Tải xuống ứng dụng
34.66% KEMBALI PADAMU / Chapter 52: Bahagia

Chương 52: Bahagia

Alan sibuk dengan pekerjaannya. Di ruang kerjanya tanpa sengaja Alan melihat berita tentang Nadia di laptopnya, Alan membacanya hingga selesai dan mengerutkan keningnya kok sama kejadiannya dengan Raya, Alan berfikir sebentar dan langsung teringat Herlambang...

Alan langsung menghubungi Herlambang

"Pah, apa yang sebenarnya terjadi pada Raya?tadi sebelum papa datang Raya mengatakan semuanya... tapi, sekarang aku membaca berita tentang Nadia apa papa?" Herlambang tertawa membuat Alan bingung.

"Itulah yang terjadi dan Raya mengatakan apa yang dia tau."

"Jadi Raya tidak tau kalau dia baik- baik aja?"

"Tidak, papa merahasiakannya papa sudah mengecek semua baik- baik aja."

"Kenapa papa tidak bilang terus terang? Raya frustasi... aku tidak tahan melihat Raya sedih."

"Papa hanya mengetes kesetiaanmu..."

"Maksud papa apa?" Alan mengerutkan keningnya.

"Papa mau tau reaksimu kalau Raya sulit hamil bahkan tidak bisa hamil, apa kamu akan meninggalkannya?"

"Papa masih meragukanku?" Alan menaikan satu alisnya.

"Tadinya... "

"Papa kejam..." Alan mengeluh, Herlambang tertawa lagi dan menutup sambungan telponnya,

"Papa gila...." gumam Alan...

"Siapa yang gila yank?" Alan menatap Raya, kaget dengan kedatangannya yang tiba- tiba,

"Enggak ini anak buahku ..." Raya tersenyum,

"Jangan suka marah- marah, nanti gantengnya ilang." Alan menaikan bibir atasnya tapi, matanya fokus dengan kerjaannya,

"Diminum tehnya!

"Makasih yank." Raya mengangguk dan berbalik keluar dari ruang kerja Alan, karena takut mengganggu Alan, setelah Raya pergi, Alan menarik nafas panjang,

"Selamat ..." gumamnya, andai Raya tadi mendengar semuanya, kalau itu sebenernya di tunjukan untuk Herlambang, bisa di jitak dia ...

***

Tiga bulan sudah berlalu. Tangan Raya sudah pulih, tentu saja Raya sangat senang dan mulai bisa menyetir sendiri, ketika Alan bangun, Raya sudah tidak ada di sampingnya setelah cuci muka dan mencari- cari, ternyata mobil Raya udah menghilang dari garasi, Alan cemas karena ini masih pagi sekali,

"Bu Raya kemana?"

"Nak Raya tadi bangun pakai jaket, tapi tidak

bilang mau kemana." Alan mulai gelisah, handphone Raya juga tidak dibawa, setelah 1 jam menunggu mobil Raya masuk halaman dan ketika Raya keluar tertunduk lesu. Alan setengah berlari menghampiri Raya dan memeluknya,

"Sayank kemana aja? aku cemas." Raya duduk dikusi taman tapi, mukanya cemberut.

"Ada apa?" Raya mukanya memerah kayak mau nangis, Alan langsung memeluknya,

"Katakan ada apa?" suaranya makin lembut menenangkan Raya,

"Aku nyari jagung bakar, tapi sudah keliling kemana- mana tidak ada." jawabnya pelan, Alan teringat permintaan Raya dulu yang pingin tahu isi malem- malem, Alan jadi tersenyum,

"Kalau bakar di rumah mau tidak?" tanya Alan sambil mengelus rambut Raya,

"Boleh, tapi maunya sekarang!" Alan mengangguk terus memanggil pa Deden,

"Pak tolong beli jagung di pasar, Raya mau jagung bakar." Pak Deden mengangguk, tidak sampai 10 menit, Pak Deden sudah kembali lagi membawa jagung satu tas,

"Ini Na jagungnya" Pak Deden memberikannya pada Alan.

"Makasih banyak pak." Pak Deden mengangguk dan balik lagi ke pos satpam.

Wajah Raya yang tadinya cemberut berubah girang seperti anak kecil, bahkan sampai berkali- kali mencium Alan, Alan tersenyum melihat tingkah Raya,

"Ayo kehalaman belakang kita bakar!" Raya mengangguk, setelah Jagung masak, Raya dengan lahap memakannya walaupun cuma satu yang di makan,

"Makasih yank." Alan cuma tersenyum dan mengangguk, tapi ketika Raya mau berdiri tiba - tiba lemas dan hampir jatuh kelantai, untung aja Alan cepat menangkapnya,

"Yank kenapa?" Alan sangat cemas, mengangkat Raya ketempat tidur dan menghubungi Dav, sementara Bu Mimin sibuk menggosok badan Raya dengan minyak kayuputih karena badan Raya dingin semua, Dav segera datang dan memeriksanya,

"Semua normal Lan, tidak ada yang perlu di khawatirkan kecuali..."

"Kecuali apa?" Alan makin panik,

"Mana bisa Dav, orang pingsan begini tidak bangun- bangun, kamu bilang baik - baik aja." Nada suara Alan kesal,

"Kecuali kalo Raya hamil." Mata Alan melebar,

"Bawa dia ke dokter kandungan!" Tanpa menjawab Alan langsung mengangkat Raya kedalam mobil dan membawanya ke Rumah Sakit diikuti Dav,

Sampai di Rumah Sakit Raya di periksa, dokter mengoleskan semacam jell di perut Raya dan menempelkan Alat yang terhubung ke monitor lalu dia tersenyum,

"Istri anda sedang mengandung." Alan tersenyum tapi meneteskan air matanya,

"Istri saya...?"

"Iya mengandung, Usia kandungannya sekitar 4 minggu." Alan menghujani Raya dengan ciuman tampa mempedulikan Dav dan Dokter kandungan yang ada di situ, lalu Alan mengelus perut Raya,

"Selamat yank..." terus Alan berbalik menatap Dokter kandungannya,

"Tapi kenapa Raya tidak sadar- sadar?"

"Mungkin lelah, sebaiknya masuk ruang perawatan." Alan mengangguk tak keberatan,Raya segera masuk ruang rawat inap, Alan duduk di samping Raya dan mengelus perut Raya sekali- kali mencium kening Raya,

"Alannn... pusing." Alan mengelus rambut Raya dan meyodorkan gelas berisi air putih,

"Minum yank!" Raya mengangguk dan meminumnya tapi, belum juga menelannya Raya buru-buru kekamar mandi lalu memuntahkannya tubuhnya gemetara Alan memeluk erat Raya dan menggendongnya kembali ketempat tidur, muka Raya pucat,

"Airnya bau..." Alan cepat menciumnya tapi tidak bau apa- apa,

"Aku coba air hangat ya yank?" Raya mengangguk, lalu setelah mencampurkannya dengan air panas menjadi hangat Raya meneguknya sampai habis, Alan memijit pelan kening Raya,

"Udah yank... udah baikan, aku pengen pulang." Rengek Raya,

"Baiklah aku tanya Dokter dulu." Raya mengangguk, setelah konsul, Dokter membolehkan Raya pulang,

Raya sampai di rumah tapi Raya heran kenapa rame banget,

"Dirumah ada acara apa Lan?" Alan tersenyum,

"Nanti juga kamu tau." Raya cemberut,

"Mama sama papa kamu juga ada di sini?" Alan mengangguk,

Ketika mereka melihat Raya semuanya menciumi Raya dan mengelus perutnya,

"Akhirnya kalian memberikan cucu untuk kita." Raya bengong dan menatap Alan, Alan tau Raya belum mengetahui kalau dirinya tengah mengandung,

"Di sini ada dede baby nya." Kata Alan berbisik, Raya melongo,

"Aku hamil yank?" Alan mengangguk dan menggandeng Raya duduk di sofa dan menghujani dengan ciuman,

"Kamu tidak boleh capek, inget ada dede baby nya disini!" Raya menitikan air matanya dan mengelus perutnya,

"Mama... " Suara Natan terdengar nyaring melangkah memeluk Raya,

"Natan juga kesini?"

"Iya dong, Natan mau lihat dede baby Natan." Raya tertawa.

"Masih di perut sayang." Natan mengerutkan keningnya.

"Kapan keluarnya mam?"

"Masih lama..." Natan cemberut dan duduk di sofa di samping Herlambang,

Orang tua Alan menatap Natan,

"Lan, kok mirip kamu...?" Orang tua Alan menatap Alan, Raya tersenyum,

"Mungkin karena Alan sering sama Natan,jadi mirip mam." Mama Alan tersenyum mengangguk,

"Kalian memang keluarga, kalo mirip itu wajar." kata- kata mama Alan membuat Raya terharu,

"Makasih mam, telah menerima Natan."

"Kenapa tidak sayank." Mama Alan mencium kening Raya,

Dari dapur Bu Mimin datang,

"Bu, pak makanan udah siap."

"Ayo makan! mam, pah, Natan!" Alan mengajak mereka semua makan, Alan menggandeng Raya ke Ruang makan, berbagai makanan ada di meja, belum aja duduk Raya udah merasakan mual mencium masakan yang baru matang, Raya langsung lari kekamar mandi dan muntah- muntah lagi, Alan segera menggendongnya dan menidurkan di kamar Raya,

"Bu ambilkan air putih hangat." perintah Alan sama Bu Mimin.

"Air minum segera datang di bawain mama Alan."

"Kok mama? mama makan aja mam, nanti Alan nyusul." mama Alan tersenyum,

"Ambilin minum buat anak mama dulu."

"Makasih mam." Suara Raya pelan sambil memejamkan matanya,

"Sama- sama sayang, Kamu mau makan apa? biar mama bawa kesini saja, jadi makanan yang tidak kamu suka, tidak kecium baunya." Mama menatap Raya .

"Raya pengen sup Ayam ..." Alan dan mamanya saling pandang, tidak ada satupun makanan yang di meja yang di sebutkan,

"Oke baik, mama ambilkan." mama Alan keluar dan mulai kedapur mengambil Ayam dan memasaknya dengan cepat lalu pergi kekamar lagi.

"Makan yang banyak ya!" perintah Mama Alan, Raya mengangguk,

"Makasih mam."

"Sama- sama sayang, mama tinggal dulu ya." Alan menatap Raya yang sedang memakan sup Ayam, tidak banyak yang di makan tapi lumayan daripada enggak, Alan menarik nafas panjang,

"Udah yank..."

"Kok tidak abis?" Raya menggeleng,

"Mulai mual lagi, daripada yang udah masuk keluar lagi lebih baik aku berenti makan."

"Baiklah..." Alan membereskan makanan Raya dan menyelimuti Raya,

"Sana kamu makan dulu! maaf aku..." Alan mengecup kening Raya,

"Tidak apa- apa cinta... dede baby nya lagi sensi, nyuruh mamanya istirahat, bobo ya mama cantik." Alan pindah mengecup bibir Raya, terus keluar dari kamar dan bergabung dengan yang lain makan,

"Makannya tidak abis mam bagaimana? aku takut asupan gizinya kurang." Alan murung,

"Itu wajar tidak apa- apa, nanti lama- lama mualnya juga hilang."

"Gitu ya mam?"

"Iya, sekarang kamu makan yang banyak, kamu perlu tenaga untuk mengurus istrimu." Yang lain pada ketawa,

"Maaf Raya menyusahkanmu bu, apa lagi pada Alan." suara Herlambang di sela- sela candaan mereka,_

"Raya anakku juga ... aku senang sekali mempunyai menantu yang sempurna seperti Raya." jawab mama Alan,

Semua terlihat bahagia ...


next chapter
Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C52
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập