Tải xuống ứng dụng
28% KEMBALI PADAMU / Chapter 42: Cemburu

Chương 42: Cemburu

"Lan bangun! udah jam 7." Raya mengguncangkan badan Alan, Alan membuka matanya, melihat jam yang menggantung di dinding, segera Alan lompat dari tempat tidur,

"Aku kesiangan yank..." Alan lari kekamar mandi, 5 menit kemudian sudah keluar lagi dengan bugil, karena Alan lupa bawa handuk, Raya tertunduk pipinya merona, tetapi dengan cepat mengelap seluruh badan dan rambut Alan, memakaikan baju dengan cepat seperti memakaikan baju anak kecil,

"Makasih sayank...." Raya mengangguk lalu mengecup bibir Alan, terlihat raut bahagia terpancar dari wajah Alan.

"Sama- sama.... ayo sarapan!" Raya menarik Alan ke ruang makan.

"Tidak sempat yank, 1 jam lagi aku ada meeting."

"Ya sudah yang penting nanti jangan lupa makan, ini minum susu dulu! roti bakarnya aku taruh di kotak makan, kalo sempat dimakan ya!" Alan mengangguk.

Raya mengantar sampai parkiran. Setelah mobil Alan tidak terlihat, Raya masuk kembali ke dalam Apartemen. Karena Raya merasa sangat bosan di rumah, Raya memilih pergi ke Mall membeli beberapa kebutuhan rumah, seperti sayuran, buah, susu dan lain- lain, setelah beberapa waktu mengelilingi tempat perbelanjaan, akhirnya Raya selesai. Raya membeli makan siang untuk Alan, Raya masuk kekantor di sambut oleh senyum Siska,

"Raya apa kabar, lama banget tidak bertemu sama kamu, aku kangen banget Ray, oh iya aku lagi isi sekarang Ray." Siska mengelus perutnya, Raya tersenyum,

"Wah- wah calon ibu... kabarku baik Sis, baru selesai ngurusin kerjaan papa, 1 minggu yang lalu baru balik kesini."

Raya duduk di kursi di depan Siska,

"Aku kangen duduk si sini dan tiap hari nemenin Alan, tapi sekarang perusahaan papaku butuh aku."

Suasana Raya kelihatan murung,

"Alan ada di dalam?" Raya bertanya pada siska,

"Baru pulang dari meeting tapi, pulang sama seorang tamu, aku lihat sih Alan akrab sama orang itu." Raya bangun,

"Kalau begitu, Aku ketempat Alan dulu." Siska mengangguk, Raya berjalan ke ruangan Alan, saat hendak mengetuk pintu Raya mendengar suara tertawa seorang cewek dari dalam, Raya mengetuk pintu tapi, langsung mendorong pintunya tanpa menunggu jawaban Alan, seorang cewek sedang duduk di sofa disamping Alan, menikmati makan siang dan makan dalam 1 piring, muka Raya berubah merah, tangannya mengepal, yang mengejutkan cewek itu malah memaki Raya,

"Heyy... Kamu punya sopan santun tidak? main dorong pintu sembarangan, kamu tidak tahu ini ruangan siapa." Dia mau melingkarkan tangannya ke lengan Alan, namun Alan langsung menghindarinya lalu bangkit berjalan mendekati Raya dan memeluk Raya, bahkan mengecup bibir Raya sekilas,

"Sayank kenalin ini Vera sahabat aku dulu waktu kuliah, kenalin Ver ini kesayangan aku, harusnya kamu yang sopan padanya!" Alan menuntun Raya duduk di sofa tangan Alan masih melingkar di pinggang Raya,

"Aku bawa makan siang buatmu tapi..." Raya melirik makanan di meja, Alan tersenyum,

"Dulu, kalau kami makan selalu begini, piringnya cukup 1 buat seru- seruan saja karena dulu di kos juga piringnya terbatas, ya walaupun sekarang udah canggung tapi, aku memenuhi kemauannya sebagai seorang sahabat tapi sekarang ada kamu, aku akan makan makanan yang kamu bawa." Alan berbicara dengan lembut pada Raya, Raya mengangguk dan menyenderkan kepalanya di bahu Alan, Alan mencium kepala Raya, tapi terlihat Vera tidak senang, mukanya merah lalu dia mengambil tasnya dan pergi tanpa pamit, Alan hanya melihatnya sekilas dan selebihnya menekan bibir Raya, mengeratkan pelukannya, sampai Raya kehabisan napas,

"Kenapa tidak menahannya?" Raya menatap Alan, Alan memandang lembut Raya,

"Kalau aku menahannya, aku tidak akan nyaman. Bukankah kamu udah melihat reaksi dia saat kamu masuk?" Raya tertunduk,

"Dia ingin memilikimu." Alan tidak menjawabnya tetapi mulai mencium bibir Raya lagi, bahkan sampai setengah kancing kemeja Raya terbuka, Raya sampai tidak menyadarinya, setelah tangan Alan meremas dadanya baru Raya tersadar,

"Yank... ini di kantor." Alan menghentikan tangannya dan merapihkan kemeja Raya,

"Maaf sayank... kamu cantik, aku jadi pengen..." muka Raya memerah dan memukul dada Alan, Raya dan Alan mengatur napasnya yang tidak stabil,

"Makan yank!" Raya membuka kotak makan siang buat Alan,

"Aku pengennya makan kamu." Alan nyengir, Raya mencubit pinggang Alan, Alan meringis tetapi tersenyum bahagia.

