Tunggu, apa ini?" tanya Apo.
Namun bukannya menjawab, Dokter Piya justru menyodorkan pulpen juga. "Silahkan dibaca dengan teliti, Tuan," katanya. "Dan jika ada yang ingin Anda tanyakan langsung ajukan saja kepada saya "
Apo pun memandangi map tersebut segan. Sebab desainnya elegan sekali. Berwarna hitam. Begitu pun pulpen yang mendampinginya. Seolah-olah itu tak boleh dipegang sembarang orang. Tapi kini Apo malah diizinkan membuka tiap isi halamannya.
Di sana ada surat angkat, nama "Yuzu Takhon" yang disebutkan berkali-kali. Posisinya sebagai ahli waris kedua. Dicap khusus. Tapi di bawahnya juga ada beberapa kolom yang siap diisi.
"Tunggu—Maaf Dokter Piya? Apa ini bukan kesalahan?" tanya Apo. Refleks melepaskan map-nya di atas meja. "Maksudku, ini kan—"
"Anda mungkin perlu mengecek bagian yang paling belakang," sela Dokter Piya begitu tenang.