Sebenarnya Jeha tau banyak tentang muslim saat dia masih bersama Maylin, gadis muslim China yang dia jumpai di sekolah menengah.
Maylin sering pindah mengikuti orang tuanya tugas. Kebetulan masa itu ayahnya di tugaskan di Korea, diapun harus rela pindah sekolah ke salah satu SMA yang sama dengan Jeha , Lion dan Ho Ryeon.
Meski tidak sempat pacaran Maylin masih meninggalkan bekas mendalam di hati Jeha,hanya karena satu kejadian yang memilukan Jeha dan Maylin putus komonikasi dan tidak saling tau kabar masing-masing.
»Seoul Central Mousque«
Sesaat kemudian mereka sampai di masjid yang Jeha maksud dengan semangat Nana keluar dari mobil dan langsung mengambil beberapa gambar.
Setelah puas mengambil gambar, Nana masuk dan melaksanakan shalat zuhur di masjid itu, sedang Jeha menunggu di mobil.
Seusai menunaikan kewajibannya, Nana langsung menemui Jeha dan masuk ke mobil, wajahnya yang berseri membuat Jeha tertegun
"Masjid ini sangat indah dan nyaman, oh ya apa lagi yang kamu tau tentang masjid ini ? ceritakan dong !" kata Nana membuyarkan kediaman Jeha.
Mendengar perkataan Nana, Jeha langsung tersenyum dan mulai menjelaskan apa yang dia tau tentang masjid itu.
"Yang aku tau, Masjid Raya Seoul atau Seoul Central Mosque merupakan masjid pertama di kota Seoul, pembangunannya dimulai pada Oktober 1974. Masjid ini diresmikan pada 21 Mei 1976 dan sekarang berdiri tegak di antara Sungai Han dan Pegunungan Namsan." jelas Jeha.
"Benarkah? tapi kamu kan bukan muslim. Bagaimana bisa kamu tau begitu banyak. Aku salut padamu" kata Nana sambil mengacungkan jempol pada Jeha.
"Ha ha ha, apa kamu sedang memujiku" Jeha menatap Nana sambil tersenyum.
"Wajar saja aku tau, meski pemeluk agama Islam di Korea masih terbilang sedikit, tapi Islam di Korea selatan saat ini tengah berkembang dengan pesat" lanjut Jeha.
Mendengar penjelasan Jeha, Nana berdecak kagum. "Subhanalloh ini luar biasa"
"Seoul Central Mosque memberikan nilai plus tersendiri. Selain gampang beribadah, di sekitar masjid juga terdapat penjual makanan halal, lantai pertama masjid digunakan untuk ruang pertemuan serta kantor Korea Muslim Federation. "
"Masuk ke lantai dua, terdapat tempat beribadah untuk pria dengan luas 427 meter persegi. Sementara tempat beribadah untuk wanita menempati lantai tiga."
"Di masjid ini juga terdapat Prince Sultan Islam School yang mengajarkan kajian Alquran, hadits Nabi, serta ilmu fiqih. Juga terdapat Islamic Culture Research Institute yang menjadi wadah tempat berkumpul umat Muslim se-Korea Selatan." lanjut Jeha.
Sekali lagi Nana dibuat takjub dengan penjelasan Jeha, "Apa kamu tertarik masuk islam dan apakah kamu pernah memasuki masjid ini? "
Ekspresi Jeha berubah rumit karena sebenarnya pengetahuannya tadi berasal dari waktu yang dia habisi bersama Maylin.
"Aku baca di internet he" Jawab Jeha. "Ha ha, iya kamu benar semua orang bisa mengetahuinya lewat internet" sahut Nana.
Jeha mengangguk sambil terseyum, sebenarnya dia tidak mau berbohong pada Nana tapi masa lalu menurutnya tidak perlu di bicarakan lagi. Semua sudah indah pada masanya maka biarkanlah tetap di sana jangan di bawa ke hari ini lagi.
Setelah selesai dari masjid, Jeha langsung membawa Nana kembali ke kantornya.
»Kantor One Soft«
Tidak butuh waktu lama mobil Jeha terparkir di depan kantor OneSoft. Nana dan Jeha berjalan memasuki kantor beriringan, terang saja mereka langsung menjadi pusat perhatian para kariyawan Onsoft, Nana sedikit merasa risih.
"Apa kamu tidak malu berjalan denganku ? kariyawanmu sepertinya memperhatikan kita" bisik Nana.
"Itu urusan mereka jadi abaikan saja, mereka juga tidak akan berani bergosip tentang kita" jelas Jeha.
"Kenapa? " tanya Nana dengan heran.
Mendengar pertanyaan Nana. Jeha berhenti dan menatap Nana di sampingnya.
"Karena jika mereka berani melakukannya, mereka harus siap angkat kaki dari kantor ini"
Nana menelan ludah dalam-dalam mendengar perkataan Jeha. Setelah itu tanpa berkata apapun lagi Jeha membawa Nana ke ruangannya.
Di ruangan Jeha, Nana langsung mewawancarai Jeha tentang seluk beluk One Soft dan siapa Ceo yang berada di belakang One Soft selama ini.
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, Nana dan Jeha terpaksa mengakhiri bincang-bincangnya karena waktu sudah sore.
Setelah itu Jeha mengantar Nana kembali ke kantornya, meski tidak enak namun Nana tetap mengikuti Jeha ke parkiran.
»Kantor Star Magazine«
Sesampainya di depan kantor Star Magazine, Jeha keluar lebih dulu dan dengan gantle Jeha membukakan pintu mobil untuk Nana.
"Tuan Putri Nana silahkan keluar !" ucap Jeha sambil tersenyum. Nana merasa geli melihat perlakuan Jeha padanya, wajahnya langsung memerah.
"Terimakasih pangeran Jeha" sahutt Nana dengan senyum manis sambil turun dari mobil.
Sedang di suatu tempat yang tidak terlalu jauh, ada hati yang sedang terbakar emosi, niatnya ingin menjemput Nana, malah dia di suguhkan dengan tampilan kasih sayang Nana dan Jeha.
Lion membanting stir mobilnya dengan tatapannya yang berapi-api sambil bergumam. Park Jeha, kamu sudah mencari masalah dengan seorang Lion.
"Nana tunggu" Kata Jeha sambil menarik tangan Nana. Nana yang hendak melangkah ke pintu masuk langsung berbalik.
"Apa lagi? "
"Terimakasih untuk hari ini, " ucap Jeha.
Nana mengangguk dan melepas genggaman Jeha karena takut ada yang salah paham dengannya, Jeha langsung mengerti dan tidak mempermasalahkannya.
Setelah selesai berbasi basi dengan Nana, Jeha langsung membawa mobilnya meninggalkan kantor Nana.
Lion benar-benar kehilangan ketenangan melihat kelakuan Jeha, ekspresinya sangat gelap. Sambil menggertakan giginya dia berkata.
'Park Jeha, kamu benar-benar menantangku'. Batin Lion.
Setelah mobil Jeha tidak terlihat lagi, Nana langsung berbalik dan masuk ke kantornya dengan perasaan bahagia, selain dia berhasil menjalankan tugasnya, dia juga mendapat perlakuan manis dari Jeha.