Sebelum makan, Alan memanggil OB untuk mbersihkan makanan yang di bawa Vera walaupun Alan baru 2 suap memakannya, Alan lebih menghargai makanan yang di bawa Raya.

"Kamu tunggu sini saja ya, nanti pulang bareng!" Raya hanya mengangguk sambil membersihkan sisa makanan yang tercecer di meja, sementara Alan kembali bekerja,

Saat Raya sedang duduk santai, nada panggilan di handphone Raya bunyi,

"Hallo pah, ada apa?"

"Ada kerjaan buat kamu Raya..."

"Kirim lewat email saja pah! aku tidak mesti kekantor papa kan?" Raya tidak ingin pergi kekantor Herlambang.

"Bisa, papa kirim ya!" mendengar itu, Raya merasa lega.

"Siap pah, aku tunggu." Raya bangkit dari duduknya,

"Yank, aku ke parkiran dulu yah, mau mengambil laptop ada kerjaan dari papa." Alan mengangguk, Raya keluar dari ruangan Alan dan mengbil laptop di mobilnya, kebetulan di situ ada Andri yang baru memarkirkan mobilnya,

"Apa kabar Ray?" Raya menoleh dan tersenyum,

"Baik" jawabnya pendek,

"Aki sempat panik waktu Alan ngejar orang yang mirip kamu, Alan kacau banget."

"Ternyata muka aku pasaran yah." Raya tersenyum,

"Sekilas sama... Alan frustasi... untung bukan kami beneran..."

"Aku tidak akan pernah menyakiti Alan, karena aku sangat mencintainya."

"Aku tau, dia beruntung sekali mendapatkanmu." Raya menunduk,

"Aku masuk lagi ya!" Raya mengangkat kepalanya lalu berbalik ke dalam kantor, tetapi Andri mengikuti Raya dari belakang bahkan ikut masuk ke ruangan Alan, Alan yang melihat itu langsung berdiri dan menarik Raya kesisinya,

"Ngapain kamu kesini?" Nada suara Alan tidak suka,

"Aku baru pulang dari lapangan, mau laporan hasil kerjaan aku, sekalian memandang pemandangan langka." Andri hampir tertawa melihat tampang cemburu Alan,

"Aku kira, kamu dan dia..."

"Kamu berlebihan..." Raya tertawa, Andri duduk di sofa, Raya juga duduk di sebrang Andri membuka laptopnya dan mulai bekerja. Andri melaporkan hasil kerjanya, tetapi matanya tidak lepas menatap Raya yang terlihat makin mempesona, Alan menangkap basah tatapan Andri dan merasa tidak nyaman,

"Yank pindah kemeja kerjaku! di sini ada serigala siap menerkam kamu, aku sama sekali tidak akan rela." Raya yang sedang sibuk sendiri dengan laptopnya menghentikan gerakan tangannya lalu menatap Alan dan melihat Andri dengan sudut matanya, Alan merasa gemas dan mengecup bibir Raya menarik tubuhnya ke sisi Alan dan menekannya beberapa waktu, Andri sampai melotot melihat kelakuan sahabatnya dan menelan ludah sendiri.

Muka Raya merah seperti kepiting rebus di buat Alan, lalu mendorong pelan sambil menggeleng,

"Hati- hati dengan matamu! Raya milikku." Alan menatap tajam Andri, Andri menggaruk- garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal,

Sial banget pikirnya, dia selama ini sampai memimpikan ingin mengecup bibir ranum Raya, malah sekarang menonton sahabatnya dan sialnya sahabatnya yang memilikinya bukan dia, Raya menunduk dan segera pindah ke meja kerja Alan dan melanjutkan pekerjaannya,

"Aku sudah menjaga semuanya tetapi tidak mampu... terlalu indah..." Andri setengah bergumam, Alan melemparkan pena ke muka Andri yang masih tetap menatap Raya,

"Aduh muka ganteng aku....Sakit Lan... kamu tega banget sama aku." Andri meringis sambil mengusap- usap mukanya.

"Masa bodo.... Sudah sana keluar!" Alan melotot dan setengah berteriak.

"Pelit..." Raya yang mendengar mereka adu mulut hanya menggeleng - gelelengkan kepalanya sambil tersenyum, dengan berat hati Andri keluar dari ruangan Alan,

"Kalian mirip seperti anak kecil." Raya menatap Alan,

"Dia membuatku kesal karna menatapmu tanpa henti, ingin sekali aku mencungkilatanya biar tau rasa." muka Alan cemberut menandakan tidak suka, Raya tertawa melihat raut muka Alan.

"Enggak lucu sayank..." Alan makin cemberut, Raya bangun dan pindah lagi duduknya di sofa, Alan dengan cepat memeluknya, Raya hanya diam menatap Laptop...


next chapter
Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C42
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập