Natan masuk ke Apartemen dengan senyuman yang mengembang bayangan wajah Ara ada di pelupuk matanya, Natan duduk di sofa tapi tiba- tiba kulit Natan terasa gatal dan memerah, nafasnya juga mulai sesak, Natan segera menghubungi Dav,
"Om tolong ke Apartemen Natan sekarang! aku sepertinya Alergi." kemudian Natan share lok Apartemennya, sebelum Natan hilang kesadarannya, tak lama Dav datang dengan langkah yang terburu- buru... melihat Natan tergeletak di lantai Dav segera memapahnya ke kamar Natan, Setelah sadar Natan di beri obat,
"Nih minum!" Natan mengangguk dan meminum obatnya,
"Kamu habis makan apa? sepertinya kamu alergi makanan."
"Aku abis makan pecel lele Om." Dav mengerutkan keningnya biasanya kebanyakan orang itu alergi udang atau kepiting ini kok ikan lele...
"Tidak makan makanan lain selain ikan lele?" Natan menggeleng,
"Berarti kamu harus menghindari... ini obat penawarnya yang paling bagus, dalam beberapa jam ruam merah kamu akan hilang."
"Makasih om..."
"Sama- sama, jaga kesehatanmu!" Natan mengangguk.
Setelah Dav pergi, Natan membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya, tapi sial matanya tak bisa di ajak kompromi, Natan mengambil handphone nya lalu menghubungi Adam,
"Apaaa... " Suara Adam teriak sampai kuping Natan sakit,
"Ngapain kamu teriak? aku enggak budeg."
"Aku lagi di Bar enggak denger, musiknya kenceng." Natan sampai terduduk karena kaget,
"Kamu masih 16 tahun kok bisa masuk Bar?" suara gelak tawa terdengar di ujung telepon.
"Aku pinjam tanda pengenal temen aku yang sudah 17 tahun." Natan memijat pelipisnya yang tiba- tiba sakit mendengar kata- kata Adam sahabatnya,
"Ati- ati kamu... jangan kebablasan...!" Natan memperingatkan dan mematikan sambungan teleponnya,
Natan mencoba memejamkan matanya, tak lama Natan terlelap juga sampai pagi,
Natan bangun dan membikin telur omlet untuknya di campur dengan sayuran, lalu menyeduh susu dan duduk dengan tenang menikmati sarapannya, setelah sarapan, Natan berganti baju, bukan memakai baju SMA tapi memakai kemeja dan jas, tak lupa memakai dasi, Natan sebelumnya sudah minta ijin untuk tidak masuk sekolah selama 1 hari dengan alasan ada kepentingan keluarga,
Natan turun dari Apartemennya dan melajukan kendaraannya ke kantor,
sapaan hangat beberapa kali tertuju pada Natan saat berpapasan dengan karyawan kantor, Natan hanya tersenyum, dan langsung masuk keruangan Raya, di dalam Raya dan Alan sedang menikmati sarapannya,
"Uhuk... uhuk..." Natan pura- pura batuk,
"Sayang... sini sarapan!" Ajak Raya, Natan mencium pipi Raya dan duduk di depannya,
"Natan udah sarapan..."
"Kamu sudah baikan?" Selidik Raya
"Baik mam, memang kenapa?" Natan balik tanya,
"Om Dav ngasih tau mama kamu sakit... keluarga kita alergi ikan lele... makanya mama tidak pernah ngasih kalian ikan lele..." Natan hanya diam,
"Ngomong- ngomong kamu makan sama siapa semalem?" Raya menatap tajam Natan, Natan yang sedang minum menyemburkan airnya kelantai,
"Anu mam... mmm ... sama temen ..." Raya dan Alan saling berpandangan dan tersenyum, baru kali ini anaknya segugup itu di tanya sama Raya,
"Anak kita sudah besar." Alan berbisik di telinga Raya, Raya mengangguk setuju,
"Aku berangkat dulu! nanti sore ku jemput."
Raya mengangguk, Alan mengecup kening Raya dan keluar dari ruangan Raya,
"Sudah siap? ayo keruangan Rapat!" Natan hanya mengangguk dan mengikuti Raya,
Raya memimpin rapat, saat memimpin rapat kharisma Raya tak dapat di sangkal semua kagum dengan kecantikan dan kecerdasannya, setelah selesai berbicara Raya meminta satu per satu dari pimpinan anak cabang melaporkan hasil kerjanya selama satu tahun, setelah selesai rapat di tutup, Mereka saling bersalaman dan bertegur sapa tak terkecuali Natan, Natan menjadi pusat perhatian setelah Raya,
"Saya kagum dengan Anak ibu, masih muda kecerdasannya tak jauh dari ibu..." Raya tersenyum mendengar pujian untuk anaknya,
tak sedikit sekretaris yang di bawa sama kepala anak cabang Herlambang sentosa mencuri pandang ke Arah Natan, setelah dirasa cukup Natan keluar dari ruang rapat karena risih melihat mata nakal yang tertuju padanya,
Natan membuang nafas kasar dan duduk di sofa, melihat anaknya cemberut Raya malah tertawa...
"Mam... kenapa tertawa...?" Natan makin cemberut.
"Abis kamu lucu..." Raya tertawa lagi
"Aku masih di bawah umur mam kenapa tante- tante itu pada ngeliatin aku mulu."
"Salah siapa kamu tampan?" Raya tertawa lagi
"Salah mama sama papa karena tampan dan cantik." Natan bangkit dan keluar dari ruangan Raya menuju keruangannya,
Raya tertawa lagi melihat tingkah anaknya...
Hari sudah sore Natan bergegas keluar dari ruangannya dan berpapasan dengan Alan,
"Pah aku ke Apartemen lagi ya, minggu baru pulang." Alan mengangguk.
"Baiklah, tapi hati- hati." Natan mengangguk dan berjalan keparkiran, karena tak sempat makan siang Natan membelokan kendaraannya ke restoran, setelah memesan makanan Natan mengeluarkan laptop dan mulai menyibukan diri,
"Ara tolong bawakan makanan ke meja nomor 22!" Ara yang baru berganti pakaian mengangguk dan membawakan makanan ke meja tersebut,
"Silahkan mas, hidangannya sudah siap." Natan yang menunduk mendengar suara yang tidak asing di telinganya mengangkat kepalanya,
"Natan...." Ara melongo melihat pakaian Natan begitu sempurna buat seorang laki- laki idaman masa kini, Natan tersenyum, membuat Ara serasa mau pingsan,
"Heyy kenapa bengong? kamu kerja di sini ya?" Ara dengan cepat menetralkan pikirannya yang kongslet, Natan hanya teman dan tak peduli seberapa kerennya dia hanya kagum aja yang terlintas di pikirannya,
"Mmm iya aku kerja di sini...."
"Kamu sudah makan?" Ara menggelengkan kepalanya,
"Kamu duduk! temenin aku makan..." tanpa menunggu jawaban Ara, Natan memanggil salah satu pelayan selain Ara dan memesan makanan untuk Ara,
"Tapi Nat... aku nanti kena marah, ini masih jam kerja aku." muka Ara cemas, Natan tersenyum lagi,
"Tidak apa - apa nanti kalau ada yang marah biar ku hadapi." Natan dengan santai menyantap makanannya dan sesekali mengalihkan pandangannya dan menatap Ara, Ara hanya menunduk hatinya dag dig dug... bukan karena tatapan Natan, melainkan takut di pecat sama atasannya,
tanpa Ara ketahui Natan mengirim pesan kepada manager Restauran,
"Yo saya pinjam dulu Ara..." Balasan pesan tak lama muncul.
"Siap boss."
"Jangan beri tau siapa saya."
"Siap bos." Natan tersenyum melihat layar handphone nya, setelah itu menatap Ara,
"Dimakan!" suara Natan membuyarkan lamunannya, Ara mengangguk dan menyuap nasi kemulutnya,
"Kamu dari mana?" tanya Ara penasaran, melihat Natan begitu rapih,
"Abis kondangan sama ortu aku." Jawaban Natan asal tapi masuk akal. Ara terdiam setelah mendapat jawaban dari Natan.
selesai makan, Natan menutup laptopnya dan membereskannya,
"Thanks ya udah temenin aku makan... lain kali aku mampir lagi, di sini makanannya enak." tentu saja enak pikir Natan merasa geli sendiri...
"Aku yang makasih sudah traktir aku makan..." Natan tersenyum dan mengangguk,
"Sampai jumpa besok di sekolah." Ara mengangguk dan berlalu meninggalkan Natan,
setelah membayar makanannya Natan bergegas pulang ke Apartemennya dengan hati yang bahagia,
sedang di Restauran hati Ara tidak tenang takut kena semprot manager killer nya, Ara mendengar langkah sepatu mendekatinya,
"Aduh mampus aku, dari bau- baunya ini pak Ryo." gumam Ara, dan benar saja suara keras Ryo manager Ara, menggelegar di kuping Ara seperti petir, Ara hampir melompat di buatnya,
"Araaaa..." Ara berbalik dan menunduk, Ryo memberikan amplop coklat kepada Ara, Ara gemetar menerima amplop coklat dari Ryo,
"Ampun pak saya jangan di pecat... tadi customer yang meminta saya menemaninya dan maksa." air mata Ara hampir mau jatuh kepipinya, Ryo yang melihat ekspresi Ara dan merasa lucu,
"Siapa bilang saya akan memecatmu? itu bonus karena kamu mau menemani Natan, dia anak sahabat pemilik restauran ini, kalau dia mengeluh berarti saya juga akan kena semprot atasan saya." Ara menatap Ryo hampir tak percaya mendengar dia mendapat bonus, lalu membuka amplop yang ada di tangannya ada 5 lembar uang gambar soekarno, Ara tersenyum dan air matanya jatuh disaat bersamaan,
"Makasih banyak pak." Ryo mengangguk dan cepat pergi dari hadapan Ara karena sudah tak tahan ingin tertawa.