Tải xuống ứng dụng
4.51% Live With my CEO / Chapter 7: Rencana Orangtua Meraka

Chương 7: Rencana Orangtua Meraka

        "Ayaaaah!"       

        "Iya … Iya … Ayah sudah siap!"

        "Miraaa!!!" seru Karina memanggil anaknya yang masih di kamar.

        Hari ini adalah hari di mana pengenalan dua keluarga antara Dika dan Mira. Meskipun Mira tidak tahu apa yang direncanakan oleh Tante Gina padanya.

        Kemarin Tante Gina menelpon untuk menanyakan pendapat gadis itu tentang anak semata wayangnya. Setelah itu, wanita tersebut mengatakan ingin bertemu dengan        kedua orang tuanya. Mira tidak curiga sama sekali, gadis itu mengiyakan pertemuan tersebut.

        Sekarang, Mira sedang duduk di meja riasnya. Meskipun ini pertama kalinya ia keluar rumah dengan riasan, namun hasilnya tidak mengecewakan karena ia belajar memoleskan make up dari orang-orang yang proesional dalam video youtube. Make up yang digunakannya tidak terlalu tebal, kecantikan alami gadis itu masih terlihat.

        Pagi tadi, seorang kurir datang membawa sebuah paket untuk Mira. Setelah di buka kotak tersebut, betapa terkejutnya gadis itu mendapatkan sebuah gaun cantik. Pengirim barang tersebut adalah Tante Gina, itu tertulis pada note yang ada di dalam kotak tersebut. Di sana juga rertulis ia harus memakan gaun tersebut di acara pertemuan nanti malam.

        Karena sudah memakan gaun yang bagus, rasanya tidak pas jika Mira tidak bermake up. Sejak siang gadis itu mencari-cari video tutorial make up pada aplikasi youtube di ponselnya. Kemudian belajar dari sana.       

        "Gue kalau Make up cantik juga ya," kata Mira pada dirinya sendiri. Ia memoleskan sedikit lipstick tidak terlalu tebal pada bibirnya. Kemudian mengaplikasikannya.

        Setelah selesai dengan penampilan yang beda dari hari-hari biasanya. Mira pergi ke luar kamarnya. Di sana kedua orang tua Mira terpana melihat anak gadisnya sudah dewasa.

        "Iiih, anak Mama cantik banget," puji sang Ibu memuji sang anak.

        "Iya, Saya gak nyangka punya anak secantik kamu, Mira,"  timpal sang Ayah.

        Mira tersenyum malu. Dirinya dipuji seperti itu.

        "Yaudah, yuk kita berangkat."

        Mira dan keluarganya pun segera berangkat menuju restoran yang sudah di janjikan oleh Tante Gina.

        Sampai depan rumah, keluarga tersebut terkejut melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah mereka. Mira menghampiri kendaraan tersebut dan mengetuk-ngetuk kaca jendela. Di dalam sana seorang pria dengan pakaian rapih duduk menunggu seseorang.

        Mira bertanya, "Bapak nunggu siapa ya?"

        "Saya nungguin Neng dari tadi," jawab pria itu.

        "Eh? Nungguin saya?"

        "Iya, saya di suruh sama Nyonya Gina buat jemput Neng Mira sama keluarganya. Saya antar Neng ke restoran."

        Mira terkejut mendengarnya Tante Gina sangat baik sekali. Beliau sampai mengirimnya mobil jemputan. Ia sangat bersyukur mengenal wanita sebaik Tante Gina. Padahal, yang ia lakukan saat itu hanyalah menemukan cincin. Tapi sampai detik ini Tante Gina terus berbuat baik padanya.

        Gadis itu pun kembali pada keluarganya untuk memberitahu bahwa mobil yang ada di depan rumahnya itu adalah jemputan mereka. Betapa senang Ibu Mira mendengarnya. Ia dan sekeluarga akan makan di restoran mewah dan berangkat menggunakan mobil yang tak kalah mewah. Ini adalah buah dari kebaikan sang anak, ia merasa bangga.

        Perjalanan dari rumah Mira menuju restoran tersebut membutuhkan waktu sekitar setengah jam. Ketika sampai, ia dan keluarga ditunjukkan oleh salah satu pegawai restoran di mana mereka akan duduk. Kedua orang tua Mira sangat senang, seumur hidup baru kali ini mereka makan di restoran mewah. Ini akan menjadi kenangan terindah untuk dirinya dan keluarganya.

        "Sebelah sana Nyonya Gina menunggu," ucap sang pelayan menunjuk ke satu arah.

        Pandangan Mira tertuju pada arah yang ditunjuk oleh pelayan tersebut.

        Di sana ada Tante Gina yang sedang duduk di salah satu meja menunggunya.

        Dengan senyum gadis itu pun menghampiri wanita tersebut, diikuti kedua orang tuanya.

        "Selamat malam, Tante Gina," sapa Mira menghampiri wanita tersebut. Hari ini adalah kali pertama gadis itu bertemu kembali dengan Tante Gina, beliau terlihat lebih cantik dari sebelumnya mereka bertemu.

        Gina yang sedang berkutik dengan ponselnya menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya. Melihat itu adalah Mira, wanita itu bangkit dari tempat duduknya dan langsung memeluk gadis itu. "Miraaa, senang  bisa bertemu dengan kamu lagi. Kamu semakin cantik saja dengan polesan Make up."

        "Hehehe ini juga kan karena gaun yang Tante kirim untuk saya," ucap Mira.

        "Hehehe … syukurlah kamu pakai gaun itu."

        Keduanya pun tertawa bersama.

        "Oh, Tante. Kenalin, ini keluarga saya," ucap Mira memperkenalkan kedua orang tuanya. Ayah dan Ibu Mir  bersalaman dengan Tante Gina.

        "Makasih ya, Bu. Sudah melahirkan anak secantik dan sebaik Mira, kalau tidak ada Mira waktu itu mungkin saya akan kesusahan." Tante Anne dan Ibu Mira sepertinya langsung akrab walau hanya sekali bertemu.

        "Ahaha … biasa saja. Saya hanya memberinya makan tiga kali sehari dan susu setiap pagi, gak ada yang spesial dari dirinya," balas Ibu Mira berusaha merendah. Bicara dengan orang besar seperti Gina membuat jiwa miskinnya bergetar.

*****


next chapter
Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C7
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập