18:20. Aileen buru-buru memasukan beberapa roti lapis yang ia siapkan untuk Eunwoo nanti ke dalam kotak bekal. Sementara itu Aileen juga ingin singgah sebentar untuk melihat pemandangan laut yang searah dengan jalan menuju sekolah. Sekalian lewat, pikirnya.
Sudah berapa lama Aileen tidak melihat mangat, pemandangan laut yang sangat di sukainya karena beberapa hari ini Aileen ingin segera berangkat sekolah untuk bertemu dengan Eunwoo lebih cepat dan pastinya untuk menghindari para gerombolan vampire sehingga melupakan tempat favoritnya.
Aileen lekas berlari ke luar rumah dan berpamitan, "Aku pergi!" seru Aileen seiring larinya dan menuntun sepeda.
"Hati-hati. Sampai bertemu lagi!" balas Resen dengan suara tak kalah kerasnya.
Setelah sekitar 30 menit Aileen mengayuh sepeda, akhirnya Aileen tiba di tempat tujuannya. Aileen lekas menyandarkan sepedanya dan berlari sambil tersenyum lebar mendekati pinggiran pantai.
Aileen merasakan setiap udara yang masuk seraya merentangkan tangannya, "Ahh! Senangnya, ini benar-benar menyenangkan." kemudian Aileen kembali memikirkan Eunwoo, "Sebentar saja. Aku akan segera bertemu denganmu lagi." gumam Aileen mengingatkan dirinya.
"Berhenti di depan." Eunwoo menunjuk ke jalan yang dekat dengan pantai dari dalam mobil Avan.
"Apa? Untuk apa?" tanya Avan heran.
"Aku ingin membolos satu pelajaran." jawab Eunwoo dengan polosnya, tidak menghiraukan jika ia tengah bersama pemilik sekolah.
"Apa?! Tidak akan." Bantah Avan dan mempercepat laju mobilnya.
"Terserah. Jika kau tidak menurunkanku, aku akan kembali lagi ke sini setelah tiba di sekolah."
"Ck! Yang benar saja." Avan kemudian memperlambat lajunya dan menghentikan mobilnya. "Turunlah!" kata Avan dengan nada kesal.
"Tidak ikut?" tanya Eunwoo basa-basi saat hendak melangkah keluar. Eunwoo tahu jika Avan tidak mungkin ikut bersamanya mengingat Avan tidak pernah terlambat ke sekolah.
Avan hanya diam. Eunwoo menggidikan bahunya dan lekas turus dari mobil, "Aku akan segera menyusul, dah!" Eunwoo melambaikan tangannya bersama senyum manisnya.
"Aku benar-benar bodoh perduli padanya." gumam Avan kemudian melajukan mobilnya.
Eunwoo menatap kepergian Avan bersama mobilnya, kemudian berjalan di tepian jalan. "Sebenarnya apa yang kulakukan? Aku ingin menghindari berangkat sekolah bersama Avan karena terlalu malu memperlakukan abang Aileen dengan buruk. Apa yang akan Aileen pikirkan nanti jika aku menumpang ke sekolah dengan abangnya. Ah!" Eunwoo menggaruk tengkuknya lalu menghembus berat napasnya. "Aku akan berjalan kaki saja. Aku tidak mungkin membolos hanya ingin bermain di tepi pantai."
Aileen masih memandangi mangata yang begitu memanjakan matanya. Bersama dengan suara angin yang bergerak riuh membisik telinganya. Setelah sekitar 15 menit lamanya, Aileen teringat jika ia harus segera ke sekolah untuk bertemu Eunwoo dan memberikan roti sandwich buatannya, tak lupa untuk memastikan Eunwoo masih mangingatnya. Kemudian Aileen segera menuju parkiran sepedanya.
"Sepertinya sudah cukup. Aku akan pergi untuk segera bertemu dengannya." Aileen mulai mengayuh sepedanya.
Selama perjalanan Aileen hanya tersenyum lebar memikirkan Eunwoo, kali ini Aileen tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memastikan jika Eunwoo masih mengingatnya. Tak lama, Aileen mulai melihat 2 orang berjalan yang searah dengannya, Aileen lekas melaju bersama sepedanya untuk menghampiri pria itu. Saat semakin dekat, Aileen merasa yakin jika pria itu adalah seseorang yang dia kenal.
"Resen?" ucap Aileen tak percaya. Kemudian melihat ke arah depan yang berjarak 10 meter dari tempat Resen berjalan, "Eunwoo?"
Resen meneguk ludahnya, "Apa yang kau lakukan? Bukankan kau melihat mangata?" kata Resen dengan nada berbisik.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mengikutinya?" tanya Aileen khawatir.
"Apa yang kau pikirkan? Untuk apa aku mengikutinya?" bantah Resen.
"Apa kau ingin mencoba padanya?" Tanya Aileen lagi karena tak percaya dengan alasan Resen.
Resen tersenyum kecil, "Aku ketahuan, sayang sekali." jawab Resen dengan maksud bercanda.
"Resen!" Aileen berteriak dengan kesalnya.
Eunwoo yang kini sudah berjarak 15 meter mendengar terikan Aileen cukup jelas. Eunwoo mencoba memperhatikan sekitar, mencari sumber suara itu.
"Apa kau sudah gi*a?!" bentak Aileen kembali. Resen hanya tersenyum dan tertawa kecil, "Kau sangat naif, Aileen. Apa kau pikir kau tidak akan melukainya?"
"Kau-" Aileen geram namun kata-katanya terhenti saat mendengar seseorang memanggil namanya.
"Aileen?" panggil Eunwoo memastikan.
