Luhiang justru menyeringai. "OKE, siapa takut!" katanya dengan nada sangat bocah. "Lagipula itu kalau kau menang. Jika tidak, just wait. Aku ingin MV Agusta-nya tetap dibelikan. Senangkan Omega-ku. Jangan kesal saja jika nanti malah kalah. HA HA HA HA HA!"
Oh, serius. Permainan catur berikutnya pun berjalan sengit. Bahkan Luhiang memaki saat kalah untuk kedua kalinya. "AAAARRRRHHH! BAJINGAAAAN!" teriaknya sebelum menenggak kopi. "Ahhhh!" desah wanita itu usai membalikkan papan catur. Dia kelihatan sangat-sangat lega. Mengusap bibir, lalu menunjuk Paing dengan cangkirnya. "Baik, baik. Tak ada ruginya kalau membelikan keponakanku," katanya. "Tapi, ingat ya Takhon gila. Kalau anak kita semua lahir, janji ayo liburan bersama kapan-kapan "
Sumpah, ya. Gaya Luhiang sudah mirip orang mabuk saja, tapi Paing tetap mengiyakan pada akhirnya. "Hm, bisa. Tapi kutanya Apo dulu dia mau kapan."
"YASSSS!" teriak Luhiang. Lalu kembali tertawa sesuka hatinya. "HA HA HA HA HA HA HA!"