Tải xuống ứng dụng
36.66% KEMBALI PADAMU / Chapter 55: Kehilangan

Chương 55: Kehilangan

Raya terbangun karena suara panggilan masuk di handphonenya, melihat nama Alan di layar handphonenya membuat mata Raya melebar,

"Nanti sore Aku balik yank." suara Alan bersemangat, Raya langsung kegirangan,

"Aku merindukanmu..." tak terasa Raya menitikan air matanya,

"Sama ...aku nanti penerbangan jam 2 siang."

"Oke yank, hati- hati di jalan!" wajah Raya berseri -seri.

"Iya ... jaga dirimu baik- baik dan baby kita!" Suara Alan menggambarkan kebahagiaan.

"Pasti yank, gerakan babynya makin aktif di perutku..." Raya mengelus perutnya dan tersenyum.

"Aku sudah tidak sabar untuk melihat dan merasakannya, pasti makin aktif gerakan babynya. Sudah dulu ya yank aku tutup dulu, ada meeting sebentar lagi."

"Oke sayank bye."

Muka Raya berubah segar dan tampak ceria, Raya menghampiri Bu Mimin di dapur, Bu Mimin melihat Raya dari atas sampai bawah, mana bisa semalem begitu pucat dan demam tinggi sekarang langsung ceria tanpa terlihat habis sakit,

"Nak Raya udah baikan?" Raya tersenyum,

"Ya bu sudah, Alan mau pulang, belanja ya Bu sore kita masak!" Bu Mimin mengangguk dan tersenyum setelah tau penyebabnya Raya secepat itu sembuhnya.

***

Raya gelisah dan selalu melihat jam di tangannya.

"Ini sudah jam 2 siang, berarti sekitar jam 5 atau jam 6, Alan akan sampai rumah, iseng Raya menyetel televisi memainkan Remotnya mengganti- ganti chanel dan setelah hampir 2 jam tidak terlalu fokus, pandangannya terbelalak melihat berita ada pesawat singapura - indonesia yang seharusnya 10 menit lagi Landing tiba- tiba kehilangan kontak, tangan Raya gemetar langsung di sambarnya Handphonenya,

"Papa .... tolong cari tau siapa penumpang pesawat hari ini pah! Alan pulang hari ini dan jam 2 dia take off." Suara Raya gemetar sambil terisak,

"Kamu tenang sayang! papa akan cari tau informasinya, ingat tenang! papa tidak mau kamu dan babymu kenapa- napa." Herlambang begitu mengkhawatirkan Raya.

"Baik pah." suara Raya pelan, tubuhnya lemas nyaris tidak bertenaga.

Setelah menerima kabar dari Raya, Herlambang bergerak cepat dan tak lupa mengabari Bu Mimin agar menjaga Raya,

Herlambang menuju kebandara dan di sana sudah didirikan posko darurat, Herlambang mulai mencari nama Alan di daftar penumpang pesawat dan dia terbelalak melihat nama Alan termasuk di dalamnya, rasanya campur aduk tidak karuan menyatu di hati Herlambang. Mengingat merindukan Alan aja, Raya sampai sakit kalau tau keadaan Alan apa jadinya, Herlambang langsung mengabari keluarga Alan untuk menunggu informasi Selanjutnya, sementara Herlambang segera menemui Raya,

"Pah....apa Alan...?" Raya menatap Herlambang, yang mukanya memang tak bersemangat,

"Pah??" Raya menguncang tangan Herlambang,

"Semoga itu cuma catatan dan Alan terlambat datang." Mata Raya langsung memerah dan mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar, wajah Raya memerah, air matanya mulai jatuh.

"Jadi Alanku...? Alan... tidak pah tidak.... tidak mungkin." Raya berteriak histeris, Herlambang mencoba menenangkannya tetapi, tidak bisa.

"Alan akan berada di sampingku malam ini, Alan telah berjanji banyak hal padaku, tidak mungkin....Alan akan menemuiku pah...." Raya berteriak sambil terisak.

Herlambang membeku, entah apa yang harus dia katakan menyembunyikannya toh nama penumpang dan kru pesawat selalu muncul di layar televisi, tiba- tiba Raya lemas dan terjatuh, untung Herlambang cepat menangkapnya, melihat ada bercak darah dikaki Raya, Herlambang panik dan segera membawanya ke Rumahsakit, segera Raya mendapat perawatan dan karena saat Raya siuman terlihat kacau akhirnya Dokter memberikan obat penenang,

"Apa yang terjadi? kandungannya rentan, jadi apa yang mengejutkannya sehingga seperti ini?" Sahabatnya Frans menatap Herlambang,

"Suaminya masuk ke daftar penumpang pesawat yang hilang kontak." Herlambang menunduk begitu sedih, frans menepuk pundak sahabatnya,

"Semoga Raya kuat..." Herlambang hanya mengangguk,

tak lama Orang tua Alan datang dan menitikan air matanya melihat keadaan Raya,

"Pa Herlambang, gimana keadaan Raya?"

"Anak kita terguncang jiwanya, hampir tadi keguguran kalau terlambat di bawa kesini." Herlambang menarik nafas panjang, Mama Alan memeluk Raya,

"Yang kuat sayang... ada kami disini..." perlahan Raya membuka matanya menatap mama Alan,

"Mam.... Alan mam..." dan Raya menangis sejadi- jadinya, mama Alan memeluknya, dan menenangkannya walau sebenarnya hatinya juga kacau.

"Tenangkan fikiranmu Nak, ingat Alan menitipkan apa padamu, jaga dia baik- baik!" Raya menghentikan tangisnya dan mengelus perutnya yang langsung bereaksi bergerak,

"Tapi kalau Alan..." Mama Alan mameluk Raya lagi,

"Mama, papa, papa Herlambang ada untukmu, kami akan selalu bersamamu melewati ini, mudah- mudahan ada keajaiban." Raya mengangguk, mama Raya mengelus perut Raya,

"Kuatkan mama ya nak!" perut Raya tiba- tiba mengeras bereaksi.

"Awww..." kata Raya, Mama Alan tersenyum dan menutup perut Raya dengan selimut,

pintu ruang rawat di ketuk,

terus seseorang mendorong pintunya, Raya sempat tak berkedip melihat muka orang itu sama seperti Alan bedanya dia lebih putih di banding Alan,

"Mana kakak iparku?" mama Alan bangun dari duduknya dan segera memeluknya.

"Aku datang mam... untukmu." Mama Alan mengangguk,

"Makasih sayang... ini kakak cantik kita." Mama Alan melirik kepada Raya, Raya memaksa dirinya tersenyum,

"Raya ini anak adek mama, tapi karena orang tua Fano meninggal waktu Fano kecil, makanya Fano menganggap mama, mamanya sendiri." Mama Alan mengusap pipi Fano.

"Fano kak." Senyum Fano mengembang, sama persis seperti Alan tersenyum.

"Raya..." Raya menundukan kepalanya karena semakin menatap Fano semakin sesak dadanya.

"Mam... Fano bakal jaga kak Raya dengan baik." Fano menatap Raya dan tersenyum kembali.

"Adik yang baik..." mama menepuk bahu Fano...

"Kak Raya udah makan?" Raya menggeleng,

"Kasian dede babynya, kakak lupa pesan kak Alan?" mata Raya berkaca, Dengan cepat Fano mengambil makanan dan menyuapi Raya, memakan 1 mangkuk kecil bubur butuh waktu 2 jam, dengan candaan Fano membuat semua bubur masuk keperut Raya, semua gembira melihat Fano berhasil menyuapi Raya, walaupun Raya berkeringat dingin menahan mualnya,

"Sekarang kakak istirahat!" Raya mengangguk,

"Oh iya mam, cari makan dulu yuk! biar papa Herlambang dan papa jaga kak Raya." mama Alan setuju dan keluar dari ruangan menuju kantin Rumah Sakit, setelah memesan makanan, Fano menatap mamanya,

"Ma 2 hari yang lalu kak Alan Whatsapp aku, aneh sih isinya tapi aku iyain aja, makanya aku pulang, sebelumnya juga telpon aku menceritakan kak Raya secara detail tentang kesukaannya dan kebiasaannya."

"Coba mama liat pesannya!" Fano memberikan handphonenya ke Mamanya, Mama Alan melihat satu per satu kiriman pesan dari Alan untuk Fano,

***

"Fan, bisa balik sebentar kerumah?"

"Ada apa kak?"

" kakak mau minta tolong..."

"Untuk?"

"Jaga Raya untuk kakak!"

"Okey aku pulang, kebetulan aku memang mau balik ke indo untuk beberapa waktu."

"Makasih..."

****

Air mata Mama Alan mengalir tak tertahankan, apakah sudah firasat bahwa dia tifak akan ada untuk Raya, mengingat wajah Alan dan Fano terlihat kembar, apakah Alan berusaha menjadikan Fano penggantinya? terasa sesak dadanya ...

"Mama jangan nangis! Fano tidak akan ingkar janji."

"Tapi hidupmu?" Fano tertawa,

"Yang Fano punya hanya kalian..." mama Alan memeluk Fano,

"Makasih Fano..." setelah makanan datang mereka menyantapnya, Fano begitu gembira menyantap makanannya dengan semangat,

"Fano udah lama tidak makan makanan sini."

"kamu jarang pulang..." sahut mamanya ketus,

"Iya mam aku tau, kan ada kak Alan... kalau aku di sini aku sering kena bully temen kak Alan, soalnya kulitku seperti cewek putih sedang kak Alan coklat macho,

"Gara- gara itu aku sering bejemur di pantai tapi, 2 hari aku tidak bejemur kulit aku balik lagi putih." Mama Alan ketawa sampai hampir tersendak,

"Pelan- pelan mam!" Fano terlihat khawatir sambil menyodorkan air minum,

"Iya mama ingat kejadian itu... kamu lucu." mamanya tertawa lagi...


next chapter
Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C55
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập