih lembab dan rambut basah acak-acakan membuat dirinya terlihat lebih muda dan seksi. Dipandanginya Soully yang sedang tertidur pulas. Dan itu terlihat sangat cantik di matanya, menggairahkan hasratnya yang tiba-tiba bergejolak. Dia tak bisa menahan lagi. Terlebih bayangan saat Soully memeluk Erick dengan mudah dan memintanya untuk membawanya pergi.
Cih, sungguh menyebalkan! Kenapa dengan diriku ini? Ada apa dengan perempuan ini sebenarnya?
Air menetes dari rambut Yafizan yang basah membangunkan Soully seketika saat berada di bawah alam sadarnya. Matanya terbuka di kala itu Yafizan sudah berada tepat di atas wajahnya.
"Kau...mau apa?" tanya Soully yang mulai takut ketika melihat mata Yafizan dengan tatapan yang tak bisa diartikan olehnya. Seolah ia hendak melahapnya saat itu juga.
"Kau fikir mau apa? Tentu saja menyelesaikan ritual malam pengantin kita yang semalam sempat tertunda," ucap Yafizan berbisik di telinga Soully, sehingga nafas hangatnya menyentuh sisi-sisi sensitive di lehernya.
Soully segera beranjak dari sofa namun Yafizan berhasil mencengkram lengan Soully, menahan tubuhnya agar tak bisa bergerak, ia berhasil mengunci tubuh Soully lalu menahan kedua lengan Soully ke atas kepalanya.
"Kau...harus mendapat hukuman, karena tangan ini dengan seenaknya menyentuh tubuh pria lain, tepat dihadapanku kau memeluk pria yang bukan suamimu." Yafizan semakin serius. Soully tetap memberontak namun Yafizan semakin menahan tubuhnya yang mungil.
Tanpa berkompromi lagi Yafizan mengecup bibir Soully, melumat habis bibir ranum itu tanpa ampun. Dengan kasar ia menghisap permukaan bibirnya tanpa memberikan Soully jeda untuk bernafas. Sementara kedua tangannya masih mencengkram. Bibir tebalnya mulai menjelajahi ke area leher dan dada membuat Soully mengerang tak mau diam. Soully masih meronta dengan usaha keras akhirnya tangannya terlepas dari cengkraman Yafizan. Soully hendak beranjak namun tangan Yafizan kini malah memeluk Soully dengan erat.
"Sebentar saja...hanya sebentar saja...biarkan aku memelukmu. Aku janji tak akan melakukan hal yang melewati batas walaupun sebenarnya aku berhak melakukannya karena kau istriku..." nafas Yafizan terengah-engah, ia menyandarkan kepalanya di dada Soully. Seperti anak kecil yang merengek minta dipeluk oleh ibunya, ia memeluk erat tubuh Soully. "Istri vampire-ku." imbuhnya terkekeh seketika membuat wajah Soully memerah, ia ingat karena telah menggigit Yafizan semalam.
"Itu karena kau yang mulai," bantah Soully merajuk dan Yafizan hanya menyeringai, masih memeluk. Entah kenapa dia selalu tersenyum jika berada di dekat istri mungil yang baru ditemuinya.
Soully merasakan benda keras di bawah selangkangan pria ini pada pahanya. Soully terdiam, dia merasa tidak enak padahal memang itu kewajibannya. Namun ia masih belum siap, terlebih tidak yakin bahwa Yafizan menikahinya karena cinta. Soully tak ingin terjerat oleh cinta yang sia-sia.
"Maafkan aku..." tangan Soully mengelus rambut kepala Yafizan. Membuat pria itu akhirnya terbuai lalu terlelap dalam dekapan hangat tubuh Soully.
***
Siang hari saat semua hidangan tersedia di atas meja makan. Rona memesan makanan untuk dinikmati mereka siang ini mengingat pagi ini terlewati oleh serangkaian kejadian yang menuda mereka untuk sarapan.
Soully turun ke bawah merasakan ada aroma yang menyegarkan indera penciumannya, menggugah perutnya yang bergejolak sejak bangun tidur tadi pagi. Matanya berbinar saat ia melihat bermacam-macam makanan yang tertata rapi di meja makan.
"Ayo kemari. Kau belum makan dari kemarin, kan? Maafkan kami tidak mempedulikan kesehatanmu," ajak Rona yang sudah duduk siap menikmati makanan yang menggugah selera itu.
Soully segera berlari menuju meja makan. Ditariknya kursi untuk memposisikan duduk dengan nyaman dan makan dengan lahap. Disusul Yafizan yang datang setelahnya.
"Mari makaaannn!" sahut Soully gembira.
Diambilnya berbagai jenis makanan hingga memenuhi piringnya. Soully makan dengan lahap seperti orang yang tak makan selama berhari-hari. Sesekali ia ribut dengan Rona karena merebut makanan. Lalu tertunduk diam dan saling pandang karena keributan yang mereka lakukan membuat ekspresi Yafizan geram. Namun tak urung malah membuat mereka menjadi-jadi dan menjahili Yafizan. Suasana siang itu terasa ramai, canda tawa mereka menggema di seluruh ruangan itu. Tak ayal membuat Yafizan menyunggingkan senyuman di sudut bibirnya.
Ini hari pertama ketika Soully memasuki kehidupan Yafizan. Kebahagiaan ini semoga akan selalu dirasakan agar kalian bisa terus bersama tanpa terpisahkan. Dan semoga benih-benih cinta antara kalian akan tumbuh dengan cepat tanpa masalah -- Rona mendoakan yang terbaik.
***
Keesokan harinya...
Pagi ini Yafizan dan Rona melakukan aktivitas seperti biasa. Mereka hendak pergi ke kantor dan meninggalkan Soully sendirian. Tak ada kegiatan, membuat Soully jenuh seharian. Tak ada cemilan, karena bagi Yafizan itu makanan yang tidak baik. Tak ada ponsel, membuat kesehariannya membosankan, hanya layar televisi besar saja yang menghilangkan sedikit kepenatannya.
Soully pergi keluar menghirup udara segar karena seharian di dalam mansion yang besar itu terasa penat. Setelah ia berkali-kali menekan tombol remot untuk mengganti-ganti saluran televisi. Dia mengelilingi seluruh taman yang ada di mansion itu. Sungguh hal luar biasa yang baru ia rasakan dan ia lihat. Mansion ini sungguh besar dan luas hanya untuk ditinggali tiga orang saja.
"Sebaiknya aku berjalan-jalan keluar saja. Di sini sungguh penat. Mr.Arogant itu sedikitpun tak memberiku uang ataupun meninggalkan makanan untuk kumakan siang dan sore hari. Ponselku juga tak digantinya, bagaimana aku menghubunginya? Ada pesawat telepon tapi aku tak hafal nomor-nomor yang harus aku hubungi, bahkan ia tak meninggalkan catatan nomor ponselnya ataupun kantornya. Kak Rona juga..." gumamnya sendiri sambil melangkah keluar dari pintu gerbang. Yang tanpa disadarinya pintu itu terkunci otomatis dari dalam.
Soully berjalan mengelilingi tembok besar yang membentengi mansion tersebut, menyusuri seluruh bagiannya yang memang luas. Kawasan itu begitu sepi dan sepertinya memang khusus hanya mansion itu saja yang ada di daerah tersebut.
Ada sebuah taman dekat mansion itu. Taman sepi dengan danau yang tenang itu begitu indah, menyejukan mata, mengajak langkah kaki Soully untuk menuju tempat itu. Soully duduk di tepi danau taman lalu ia hanyut dalam lamunan dan ia pun tertidur.
***
"Ron, apa schedule setelah makan siang nanti?" tanya Yafizan yang tetap fokus pada layar digital yang ada di tangannya.
"Ada pertemuan dengan Mrs. Nichole dan itu..." terang Rona tak menyelesaikan kata-katanya. Yafizan tahu jika pertemuan dengan Mrs. Nichole membutuhkan waktu yang panjang dan itu biasanya diadakan di luar kota. "Apa kau akan membatalkannya? Atau kau ingin mengatur ulang lokasinya?"
"Baiklah kau siapkan mobil. Kita segera ke sana."
"Tapi...Istrimu..." Rona ragu meneruskan kata-katanya. "Kau tahu kan Mrs. Nichole orang yang seperti apa? Wanita tua menyebalkan itu pasti akan sengaja mengulur-ngulur waktunya hanya ingin terus berbicara denganmu."
"Tapi dia investor terbesar di perusahaan kita."
"Ya, tapi harta kita lebih banyak dibanding hanya untuk sekedar investor besar seperti dia. Ingat Tuan, kau sudah beristri sekarang."
Yafizan terdiam, sejenak apa yang dikatakan Rona memang kenyataan yang harus dia terima. Mereka melangkahkan kaki menuju lift pribadi yang hendak membawa mereka turun menuju basement. Namun langkah kaki mereka terhenti tatkala Tamara keluar dibalik pintu lift yang melebar.
"Baby...aku merindukanmu..." sapanya langsung memeluk Yafizan erat.
Yafizan kehabisan kata-katanya, antara suka dan ketidaknyamanannya dia saat ini.
***
Bersambung...
Jangan lupa tekan Like, Comment,
Juga Vote yaa 😉
Terima kasih 🙏🏻