Binar duduk di kursi di terasku sambil menikmati martabak telur yang baru kuhangatkan beberapa menit lalu. Aku sengaja membawanya dari tempatku bekerja karena tahu dia akan datang, bukan ada niatan lain, hanya bagiku memuliakan tamu itu penting, meskipun hanya air putih dan martabak itu jauh lebih baik dari pada tidak memberi suguhan sama sekali, entah itu di makan atau tidak yang penting aku sudah mempunyai niat baik itu, dan kupikir martabak bukanlah hal buruk, terbukti dengan sudah habisnya setengah piring martabak yang kuhidangkan untuk BInar. Entah dia memang suka, doyan, atau lapar, aku tidak tahu, yang jelas dia memakannya dengan sangat lahap tanpa memedulikan minyaknya yang berlebih, omong-omong, melihatnya makan dengan begitu lahap membuatku jadi lapar juga, dari tadi pagi aku baru makan dua potong martabak karena terlalu malas memasak.