Resen terkesiap, "Apa dia mengenalmu?"
"Aku tidak tahu. Tapi aku sangat bahagia mendengarnya memanggil namaku untuk pertama kalinya." Aileen menatap senang pada Eunwoo.
"Aileen? Kau kah itu?" panggil Eunwoo lagi. Kemudian Eunwoo memperhatikan wajah pria yang bersama Aileen.
"Bahaya! Apa dia juga mengingatku?" Resen kemudian menundukan wajahnya. "Pergilah bersamanya, atau aku akan melanjutkan rencanaku." bisik Avan pada Aileen dengan mengancam.
Aileen menatap sinis, "Aku tidak akan membiarkannya." Aileen tahu pasti jika Resen sangat menyukai darah manusia, tapi Aileen tidak menyangka jika Resen akan berniat mengincar Eunwoo padahal Resen tahu jika Aileen tidak ingin Eunwoo terluka. Namun dalam hati Aileen masih mempercayai Resen tidak akan melakukan hal ini.
Aileen segera berjalan menghampiri Eunwoo sambil tersenyum. Sementara Resen berjalan mengarah berlawanan. Eunwoo tak lagi memperhatikan Resen dan tersenyum melihat Aileen tersenyum berjalan mendekatinya.
Untuk sesaat mereka saling bertatapan, mata jernih Aileen mulai berkaca-kaca karena terharu saat Eunwoo memanggil namanya, sementara Eunwoo tersenyum kagum melihat Aileen. Rasa bersalah dan senang bercampur aduk menyelimuti perasaan Eunwoo.
Tatapan beberapa detik itu akhirnya berakhir saat Aileen memukul-mukul lengan Eunwoo berulang kali sementara Eunwoo tak lepas tersenyum memandangi Aileen.
"Kau tahu namaku, tapi kemarin kau berpura-pura tidak mengenalku. Aku benar-benar takut kau akan melupakanku. Aku-aku benar-benar-" ucapan Aileen terhenti saat Eunwoo berteriak pelan.
"Akh!" sontak Aileen menghentikan pukulannya dan menatap lengan Eunwoo. "Apakah sakit?"
"Sakit." jawab Eunwoo sambil tersenyum bahagia melihat Aileen khawatir.
"Maafkan aku. Pukulanku terlalu keras. Maaf" Aileen menunduk sesal.
Eunwoo memiringkan kepalanya seraya mengelus kepala Aileen, "Tidak apa-apa. Karena aku terluka mungkin pukulanmu yang pelan jadi sangat terasa olehku."
Terluka? Aileen semakin merasa bersalah ternyata yang ia pukul adalah lengan Eunwoo yang terluka. Aileen lekas memeriksa Lengan Eunwoo, "Maaf. Apakah ini atau ini yang terasa sakit? Aku akan mengobatinya. Aku membawa p3k."
"Lagi?" tanya Eunwoo mengingat Aileen pernah mengobati lukanya saat itu.
"Ayo beritahu aku, atau aku yang akan menggulung lengan bajumu agar mengetahui lukamu." kata Aileen dengan memohon.
"Tunggu, aku lupa. Aku akan memeriksanya sebentar." Eunwoo berbalik badan dan menggulung lengan bajunya, kemudian melepas plester yang ia pasang dari rumah lalu menunjukan tangannya yang terluka pada Aileen, "Ini."
Aileen segera memeriksa luka Eunwoo, "Apa kau percaya padaku? Aku seorang vampir."
Eunwoo mengangguk, "Eemm."
Aileen kemudian menatap luka Eunwoo, "Cukup dalam dan masih basah, apakah terasa sakit?"
Eunwoo mengangguk dan tersenyum kecil, "Sakit,"
"Aku akan segera menutupnya sebelum darahnya kembali keluar." Aileen kemudian segera mengeluarkan peralatan lukanya. Namun saat ingin menutupi luka Eunwoo seketika Aileen tersentak saat mencium darah Eunwoo, sangat sulit, namun Aileen berusaha menahannya dan mencoba menutup luka Eunwoo.
"Ada apa?" Eunwoo menyadari wajah Aileen yang berubah pucat. "Apakah ada masalah? Kau bisa melakukannya dengan sangat mudah sebelumnya bahkan ibuku tidak bisa melakukan hal itu padaku." puji Eunwoo. "Lakukanlah. Aku mempercayaimu."
Eunwoo kemudian hendak menggenggam tangan Aileen namun dalam sedetik Aileen langsung menepis tangan Eunwoo sehingga membuat tangan kanan Eunwoo tergores oleh gunting plester yang di pegang Aileen. Aileen lekas menutup hidung dan mulutnya sambil menatap tangan Eunwoo yang terluka karenanya "Aku-aku, maafkan aku, aku tidak sengaja."
"Hei, tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil. Semua akan baik-baik saja setelah kau mengobatinya seperti sebelumnya." kata Eunwoo sambil tersenyum menenangkan Aileen.
"Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa menahannya." Aileen tak lagi memandang Eunwoo dan perlahan melangkah mundur. Sementara Eunwoo menatap heran dan berjalan mendekati Aileen, "Ada apa? Apa kau baik-baik saja. Wajahmu sangat pucat."
"Jangan mengikutiku! Pergilah!" teriak Aileen. Namun Eunwoo tak mendengarkan dan terus melangkah mendekat, "Aku mempercayaimu, Aileen. ku berbeda dari vampir biasanya."
"Pergilah, kumohon. Aku takut akan akan melukaimu. Aku benar-benar tidak bisa menahannya. Kumohon, pergilah." kata Aileen lirih dan mulai meneteskan air mata karena takut Eunwoo akan terluka karenanya.