Bagian Limabelas
Mobil masuk ke halaman parkir di Puskesmas.Astuti turun dari mobil diantar Herman hingga di ruang kerja.Bercakap-cakap sejenak setelah itu Herman pergi menuju mobilnya di tempat parkir.
Dokter Irwan yang sejak tadi memperhatikan lalu menghampiri,dengan senyum manis ia menyapa." Rupanya jadi juga dengan lelaki dari Subang itu,Dok...".
Astuti tertegun,melihat wajah dokter Irwan ada rasa cemburu.Sorot mata dokter itu seperti memperlihatkan dalam hatinya sedang bergejolak.Lalu Astuti berpura-pura tidak mengerti." Maksud dokter Irwan apa ?".
" Sepertinya dokter Astuti sedang menjalin hubungan dengan pria asal Subang tadi ", sahut dokter Irwan.
" Okh ",ujar Astuti,ia mulai berhati-hati kepada dokter Irwan." Apa salahnya dengan kawan lama saya berbaik hati ".
" Okhkh,tidak salah. Anda benar ,dok..", sahut dokter Irwan.Perlahan rasa cemburu yang ia sembunyikan berkurang.Ia merasa dalam posisi aman usahanya untuk mendapat tempat di hati Astuti.Lalu ia berujar lagi,memperlihatkan rasa khawatir." Tapi memberi kebaikan juga harus ada batasan lho,jika tidak bisa rugi ".
" Saya tidak menimbang untung dan rugi dalam melakukan kebaikan.Jika menurut anda seperti itu,namanya kita tidak ikhlas.Kalau saya berpendapat memberi kebaikan itu harus dengan ikhlas ", kata Astuti sesudah itu memberi senyum.
Hati dokter Irwan senang.Ia menilai masih ada kesempatan untuk terus maju membuka pintu hati Astuti.Ia bertekad untuk terus menggoda Astuti sampai akhirnya mau menerima sebagai pria istimewa.Memuji pun ia lakukan demi merebut hati Astuti." Anda memang selalu benar dalam mengkaji hal-hal demikian. Saya menyadari diri ini lemah bila menghadapi hal-hal begitu, barangkali hal itu juga menyebabkan saya gagal membina seorang istri ".
" Dokter Irwan tidak boleh bicara begitu,seperti orang berputus asa..",kata Astuti,melihat dokter Irwan tidak bersemangat belas-kasihan mendadak muncul.
Sementara suasana di Puskesmas itu masih sepi.Kegiatan karyawan belum nampak.Beberapa petugas kesehatan masih masih ngobrol bersama bidan Nani,sambil sebentar-sebentar melihat ke arah dokter Astuti dan dokter Irwan, kedua orang dokter itu kalau sedang fokus urusan hati menurut mereka seperti dokter-dokter dalam sinetron.Salah seorang dari mereka berkata usil suaranya pelan." Yang pria duda,yang wanita perawab...cocoklah ! ".
Bidan Nani berada bersama mereka langsung bicara kepada yang usil tadi." Husss ! Jangan bicara sembarangan !! ".Membuat yang usil itu tersipu malu.
" Kita tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh dokter dokter itu,jangan suka apriori begitu ",bidan Nani meneruskan kata teguran,tapi baru selesai bicara sudah ada yang menimpali.
" Saya tahu dokter Irwan dan dokter Astuti bicara apa ", celetuk salah seorang.
" Apa ? " tanya bidan Nani.
" Cinta ! ",jawab salah seorang." Saya yakin bila duda dan perawan tua kalau bicara santai pasti soal cinta yang dibicarakan ".
Mereka ada yang tertawa,ada yang tersenyum.Entah mengapa salah seorang sedang tertawa tiba-tiba tersedak mulutnya dan bidan Nani melihat itu jadi tertawa lepas.
Astuti dan dokter Irwan melihat kepada bidan Nani,sambil bertanya-tanya apa penasaran.
" Bidan. Bidan Nani ! ", Astuti memanggil.
" Ya dokter,ada apa ? ", tanya bidan Nani gugup.
" Saya perlu bicara dengan bidan ", jawab Astuti,matanya memperhatikan gerak-gerik bidan Nani." Tapi nanti saat jam makan siang bicaranya ".
" Kiranya soal apa,dok...? ", bidan Nani menjadi was was,pikirannya mulai menerka-nerka mengapa Astuti ingin bicara.Namun tidak segera mendapat kejelasan karena sudah memasuki jam kerja,semua pegawai mulai sibuk dengan tugas masing-masing.
Kesibukan di Puskesmas mulai terlihat,banyak anggota masyarakat datang ingin berobat.Ada juga yang periksa kehamilan.Ada yang datang berobat karena kaki terluka akibat sebuah kecelakaan lalulintas.
Puskesmas di kota-kota besar seperti Jakarta pelayanan medis sudah sama dengan pelayanan medis di Rumahsakit.
Saat jam istirahat kerja,bidan Nani segera masuk ke ruangan kerja Astuti dengan hati berdebar-debar.Ia melihat Astuti sedang menunggu,terlihat berwibawa.Hampir-hampir ia tak berani duduk berhadapan.
" Bidan Nani tahu mengapa saya ingin bicara berdua ? ", tanya Astuti
Bidan Nani menggelengkan kepala.
" Silahkan duduk ",kata Astuti," Ambil kursi di sana bawa ke sini...".
Bidan Nani melihat sebuah kursi yang terletak beberapa meter saja dari meja kerja Astuti,kemudian berjalan mengambil kursi.
" Saya ingin minta pendapat bidan Nani ", kata Astuti.
" Pendapat mengenai apa,dok ? ",tanya bidan Nani.
Astuti cuma tersenyum.
Bidan Nani mengulang pertanyaannya,ia berharap Astuti segera bicara.
" Saya ingin tahu pendapat bidan tentang lelaki...", kata Astuti,setelah itu ia kelihatan ragu untuk meneruskan perkataannya.Melihat dokter Irwan di depan pintu sedang curi dengar Astuti memberi kedipan mata kepada bidan Nani.
" Jika ingin tahu tentang lelaki jangan bertanya kepada wanita ", ujar dokter Irwan," nanti yang diperoleh bisa tidak obyektif ".setelah itu ia tertawa kemudian sambil maju beberapa langkah memberi senyum kepada bidan Nani dan Astuti.
Astuti menahan geram,tidak menyukai kehadiran dokter Irwan.
Bidan Nani terkejut melihat dokter Irwan tiba-tiba datang.