Pagi- pagi Alan melingkarkan tangnnya di pinggang Raya sehabis mandi pagi, Alan terlihat manja,
"Yank, aku menginginkanmu sekarang!" sudah satu minggu ini Alan bersikap manja, dan Raya dengan senang hati menuruti kemauannya, kemeja dan rok yang baru Raya pakai Alan lepas kembali, Alan mulai mencium bibir Raya dan menidurkannya di tempat tidur, terus ciumannya menurun keleher dan kuping Raya,
"Aaalan..." Raya memanggil nama Alan ketika Alan meremas dada Raya, dan nafas Alan semakin memburu menjelajahi tubuh Raya tanpa terlewat, Alan menekan tubuhnya di tubuh Raya,
"Yaaank... yang dalem." Alan tersenyum mendengar permintaan Raya, Alan menghujamkan miliknya kedalam kewanitaan Raya dengan keras.
"Aaakh..." desah Raya, 1 jam lebih mereka bercinta dengan 2 kali pelepasan, Raya memeluk tubuh Alan yang basah dengan keringat, setelah 30 menit beristirahat mereka mandi bersama,
"Aku akan selalu mencintaimu dimanapun aku berada dan hanya Fano yang kuijinkan menjagamu saat aku tidak ada, tidak boleh yang lain." Raya mengerutkan keningnya mendengar kata- kata Alan,
"Kamu sama Fano seperti tom jerry percayakah kamu padanya?"
"Ya ... " Alan tetap memeluk Raya sampai Raya kesusahan untuk memakai baju,
"Heyyy lepasin dulu sebentar! kamu juga belum Rapi." Raya dengan cepat memakai baju lalu membantu mengancingkan kemeja Alan dan memakaikan dasi, pandangan Alan tak lepas dari Raya,
Setelah selesai Alan dan Raya keluar dari kamar menyantap sarapan lalu berangkat kekantor bersama dan lagi- lagi Alan manja tidak mau menyetir dan tidak memperbolehkan Raya menyetir,
"Aku maunya Pak Deden yang anter!" Raya hanya mengangguk dan memanggil pak Deden,
Sepanjang perjalanan Alan menempel bahkan memeluk Raya erat sangat erat, Raya ingin bertanya tapi mengurungkannya karena Raya menikmatinya juga,
"Maaf pak baby besar saya lagi kumat manjanya, tolong turunkan aja tirainya!" Raya tersipu karena perlakuan Alan yang tak luput dari pandangan pak Deden, Pak Deden mengangguk sambil tersenyum, setelah tertutup Alan makin agresif, Alan mencium Raya dan meremas dada Raya bahkan sesekali tangannya menyusup kedalam rok Raya, memainkan daerah kewanitaanya,
"Alannn stop jangan di sini!" Alan tidak mendengarkan Raya bahkan lama- lama Raya menikmatinya hingga Raya mencapai puncaknya,
"Sekarang giliranku, please!" Raya menatap Alan dan menuruti kemauannya hingga Alan benar- benar menikmati setiap sentuhan Raya,
"Aku keluar yank... " tubuh Alan menegang, Raya tersenyum dan memeluk Alan,
"Lihat semua berantakan." Raya merapikan bajunya ,
"Maaf sayank..." Alan mengecup kening Raya, Raya sempat merasa aneh dengan kelakuan Alan tapi, setelah berfikir lagi Alan suaminya wajar jika sesekali bersikap seperti itu.
Raya melambaikan tangannya kepada Alan dan Alan membalasnya, pagi ini Alan sengaja melewati kantornya dan bersikeras mengantar Raya terkebih dahulu baru balik lagi kekantornya,
"Ada apa dengan hari ini?" gumam Raya,
di dalam ruangannya Dodi sudah menunggu,
"Maaf Dod, baby besarku kumat manjanya, dan aku harus mandi dulu sebentar." mendengar itu Dodi tersenyum dan mengangguk karena tau siapa yang di maksud bosnya,
***
"Tok...Tok...Tok" pintu ruangan di ketuk
"Masuk!" suara Alan dari dalam, Yos masuk dan memberikan beberapa dokumen, kita ada meeting Bos jam 10,
"Ok kita berangkat sekarang! tempatnya agak jauh kalo terlambat tidak baik." Yos mengangguk, mereka bergegas kedalam mobil dan Yos mengemudikan mobilnya menuju tempat meeting, jalanan lumayan Rame tapi tidak macet, mobil masuk ke tol dan jalanan lebih lancar,
"Kenapa lewat tol Yos? padahal tadi jalanan ga macet?"
"Saya juga baru sadar kalau kita malah masuk tol." Alan menarik nafas kasar, keduanya terdiam beberapa saat, Alan dan Yos terkejut ketika ada bunyi ledakan di belakang mereka, Alan langsung melihat kearah belakang, terlihat mobil di belakang menghantam mobil di depannya dan beruntun bertabrakan,
"Bos kecelakaan." dan seketika mobil mereka terdorong dari belakang, Yos mencoba menghindar tapi mereka malah menabrak pembatas jalan naasnya tersambar lagi oleh mobil dari arah berlawanan,
"Yos awas..." Alan berteriak ketika dari arah berlawanan mobil melaju cepat, duarr... kepala Alan tiba- tiba pusing dan berakhir gelap tak sadarkan diri, sementara Yos berusaha membuka pintu mobil dan membantu Alan keluar dari mobilnya yang mulai mengeluarkan api, dengan mengerahkan seluruh tenaga yang tersisa, Yos setengah menyeret tubuh Alan, Yos berusaha menjauh dari api dan benar saja dengan cepat api membakar mobil yang mereka kendarai, lama- kelamaan badan Yos lemas dan ambruk.
***
Raya sedang disibukan mengurus beberapa kliennya di bantu Dodi, mendadak suara panggilan berdering di handphone Raya,
"Permisi ... mohon tunggu sebentar!" semua yang ada di ruangan itu mengangguk,
Raya menerima panggilan dari mama Alan, agak menjauh ke sudut ruangan,
"Iya mam, ada apa?"
"Alan sayang... Alan.... "
"Alan baik- baik aja kok mam, kami 2 jam yang lalu berangkat kerja juga sama." Raya mengerutkan alisnya, tiba- tiba dadanya gemuruh tak karuan,
"Alan kecelakaan sayang, di tol kecelakaan beruntun." seketika Raya lemas dan hampir jatuh, Dodi langsung menghampiri Raya,
"Ada apa bu?"
"Nyalakan televisi !" suara Raya pelan, walaupun bingung Dodi menuruti apa yang Raya perintahkan, dan terlihat ada berita kecelakaan di tol dan kendaraan yang terlibat kecelakaan sebagian besar rusak parah, Mata Raya menatap televisi dengan tatapan kosong, semua yang ada di ruangan juga bengong melihat sikap Raya yang berubah 180 ° tampak linglung dan gemetaran Dodi segera memberikan minum untuk bosnya, dengan gemetar Raya meneguk habis air yang Dodi kasih,
"Ada apa bu?" Dodi makin bingung,
"Alan... dod... ada di sana." Seketika semuanya melotot dan mengerti apa yang di maksud Raya,
Semua klien mengerti keadaan Raya dan menunda urusannya kemudian pamit setelah mengucapkan keprihatinannya atas insiden kecelakaan suami Raya,
Dodi membawa Raya kerumah sakit rujukan pasien kecelakaan di tol itu dan ketika sampai di rumah sakit, orang tua Alan sudah di situ dengan Herlambang, mereka terlihat murung bahkan mama Ros tersandar di dinding lemas, Raya setengah berlari menghampiri mereka,
"Alan gimana mam?" Mama Ros malah menangis dan memeluk erat Raya,
"Mam..., pah....?" Raya menatap mereka,
"Yos dan Alan parah sayang..." tiba- tiba tubuh Raya lemas, dengan cepat Dodi memegang tubuh Raya dan mendudukannya di kursi, terlihat Fano dan Natan datang berlari menghampiri mereka, Natan langsung memeluk Raya,
"Sabar mam!" Raya hanya mengangguk dan tetap memeluk Natan,
Dokter keluar... semua mata menatapnya...
"Keluarga Alan?"
"Kami Dok..."
"Pasien banyak mengeluarkan darah, golongan darah O Kebetulan kosong, apakah dari kalian ada yang sama golongan darahnya ?"
Natan, Raya, Fano dan papa Alan segera keruangan mengikuti perawat untuk di ambil darahnya.
setelah menunggu lumayan lama akhirnya Alan di pindahkan ke ICU karena keadaannya kurang baik sementara Yos masuk ruang rawat inap walaupun keadaannya lumayan parah juga tapi denyut nadinya stabil,
tubuh Raya seakan tak bertulang melihat Beberapa alat medis menempel di tubuh Alan, tadi pagi tubuh Alan masih segar dan manja di pelukanya dan hanya dalam hitungan jam Raya melihat Alan berada di ujung maut, air matanya tak henti- hentinya membasahi pipi Raya, di genggamnya tangan Alan,
"Sayank... bangunlah! Aku menunggumu di sini! bertahanlah... demi aku, anak- anak kita dan semuanya." bibir Raya bergetar ketika mengatakan itu, dadanya begitu sesak, Natan memeluk Raya,
"Papa pasti sembuh." Natan berbisik di telinga Raya, untuk membuat Raya tenang namun sebenernya melihat kondisi Papanya, Natan tak yakin, kecuali ada keajaiban Tuhan...
Raya mengusap pipi Alan dengan lembut bahkan Raya menciumnya,
melihat hampir sekujur tubuhnya luka membuat Raya ingin mati, begitu sakit....
"Kita pulang dulu mam, mama perlu istirahat!" Raya menggeleng,
"Mama akan tetap disini!" sudah beberapa kali Natan dan yang lainnya membujuk Raya tapi Raya tetap duduk di samping Alan,
"Bawakan mama baju ganti saja, untuk perusahaan, mama percayakan sama kamu dan Dodi,
"Baik mam." sebenarnya Natan juga ingin menangis seperti mamanya tapi, mecoba tegar itu lebih baik,
Setelah bergantian melihat keadaan Alan semua pulang kecuali Raya dan Fano, Natan pulang dulu untuk membawa baju ganti mamanya,
Sehari, dua hari, satu minggupun berlalu tanpa ada tanda- tanda keadaan Alan membaik, sedangkan Yos sudah di perbolehkan pulang, setiap hari, Raya membersihkan tubuh Alan mengajak bercerita walaupun Raya sambil terisak, hanya detak jantungnya yang bisa Raya dengar itupun lemah, membuat Raya semakin terpuruk,
"Yank... bangunlah! tetaplah bersamaku! jangan pergi." Raya menggenggam tangan Alan beberapa kali menciumnya sambil berderai air mata...