Tải xuống ứng dụng
98% KEMBALI PADAMU / Chapter 147: Reynand pratama

Chương 147: Reynand pratama

Sementara Ara mengunci pintu kamar dari dalam dan mogok makan, walaupun mami sama Salsa merayunya dengan berbagai macam makanan, tetap tidak mempan.

Nada pesan masuk dan Ara segera mengambil handphone nya, terlihat Natan sedang berdua di sebuah rumah makan yang romantis dan sepi... keduanya berdampingan seperti sedang berciuman dan foto kedua Natan terlihat memegang tangan wanita itu. Ara melihat tulisan di bawah foto yang di kirim, dengan tulisan "Yang di rumah adalah sampah..."

seketika darah Ara mendidih dan menghubungi Neni, tapi tidak tersambung, sementara Robi berada di tempat lain. Dengan geram Ara keluar dari kamarnya membawa tas dan tanpa sepengetahuan Salsa dan Mami Andien Ara berangkat menuju kantor Natan.

Sesampai di kantor Natan, di lobi Ara bertemu dengan Yuna lagi, senyumnya Yuna mengembang di saat dia kesal karena pria incarannya sedang berciuman dengan wanita lain dan tidak sengaja melihat Ara, sungguh kebetulan yang bagus,

"Heyyy wanita sok cantik... sendirian aja? apa priamu sudah sadar dan meninggalkanmu?" Ara yang memang sudah emosi menjadi semakin emosi.

"Kamu yang sok cantik dan penggoda pria, namun sayang prianya tidak tergoda olehmu. Tapi malah ilfil melihatmu." Jawab Ara tak kalah pedas.

"Dari dulu, kamu menyebalkan kamu merebut si tampanku." Yuna semakin emosi.

"Aku tidak merebut. Tapi, pria itu sangat mencintai aku, dan sangat menginginkanku, karena apa? aku lebih menarik," Ara tersenyum menatap wajah Yuna yang merah padam.

Walaupun Ara tau orang yang dimaksud Ara sekarang sedang membuatnya marah. Yuna terlihat geram lalu spontan mendorong Ara hingga terjatuh, Karyawan Natan mercoba menangkap tubuh Ara namun terlambat,

Perut Ara tiba- tiba sakit seperti di peras, Ara mencoba bangkit namun gagal, beberapa orang karyawan membantu Ara berdiri dan seketika semua berteriak melihat darah mengalir dipaha Ara,

Ara segera di bawa masuk kedalam mobil untuk di bawa ke rumah sakit, sementara Yuna di tahan security kantor Natan.

Ara mengerang kesakitan membuat yang mengantar Ara kebingungan, beberapa kali mereka menghubungi Natan namun tidak diangkat,

"Jangan hubungi dia lagi..." suara Ara pelan dan menutup matanya,

"Bu bangun bu... bagaimana ini?"

"Coba cek di tasnya bu Ara!" perintah salah satu karyawan Natan, yang di perintah segera memeriksa tas Ara dan hanya ada dompet, keduanya saling menatap dan seperti mau menangis, munculah ide

"Pak Robi... hanya di yang belum kita hubungi."

sambungan telpon terhubung, membuat mereka sedikit ada harapan,

"Ya," suara dari sebrang seperti sedang berada di keramaian.

"Pak, tolong, bu Ara pendarahan sedang menuju rumah sakit, tolong hubungi keluarganya," Robi sejenak terdiam karena kaget,

"Pak... pak robi..." suara karyawan Natan panik, dan Robi lebih panik.

"Iya saya hubungi keluarganya," Robi segera memutus sambungan telponnya lalu menghubungi Natan berkali- kali dan gagal, akhirnya menghubungi Raya memberi kabar sesuai yang dia dengar,

Keluarga Natan dan keluarga Ara segera menuju rumah sakit dan shock mendengar keadaan Ara yang tidak baik, Ara yang bangun dari pingsannya mengerang kesakitan,

***

Natan menunggu kliennya datang dan tidak sengaja bertemu teman kuliahnya,

"Hai Nat apa kabar?" Natan menatap sekilas dan menjawab, "Baik."

"Boleh aku duduk di sini, aku kebetulan sedang menunggu teman dan lama bangat," Belum juga Natan menjawab, Ve sudah duduk di samping Natan, pelayan datang menaruh coklat panas di meja, membuat Natan tau ini di sengaja.

ketika Ve hendak meminumnya, coklat tumpah sedikit dan mengenai celana Natan, Ve segera mengambil tisu menunduk hendak membersihkannya, namun di cegah Natan dengan memegang tangannya dan mengambil tisu itu, kemudian membersihkannya sendiri.

"Maaf Ve, sepertinya klienku segera tiba, aku yang pindah tempat atau kamu yang pindah?" tanya Natan berubah datar karena kesal dan sudah mulai tidak nyaman, Ve dan Natan tidak terlalu akrab, bagaimana bisa barusan pura- pura akrab.

Natan tersenyum lebar saat kliennya datang dan langsung berpindah tempat mengabaikan Ve, walaupun kesal. Ve tersenyum licik lalu pergi dari tempat itu.

Meeting selesai dan Natan segera masuk ke mobil untuk segera pulang, sebelum pulang Natan mengambil handphonenya untuk menghubungi Ara, mau menanyakan mau "makanan apa," ketika layar handphone terbuka banyak sekali telpon masuk, dari Robi, mami Andien dan Raya juga ada beberapa nomor tidak di kenal masuk,

Yang Natan pilih adalah Raya yang pertama, telpon tersambung dan ketika terangkat terdengar teriakan Raya.

"Cepat ke rumah sakit Medina! Ara pendarahan dan kesakitan!" teriak Raya yang kesal karena menghubungi Natan tidak di angkat.

Seketika tangan Natan gemetar, setelah menarik nafas dan menenangkan dirinya, Natan segera bergegas kerumah sakit, Natan setengah berlari, mencari ruang UGD dan mendapati semuanya yang terlihat murung, Natan menanyakan Ara dan mereka menunjuk Ara kearah pintu masuk,

"Mami ada di dalam," kata Anggara.

Natan segera masuk dan mendapati Ara yang meringis kesakitan, Natan semakin gemetar seketika melihat darah banyak yang keluar dan segera memeluk Ara. namun, Ara malah mendorongnya.

"Aku tidak mau, tanganmu habis menyentuh wanita lain, pergilah!" teriak Ara.

Natan panik dan semakin memeluk Ara.

"Kamu tau yank, aku hanya mencintaimu..." Natan membelai rambut Ara untuk menenangkannya, Ara meremas seprei, matanya berkaca,

"Argh...Sakit..." Natan semakin gemetar melihat Ara kesakitan,

"Tahan yah sayank... demi aku... demi anak kita!" kata Natan, tubuh Ara melemas lalu pingsan.

Ara berakhir di meja operasi, semuanya Nampak tegang, apalagi Natan,

Ketika lampu ruang operasi mati, Dokter keluar dengan membawa baby tampan yang telah di balut selimut,

"Selamat pak Natan baby kalian laki- laki dan sehat," Seketika Air mata Natan jatuh melihat darah dagingnya telah lahir dengan sempurna.

"Terimakasih Tuhan...," Natan menatap Dokter lagi, "ibunya bagaimana?" suaranya pelan terlihat sedikit ketakutan.

"Belum siuman, pendarahan hebat membuatnya sangat lemah, sebentar lagi segera di bawa ke ruang perawatan," Jawab Dokter. Dokter menjelaskan kondisi pasiennya.

Semua keluarga nampak bahagia.

Natan menatap mami Andien,

"Mam, mami tau bagaimana bisa Ara ada di kantor?" Mami Andien tidak menjawab satu patah katapun, ia memberikan Handphone Ara dan Natan langsung mengeceknya, Natan sungguh terkejut melihat foto dirinya dan Ve yang memang terlihat sangat mesra. seketika tangan Natan mengepal.

Natan segera menghubungi Robi untuk meminta rekaman CCTV dan menangani Yuna.

Natan masuk menemani Ara yang masih belum siuman, wajahnya sangat pucat karena mengeluarkan banyak darah,

"Ya Tuhan sayank, bagaimana bisa kamu termakan orang yang mengirim gambar itu?" gumam Natan frustasi.

Natan mengusap lembut wajah Ara, wajah orang yang sangat Natan cintai dan yang pasti orang yang sudah berjuang menahan sakit demi buah hati mereka.

perlahan mata Ara terbuka dan menatap Natan, Natan menghujani Ara dengan ciuman,

"Terimakasih sayang, telah berjuang untuk anak kita," Ara hanya mengedipkan kedua matanya tanpa berbicara, tubuhnya lemas semua sangat lemas, seakan tidak bertulang.

"Ada yang sakit?" tanya Natan.

Ara masih terdiam hanya menatap Natan dengan tatapan sedih dan airmatanya jatuh di pipinya, Natan mengerti dan segera memutarkan rekaman CCTV, memang percaya saja sulit tanpa pembuktian.

"Aku sangat mencintaimu, aku tidak mungkin berpaling darimu, jangan pernah berfikir aku pergi meninggalkanmu, bagiku kamu wanita sempurna," Senyum Ara mengembang setelah melihat kebenarannya,

Semua keluarga mengucapkan selamat kepada Ara dan memuji ketampanan baby mereka.

"Selamat ya sayang, Baby kamu sangat tampan," kata Raya sambil mencium kening Ara, di susul Andien dan yang lainnya.

Ara menggigit bibir bawahnya dan memejamkan matanya, biusnya perlahan hilang dan nikmatnya luar biasa yang di rasakan Ara hingga meremas kuat tempat tidurnya, Natan yang melihatnya semakin cemas dan segera memanggil Dokter,

Dokter datang lalu memasukan Obat pereda nyeri melalui cairan infus.

Natan menggenggam tangan Ara untuk menguatkan,

"Makan ya yank?" tanpa menunggu jawaban dari Ara, Natan segera mengambil makanan dan menyuapkan ke mulut Ara, selesai makan, seorang suster mendorong tempat tidur bayi,

"Ibu, waktunya memberikan Asi pertama," Ara tersenyum dan menggendongnya, lalu memberikan Asi untuknya,

"Yank, hisapannya kuat sekali..." Untuk yang pertama Ara merasa aneh tapi bahagia,

"Beda hisapannya sama aku ya yank?" Tanpa malu- malu Natan bertanya kepada Ara, seketika pipi Ara merona, yang ada di ruangan itu sontak tertawa termasuk seorang suster yang usianya seumuran dengan Ara.

"Mau di kasih nama siapa Nat, cucu mami?" Andien bertanya kepada Natan dan juga mengalihkan topik pembicaraan yang aneh.

"Reynand pratama mam, aku berharap dia seperti namanya, bijaksana, besar, berani dan kuat," Jawab Natan dengan mata berbinar, memandang gemas putranya.

"Nama yang bagus, mami suka," Andien terlihat bahagia,

"Aku sudah punya cicit, dan dia tampan sepertiku," Herlambang menatap baby Rey dengan kagum.

"Iya kakek, dia tampan seperti kakek," Jawab Natan melirik Herlambang lalu tertawa.

"Tentu saja," Herlambang dengan percaya dirinya.

"Tentu saja lebih mirip denganku kek, orang aku yang buat, tampannya juga tidak jauh sama aku," Jawab Natan mematahkan percaya dirinya Herlambang, dan membuat Herlambang cemberut. Lagi- lagi membuat suasana ruangan hangat dengan suara tawa.

Kebahagiaan tampak nyata di keluarga ini, tanpa ada yang di buat- buat, buah cinta Natan dan Ara terlahir dengan selamat, walaupun mengalami berbagai macam cobaan. Tapi, pada akhirnya mereka bersatu dan bahagia, itulah kekuatan cinta.

**********

Selamat membaca, semoga suka ...

maaf sampai bab ini nama- nama tokoh pembantunya begitu banyak dan silih berganti, saya juga sampai bingung sendiri

maklum masih amatiran, jadi nama- namanya dan ide ceritanya spontan

jangan lupa PS, bintang dan ulasannya.

yang sudah ngasih terimakasih banyak- banyak

chapter comments nya juga di tunggu! kasih masukan boleh yah.

Oh iyah, kalau yang tidak suka tulisan yang berbau- bau 17+ atau 21+ bisa di lewat.


next chapter
Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C147
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập