Matahari pagi bersinar dari ufuk timur...
burung- burung bertengger di atas ranting pohon berkicau menyanyikan lagu alam menambah indahnya pagi...
Raya keluar kamar berjalan menuju kedapur, mama Raya sudah berada di dapur,
"Bikin sarapan apa mam?"
"Sup sama tempe goreng, tolong potongin sayurnya!"
"Ok, mam." Raya mengambil sayuran di kulkas dan memotongnya.
30 menit kemudian sarapan siap di meja,
Natan sudah bangun sedang bercanda sama Alan bahkan Alan yang memandikan Natan karena Natan tidak mau mandi sama siapapun kecuali Alan, sementara Yuda dan Andri di halaman belakang, Raya memanggil mereka untuk sarapan.
setelah sarapan mereka pulang, Yuda yang terakhir pulang,
"Nanti sore kita jalan." bisik Yuda di telinga Raya, Raya mengangguk menatap mereka di depan rumah.
***
Sorenya Yuda menjemput Raya sambil membawa tas belanjaan di tangannya
"Om... sapa Natan." Yuda berjongkok dan menyerahkan tas yang di bawa Yuda, dengan ceria Natan menerimanya.
"Makasih Om... Om baik."
"Sama- sama." Natan masuk kedalam membawa tas belanjaan setengah di seret karena saking banyaknya,
"Yud, jangan sering- sering membelikan Natan mainan." protes Raya, Yuda berdiri menatap Raya,
"Ini masih wajar Ray, aku tidak berlebihan."
"Tapi..."
"Aku pacar kamu sekarang, apa mesti aku sekarang nikahin kamu biar Natan sepenuhnya jadi tanggung jawabku?" Raya menggeleng dan tertunduk.
"Ma'af ." Kata yuda, Raya tersenyum.
Setelah pamit sama mamanya Raya, Yuda dan Raya masuk mobil, tadinya Natan mau di bawa, tapi Natan menolak ikut dia terlalu asyik dengan mainan barunya.
Sesekali yuda memegang tangan Raya dan menciumnya saat mengemudikan mobilnya, membuat pipi Raya merona.
Yuda membawa Raya ke Taman bunga dan masuk ke Cafe yang terletak di sudut Taman bunga, Raya di bawa kelantai atas ketika mereka duduk sejauh mata memandang hanyalah keindahan, bunga berwarna- warni di bentuk suatu benda atau bahkan hewan membuat Raya tersenyum ceria...
"Indah..." Yuda tersenyum sambil meletakan sesuatu di tangan Raya,
"kamu akan lebih indah kalo pakai ini!" Raya langsung melihat benda yang ada ditangannya, sebuah cincin dengan berlian pada pusatnya bentuk hati...
Yuda memakaikan cincin itu di jari Raya, sementara Raya tersenyum sedikit berkaca- kaca.
"Jangan terlalu baik sama aku, yud." Itu yang keluar dari mulut Raya, Yuda tidak memperdulikan kata - kata Raya yang dia lakukan hanya meremas lembut tangan Raya.
Pandangan matanya tertuju ke hamparan bunga setelah itu berakhir pada sebuah buku menu yang di berikan pelayan Cafe, keduanya memilih menu dan terdiam dalam pikirannya masing- masing, setelah menunggu beberapa saat, pelayan datang membawa pesanan mereka.
mereka makan dengan saling menatap tapi tanpa suara.
***
Pagi ini jalanan macet maklum hari senin, Raya dengan sebal terpaksa memperlambat jalan motornya,
"Ya Tuhan ini motor jalan persis keong aja, kapan aku nyampenya?." gumam Raya kesal,
sampai kantor mukanya udah kusut, moodnya ilang,
Melihat di meja udah ada setumpuk dokumen muka Raya makin kusut,
"Banyak amat ni kerjaan." Raya menggumam, Raya dengan kesal meneguk kopi yang ada di mejanya dengan sekali tegukan,
"Kamu aus apa ngamuk Ray?" Siska bingung melihat Raya minum kopi kaya minum air mineral aja.
"Si bos ngasih aku kerjaan sebanyak ini." bibir Raya manyun, tiba- tiba suara langkah kaki berhenti tepat di meja Raya, tatapan matanya tajam seperti ingin menguliti Raya, membuat Raya terdiam membeku,
"Ray, tolong cek jam berapa aja saya meeting ya!." Alan memerintah Raya, setelah itu melangkahkan kakinya lagi melewati meja Raya dan berlalu masuk keruangannya, Raya mengangguk, setelah mengecek Raya mengetuk pintu ruangan Alan.
"Masuk. " perintah Alan, Raya mendorong pintu dan berjalan menghampiri Alan,
"Pak meetingnya..." Raya menatap Alan dengan heran, karna Alan menatap tajam Raya, Raya jadi salah tingkah.
"Jam berapa?" suaranya datar.
"Mmm... jam 10 ada meeting dengan perusahaan A, jam 13.00 sama perusahaan D pak, terus
jam 15.00 sama Intan Persada...".
"Ok, kamu nanti ikut!"
Raya tidak bersuara cuma mengangguk dan keluar dari ruangan Alan.
di jam yang tadi Raya sebutkan meeting berjalan lancar dan akhirnya Raya terbebas dari sikap dingin Alan bosnya.
Raya memakai jaket mengendarai motor menuju cafe, 2 jam Raya istirahat di mess karyawan, jam 6 lewat Raya mengenakan dress Atasnya brukat merah dan bagian roknya hitam di padukan pita di sekitaran pinggang membuat Raya cantik sempurna. Raya berjalan masuk cafe dan menuju panggung, semua orang memandang kagum padanya termasuk Yohan mantannya, melihat Raya yang sekarang jantungnya berdetak kencang membuat pasangannya merasa iri dan cemberut karna mata Yohan tidak hentinya menatap Raya.
"Selamat malam semuanya... malam ini aku akan nemenin kalian dan menyanyikan beberapa lagu untuk kalian, terimakasih sudah menyempatkan datang ke cafe kami, semoga kalian puas dengan pelayanan kami,
lagu yang pertama aku bakal nyanyiin lagunya Mahen PURA PURA LUPA."
Raya mulai menyanyikannya....
Pernah aku jatuh hati
Padamu sepenuh hati
Hidup pun akan kuberi
Apapun kan ku lalui
Tapi tak pernah ku bermimpi
Kau tinggalkan aku pergi
Tanpa tahu rasa ini
Ingin rasa ku membenci
Tiba tiba kamu datang
Saat kau telah dengan dia
Semakin hancur hatiku
Jangan datang lagi cinta
Bagaimana aku bisa lupa
Padahal kau tahu keadaannya
Kau bukanlah untukku
Jangan lagi rindu cinta
Ku tak mau ada yang terluka
Bahagiakan dia aku tak apa
Biar aku yang pura pura lupa
Ohhh ohhhhh ohhhh
Tiba tiba kamu datang
Saat kau telah dengan dia
Semakin hancur hatiku
Jangan datang lagi cinta
Bagaimana aku bisa lupa
Padahal kau tahu keadaannya
Kau bukanlah untukku
Jangan lagi rindu cinta
Ku tak mau ada yang terluka
Bahagiakan dia…
Lagu Raya menghipnotis semua penonton termasuk Yohan, Raya sekilas menatap Yohan dan mengalihkan pandangannya ke pintu Cafe, Yuda masuk, masih memakai baju dinas jaket kulit menutupi bajunya, membawa bunga mawar putih di tangannya tersenyum kepada Raya, Raya membalas senyumnya, sedikit demi sedikit rasa sakit itu hilang karna melihat tatapan Yuda yang begitu teduh dan tanpa sadar Raya mengucapkan kata sempurna di lanjutkan dengan menyanyikan lagu...
"Sempurna"
Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
kau membuat diriku akan slalu memujimu
Disetiap langkahku
Kukan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu
Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna
Sempurna
Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku
dst....
Yuda mendekat menyerahkan mawar putihnya, mengecup kening Raya dan tangannya melingkar di pinggang ramping Raya, Raya tersipu malu, penonton bersorak terbawa suasana tapi ada juga beberapa cowok yang cemberut karena patah hati termasuk Yohan, Dian pacar Yohan yang dulu merebut Yohan dari Raya keliatan sekali tidak senang...
"Mana bisa pisah sama Yohan dia dapet cowok ganteng kayak gitu." gumamnya,
sementara di hati Yohan sedikit menyesal telah meninggalkan dan menduakannya, selingkuh dengan Dian.
"Terimakasih." kata Raya, menyudahi pertunjukannya, Raya di gandeng Yuda, menuju meja cafe dan menarik kursi untuk Raya, Raya duduk di kursi dan Yuda memesan makanan, tangan Yuda tidak lepas dari tangan Raya,
setelah makanan datang mereka makan, sesekali Raya menyuapi Yuda. Yuda tidak hentinya tersenyum bahagia.
Setelah makan mereka pulang, motor Raya di tinggal di cafe ...
"Ray, kerumahku dulu ya ganti baju, masa pake baju dinas gini." Raya mengangguk.
Sampai di rumah Yuda, Raya duduk di sofa ruang tamu dan Yuda kekamar, mandi dan ganti baju, ketika menuruni anak tangga Yuda melihat Raya ketiduran.
"Kamu terlalu capek Ray..." Yuda mengecup kening Raya, karna waktu menunjukan pukul 10 malam, Akhirnya Yuda menghubungi mama Raya.
"Malam Tante... ini Yuda tan, malam ini apa boleh Raya tidur di rumah saya, Raya kelelahan dan ketiduran disini?"
"Iya tidak apa - apa Yud, Tante percaya sama kamu, jaga baik- baik Raya." suara lembutnya memenangkan Yuda.
"Baik Tante...terimakasih."
"Sama- sama, Tante yang berterimakasih kerena kamu telah mengisi hati Raya." sambungan telepon terputus, Yuda merasa lega.
Dengan pelan, Raya di gendong di pindahkan kekamarnya.