Tải xuống ứng dụng
26.66% KEMBALI PADAMU / Chapter 40: Panik

Chương 40: Panik

Raya membuka matanya karena ada suara ribut di dapur, tetapi melihat di sebelahnya Alan masih tertidur pulas, sambil mengucek matanya Raya keluar kamar dan terlihat wanita paruh baya sedang sibuk memasak di dapur, saat menyadari ada Raya sedang memperhatikannya, wanita itu tersenyum hormat,

"Ibu sedang apa di sini?" Tanya Raya,

"Saya mulai hari ini bekerja di sini, termasuk menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam." Jawabnya lengkap, Raya menarik nafas panjang, Alan benar- benar membuatnya tidak bisa apa- apa.

"Ya sudah silahkan lanjutkan, panggil saya Raya..."

"Baik, saya bu mimin." Raya mengangguk dan kembali lagi kedalam kamar, lalu masuk kekamar mandi untuk mandi, Raya lupa kalo tangannya melepuh dia terlalu menekan spons mandinya dan lukanya terkelupas membuat Raya menahan perih, cepet - cepat Raya menyudahi mandinya dan mengelap lukanya, air matanya keluar dan mencoba meniup- niupnya untuk mengurangi rasa perih, Alan yang baru membuka matanya terbelalak melihat Raya menangis, Alan langsung bangun dan mengecek apa yang terjadi.

"Kenapa sayank...?" raut wajahnya terlihat khawatir,

"Aku lupa tanganku luka, tadi menekan spons mandi terlalu keras, kulitnya terkelupas." Alan Panik, dia langsung cuci muka dan menarik Raya keluar dari Apartemen...

"Mau kemana?" Raya terlihat bingung dengan tingkah Alan.

"Kedokter." Raya bengong, melihat Alan begitu panik, Raya merasa bersalah.

"Aku bukan mau melahirkan, kamu terlalu berlebihan." Raya akhirnya tertawa ...

"kemaren dokter udah ngasih salep."

"Masalahnya ini terkelupas dan lukanya masih basah." Alan akan selalu kalau tidak mendengar langsung dari Dokter.

Raya diam mengalah.

Sampai ke tempat praktek Dokter, Raya masuk dan di periksa. Dokter memberikan salep yang sama, dan Raya tertawa lagi, Alan protes

"Dok ini kasusnya beda, tangan istri saya sekarang kulitnya terkelupas kok di kasih obat yang sama?"

"Yang saya kasih itu obat kulit terbaik, dengan di oleskan secara rutin lukanya akan segera sembuh dan kulitnya akan pulih kembali." Setelah menerima penjelasan Dokter, Alan dan Raya kembali ke Apartemen,

"Kamu terlalu panik." suara Raya pelan,

"Bagaimana aku tidak panik karena aku, tanganmu terluka seperti ini." Alan menatap Raya dengan tatapan sedih,

"Setelah ini biar aku yang memandikanmu biar lukamu cepet baik." Alan mengusap lembut Rambut Raya,

"..." mata Raya melotot mendengar kata- kata Alan, Raya menggeleng.

"Tidak ada protes." Alan masuk kekamar mandi untuk mandi, karna tadi cuma cuci muka aja.

Bu Mimin yang mendengar perbincangan mereka tersenyum menatap Raya.

"Na Alan sangat mencintaimu..." kata Bu Mimin,

"Iya Bu, gara- gara Raya nyenggol penggorengan semalam, jadinya sekarang tidak boleh masak lagi." Raya mengeluh, trus mengambil air putih dan meneguknya, Raya menunggu Alan yang belum muncul juga di meja makan akhirnya Raya masuk kekamar, terlihat Alan sedang mengancingkan kemejannya,

"Ku bantu." Raya dengan cepat mengancingkannya membantunya juga mengenakan dasi, Jas sama tas Alan Raya bawa dan meletakannya di sofa terlebih dahulu,

"Ayo makan!" Alan mengangguk,

"Makasih sayank..." Alan mencium pipi Raya, Raya mengisyaratkan jangan terlalu berlebihan karna ada orang lain selain mereka, tapi tanpa ampun Alan mengecup bibir Raya lalu menariknya kepelukan Alan, muka Raya memerah menahan malu, untuk menghentikannya Raya menyubit pinggang Alan,

"Aww sakit sayank..." Alan meringis kesakitan,

"Kamu tahan kalo ada orang lain..." Suara Raya pelan sekali,

"Aku tidak bisa menahannya." Alan tersenyum jahat, Raya menutup mukanya,

"Cepet makan nanti terlambat!" Raya menaruh nasi dan lauknya di piring Alan, Alan langsung melahapnya, setelah makan Raya mengantar sampai parkiran,

"Sayank jangan lupa?" Raya mengerutkan keningnya.

"Apa?"

"Nanti sore aku yang mandiin kamu!"

mata Raya melotot, tapi Alan tersenyum dan cepat -cepat mengemudikan mobilnya hingga hilang dari pandangan Raya, Raya balik kedalam dan bingung mau melakukan apa karna semuanya telah rapi,

"Na Raya, Ibu pamit dulu nanti kembali lagi."

"Siang tidak usah bu... sore saja masak buat makan malam."

"Baik Na Raya. Kalau begitu, ibu pamit sekarang." Raya mengangguk.

Setelah Bu Mimin pergi, Raya tinggal sendirian, andai lukanya tidak mengelupas mungkin Raya bisa main keluar...

Yang bisa Raya lakukan hanya memainkan remot tv, mengganti - ganti chanel dan handphonenya.

akhirnya Raya mengirim pesan untuk Alan,

"Sayank... bosan." Alan membuka pesan Raya dan membalasnya,

"Sabar yah sayank, nunggu lukanya sembuh dulu!"

"mmm" Raya tidak berdaya,

"Setelah pekerjaan di sini selesai, aku akan segera pulang."

"Oke sayak, di tunggu."

Raya menaruh handphonenya di meja dan memutar musik, Raya memejamkan matanya dan merebahkan tubuhnya di sofa,

Jam makan siang Alan pulang dan mendapati Raya berdiri di balkon,

"Udah makan yank?" Raya menggeleng,

"Makan yuh... aku bawa nasi padang." Alan menunjukan 2 kotak makanan.

"Dirumah makanan masih banyak, kenapa mesti beli lagi?"

"Takut kamu bosan," jawab Alan, Alan menarik Raya ke meja makan, Raya mengambil piring dan menaruh makanannya di piring, Alan membuka jas dan mulai makan.

Setelah selesai, mereka bersantai minum teh di sofa sambil bercanda,

"Lan, kenapa mesti ada bu Mimin? aku juga bisa masak, terus Apartemen ini tidak terlalu sulit untuk di bersihkan."

"Itu udah keputusanku." jawab Alan singkat,

"Terus aku ngapain?"

"Mengurusku." Raya menatap Alan, bukannya kebalik dia yang mengurusnya dalam hati Raya, bahkan Raya di buat seperti baby kecil yang tidak berdaya.

Sore hari saat Bu Mimin datang masak untuk makan malam Alan dan Raya, di kamar terjadi keributan,

"Aku mandi sendiri yank..." Teriak Raya begitu keras bahkan Bu Mimin yang berada di dapur mendengarnya dengan jelas.

"Enggak boleh, aku yang mandiin aja!" suara Alan tidak kalah nyaringnya.

"Aku malu... " rengek Raya,

"Kamu istriku kenapa malu?"

"Yank... jangan... aduh jangan gosok itunya... Akh..." teriak Raya lagi.

"Kamu diem yank, nih lihat aku ikut basah..." Alan juga tak kalah nyaring suaranya,

Bu Mimin yang mendengarnya tidak bisa menahan tawanya dan tertawa terbahak- bahak di dapur.

setelah 1 jam lebih mereka di kamar mandi, Raya dan Alan keluar dari kamar mandi dan memakai baju, Alan dengan hati- hati mengoleskan salep di tangan Raya, terus mereka keluar dari kamar, melihat Alan dan Raya keluar kamar, Bu Mimin tersenyum,

"Masak apa Bu?" Raya mendekati Bu Mimin,

"Masak cumi saos tiram Na Raya." Raya mengangguk, lalu menoleh kearah Alan,

"Yank mau teh atau coklat panas?"

"Coklat aja yank." Raya langsung membuatkannya,

"Awas tanganmu kena air panas!" Alan mengingatkan, Raya menarik nafas panjang,

"Iya, aku hati- hati." Raya membawakan Coklatnya di hadapan Alan, Alan mengecup kening Raya,

"Makasih sayank." Raya mengangguk, Alan sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya,

"Kalau pekerjaanmu banyak, kenapa pulang cepat tadi?" Raya menatap Alan,

"Ini bisa dikerjakan di rumah sambil menemanimu, cepet sembuh yah! jadi kamu yang nemenin aku di kantor."

"Oya papa nawarin aku untuk mengambil alih perusahaan..." Raya menatap muka Alan yang serius melihat dokumen di tangannya langsung menghentikan pekerjaannya,

"Apa kamu menyetujuinya?" Raya menggeleng,

"Papamu sudah mengacaukan suasana pengantin baru kita bahkan sampai sekarang kita belum pergi bulan madu, apa dia senang membuatmu sibuk lagi dan tidak memperhatikan aku..." protes Alan, Raya memeluk Alan, dan mengerti perasaan Alan makanya Raya belum menyetujui kemauan papanya,

"Mungkin papa lelah... " Alan menarik nafas panjang,

"Untuk sekarang aku tidak akan menyetujuinya." Raya mengangguk tak berdaya,

Alan merapikan pekerjaannya dan mulai minum coklatnya, tangan sebelahnya berada di pinggang Raya, Alan merapatkan tubuhnya dan menekan bibir Raya lama - lama tubuh Alan menimpa tubuh Raya, menurunkan ciumannya keleher Raya dan mulai membuka baju Raya, Raya memejamkan matanya dan menikmati sentuhan Alan, untung saja Bu Mimin sudah pulang jadi, mereka tidak terganggu dengan aktivitas ini. Raya mengalungkan tangannya di leher Alan dan mengimbangi setiap gerakan Alan hingga keduanya sampai puncak kenikmatan,

"Makasih sayank" ucap Alan sambil terengah- engah,

"mmm..."suara Raya pelan, Raya masih memejamkan matanya dan memeluk Alan,


next chapter
Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C40
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập