Richman terkejut. Dia punya kakak. Meskipun dia tau tentang hal ini, akan tetapi dia tidak menyangka bertemu kakaknya disini. Richman memeluk Dewi. Dia tidak mengira kalau Dewi, istri pamannya adalah kakak kandungnya. Dua kakak beradik ini bertangis-tangisan. Demikian pula orang-orang yang memenuhi ruangan tengah rumah. Murni memeluk kakak iparnya sekaligus bibinya itu. Perasaan haru campur bahagia di hati semua orang saat ini.
Sejak bayi Dewi tidak pernah tau kalau bapak yang telah membesarkannya dengan kasih sayang itu adalah bapak tirinya. Pada mulanya dia tidak bisa menerimanya bahkan sangat terpukul. Apalagi dia diberitahu tiga hari sebelum dia menikah dengan Rozak. Dewi menutup mata tentang ayah kandungnya. Melupakannya dan tak ingin mencarinya. Baginya Bapaknya hanya satu, Firdaus, lelaki baik dan penuh kasih sayang. Yang mendidiknya, menyekolahkannya hingga sarjana.
Tapi hari ini segala kemarahan dan sakit hatinya kepada ayahnya sirna ketika melihat adiknya Richman yang malang, yang menjalani kehidupan tanpa keluarga tanpa pendidikan yang pantas untuk seorang keluarga Aji Dahlan yang terpandang. Setidaknya dia lebih beruntung dari Richman yang hidup serba berkucupan dan mendapat curahan kasih sayang yang melimpah dari keluarga dan suaminya.
" Nah mulai sekarang panggilan resmiku adalah Om Aji Dahlan dan Rozak adalah kakak iparmu....Setuju!" Kakek memecah suasana di ruangan itu dia mengangkat asbak rokok tinggi-tinggi. "SETUJU!!!" sahut hadirin semua. Om Aji memukulkan asbak 3 kali ke lantai diiringi gelak tawa seluruh keluarga.
"Naaah sekarang kita minum", Mbo Ely adik Om Aji Dahlan yang bungsu. Dia menghidangkan Teh jahe merah kapulaga dan roti sumbu alias singkong rebus lengkap dengan sambal terasi dan jukut pija*.
Mereka menyantap hidangan hangat sore itu dengan perasaan bahagia.
Tiba-tiba isi rumah menjadi ramai kembali, di halaman rumah telah berdatangan rombongan dari Kota Bangun. Om Aji tampak gembira dan bersemangat berlari dengan tergesa-gesa menyambut secara khusus mbo Minah merangkul pundaknya membawanya masuk rumah diiringi pandangan semua orang.
Babak baru Om Aji dan Mbo Minah segera di mulai.
Murni menatap Richnan dengan gelisah " Rich...Bolehkah kita pergi keluar?"
"Kemana? "
"Toko buku"
"Toko buku?" Richman mengerutkan matanya."Sebentar", dia bergerak keluar kamar, lalu kembali bersama Dewi. Kalau bersama Dewi, orangtua diluar tak bakal banyak tanya. Tapi kalau pergi bersamanya pasti bakal dilarang. Walaupun bukan calon pengantin baru tapi mereka di larang keluar rumah. Pamali, kata mereka. Itu dogma yang tak perlu dibahas.
Tapi Dewi bisa membawa Murni diam-diam. Dewi mengganti pakaian Murni dengan daster panjang miliknya memakaikan jilbab lebar dan masker. Lalu mereka menyelinap lewat dapur lalu keluar lewat pintu belakang dan pergi dengan mobil milik Dewi.
"Mau cari apa?" tanya Dewi setelah sampai di toko buku. Murni tak menjawab tapi tangannya sibuk memilih barang yang jadi keinginannya. Dewi tersenyum geli dia seperti membawa anak kecil yang baru mau sekolah.
Murni mengambil buku tulis 1 lusin, kotak pensil dan peralatan menulis pulpen, pensil, penggaris penghapus, rautan, penggaris, kertas HVS, buku folio bergaris, buku gambar, pewarna, majalah wanita, tabloit, buku agenda, Tas Ransel. " Kak Dewi saya mau belajar nanti kalau sudah pulang", Murni mencium buku agenda yang harum. Waktu kecil dia sangat ingin memiliki buku agenda seperti ini. Dewi tertawa sekaligus terharu. Dia memeluk bahu Murni dengan lembut. Murni berbelanja seperti anak sekolah. Sepantasnya diusia seperti ini harusnya dia masih belajar di bangku sekolah. Murni baru berusia 18 tahun, bukannya menikah. Tapi Murni masih banyak kesempatan untuk belajar. Meskipun terlihat dewasa tetapi terkadang dia tidak bisa menyembunyikan sifat kekanak-kanakannya.
Mereka segera kembali. Sebelum oramg-orang sadar mempelai wanitanya menghilang. Sepanjang jalan Murni menyebutkan berbagai keinginannya. "Kak....aku nanti ingin belajar bahasa Inggris, matematika, komputer, akutansi, pembukuan, kak...aku mau kuliah seperti kakak dan menjadi guru seperti kakak...". Iya. Bagus itu. Semangat ya! Dewi menyahut sambil menyetir. Sebenarnya adiknya Richman atau Murni sih. Tapi dia merasa Murni lah yang menjadi adiknya. Murni gadis itu memang patut di sayang. Diam-diam tanpa di ketahui Murni, Dewi menyeka airmatanya.
Duduk di pelaminan mempelai yang berbahagia dengan pakaian adat kutai di dampingi Rozak dan istrinya Dewi duduk di sebelah kiri dan Om Aji Dahlan dan Mbo Minah. Sebenarnya seperti penghelatan acara hari ini adalah untuk Richman dan Murni. Tetapi perhatian justru jatuh kepada pendamping mempelai. Mbo Minah yang tidak pernah dandan hari ini dia tampil cantik menawan dan membuat pangling orang yang mengenalnya.
Sedangkan Om Aji Dahlan berubah menjadi lebih muda dan sangat tampan. Ketampanannya menyaingi anak dan cucunya. Karena itulah para kerabat dan undangan yang hadir mengelu-elukannya dan berebut untuk berfhoto bersama dengan pasangan pendamping ini sehingga menimbulkan kehebohan. " Masih pantas!" "Iya masih pantas!". "Cocokl"
"Cocok!"
"Sip, Om Aji".
"Mbo Minah....keren".
Suiit.Suiit.
Mereka tak berhenti menggoda.
Mbo Minah tersenyum malu. Meskipun ia tak suka digodain begitu tapi ia bermental kuat. Sewaktu mudanya ia adalah seorang pemain teater.
Sementara Om Aji Dahlan tersenyum bahagia dan tebar pesona. Godaan yang diterima hari ini malah menjadi penyemangat hatinya. Ia bahkan tak menolak ketika di daulat untuk menyanyi. Suaranya merdu. Lagu Bengawan Solo mengalun indah dan syahdu, tak heran kalau dia dulu di juluki buaya keroncong. Usai ia menyanyi dia duduk lagi disamping Mbo Minah dan nembisikkan sesuatu yang membuat mbo Minah terperanjat. Wajahnya memerah. Dia berusaha menutup wajahnya dengan kipas menahan malu.
Sementara Richman dan istrinya terlalu asyik berdua, mereka terus berbisik-bisik dan tertawa pelan. Sesekali dia mengusap keringat di wajah Murni dengan lembut. Murni membersihkan dengan tissue sisa makanan di bibir Richman.
Acara diakhiri dengan musik tingkilan¹ dan tari jepen² oleh seluruh keluarga.
Rombongan dari Kotabangun pulang pada sore hari itu juga. Mbo Minah gelisah tetapi ia menutupinya dengan senyun. Ia tak ingin orang orang lain tau dengan perasaannya. Entah aa yang dikatakan om Aji karena ia setelah itu ia berubah jadi pendiam.
***
Selama beberapa hari di Kota Raja, Murni mrngambil kesempatan belajar dengan Dewi yang merupakan guru Bahasa Inggris, karena saat sekarang masih libur semester, jadi dia punya waktu luang memberikan kursus singjat kepada Murni.Karena motivasinya sangat untuk belajar, Dewi tidak mengalami kesulitan membimbingnya.
Di malam hari sehabis magrib, Murni sudah siap dengan buku-bukunya menunggu Dewi mengajarinya. Dewi mengagumi semangatnya.
Tidak hanya belajar bahasa Inggris, sore hari Murni mengambil kursus menyetiir mobil, kalau untuk bekajar menyetir ini bukanlah hal yang sulit baginya karena dalam waktu 3 hari dia sudah lihai menyetir. Tetapi untuk belajar bahasa Inggris dia harus sering latihan. Seisi rumah tertawa dibuatnya dia selalu berbicara bahasa Inggris. Bagi om Aji, Dewi atau Rozak hal itu tidak ada masalah, mereka siap diajak jadi subyek latihannya. Tetapi Richman cukup kuwalahan dibuatnya, dia juga kemampuannya kurang dalam bahasa Inggris, di sekolah ia hanya dapat nilai 7 di rapotnya. Murni memaksanya belajar, jadi mau tidak mau dia ikut terlibat belajar bersama istri kesaysngannya itu. Hanya saja Richman kalah cepat dengan Murni belajar dalam hal mengendarai mobil. Mengetahui Mutni sudah lihai menyetir, dia juga tidak mau kalah, dan mengambil kursus menyetir mobil juga. Om Aji geleng-geleng kepala melihat persaingan suami istri ini.
Ada hal lain yang tak bisa di tiru Murni dari Richman, karena ilmunya memang belum sampai, yakni Richman belajar membuat proposal dan rencana bisnis dengan om Aji. Kedepannya Richman ingin mengembangkan beberapa jenis usaha di bawah bimbingan kakeknya. Murni angkat tangan dalam hal ini.
Selama 10 hari di Kota Raja, pengantin baru ini sibuk belajar. Mereka sungguh-sungguh menggunakan kesempatan yang ada untuk belajar. Melupakan bulan madu yang sudah di rencanakanya Richman dan Murni, menginap di Hotel Mesra Samarinda dan mengajari Murni berenang. Bekakangan Richman baru tau kalau Murni tak bisa berenang. Mengingat kehidupannya dekat dengan sungai, Richman jadi khawatir.
Ketika Richman siibuk belajar dengan Om Aji, Murni menggunakan waktunya latihan menulis, ia melatih tulisannya supaya rapi dan bagus, menyalin pelajarannya di buku sambil mengucapkannya serta latihan nembuat tanda tangan.
Richman masuk kamar, ia mendapatkan Murni tertidur di ranjang bersama kertas HVS yang berserakan di ranjang dan di lantai. Richman mengumpulkan kertas dan pulpennya Murni lalu meletakkannya di meja rias. lalu dengan hati-hati ia meluruskan badan Murni dan menyelimutinya. Richman memeluk Murni hingga ikut tertidur.
Karena tetlalu bersemangatnya Murni belajar hingga kadang lupa waktu makan. Richman dengan sabar menyuapinya yang tak berhenti belajar. Om Aji tertegun melihatnnya, fikirannya kembali ke masa lalu.....waktu itu keadaan persis seperti ini....di ruangan yang sama....istrinya Mariani sibuk mrnyuapi Kartini yang enggan makan karena asyik belajar. Kartini punya semangat yang sama belajar seperti Murni....hanya perbedaannya Murni adalah gadis yang cerdas dan tak kekurangan.
Om Aji mengusap matanya yang sedikit berair. Kehadiran Murni dan Richman menghangatkan kembali rumah ini yang sudah puluhan tahun dalam kesuraman dan kesedihan.
Richman sepertinya punya banyak peran, bukan hanya sebagai suami, dia juga tampak jadi kakak dan orangtua bagi Murni. Dengan sabar ia menuruti kehendak Murni yang mengajaknya dialog dan tanya jawab bahasa Inggris. Murni seperti murid SMP yang mau ikut Ujian Nasional.
Richman mulai khawatir dengan ambisi belajarnya Murmi, beberapa malam ini Murni sudah kurang tidur. Pada waktu tengah malam di lihatnya Murni tertidur di meja belajar di ruang tengah, perlahan-lahan Richman mengamgkatnya ke kamar, ia seperti bayi yang tertidur pulas.
Rozak yang kebetulan ke dapur, tersenyum melihatnya. Belakangan ini ia menyadari kurang memberikan perhatian ke Dewi.
Dewi kebingungan melihat Rozak yang tiba-tiba jadi lembut dan mesra kepadanya. tetapi ia menikmati saja dengan bahagia. Tumben ia memijiti-mijit tubuhnya, biasanya malah ia yang memijitin Rozak. Dewi tersenyum ia mencurigai suaminya punya maksud tersembunyi. Benar saja beberapa saat kemudian ia berbisik mesra," ayo kita bikin mata dulu...baru hidung calon baby kita", Dewi membalikkan badan dan memukul suaminya dengan bantal. Rozak menangkisnya. Tidak lama kamar itu sudah arena dan juara.
Malam minggu Richman bermaksud mengajak Murni makan bakso di dekat jembatan, tetapi sampai jam 10 malam Murni masih asyik dengan buku-bukunya, Richman mulai kesal, ia menatikan lampu kamar, Murni protes tapi Richman sudah merebahkannya di ranjang. Dengan marah ia menciuminya dan mrnggigit kuping dan lehernya dengan kasar. Murni mendorong tubuh Richman, ia merasa sakit, tapi Richman menindihnya dengan nafas memburu menghujaninya dengan ciuman. Murni sadar Richman pasti kesal padanya, ia memang kurang perhatian dan tidak mempedulikannya. Dengan lembut ia mengusap- usap rambut Richman dan mrmbalas ciuman Richman dengan sangat lembut. Richman perlahan-lahan mereda emosinya. Ia menang suka begitu bila sedang kesal. Murni membalas ciuman balik Ricman dan membaringkan kepalanya di dada Richman. Richman belum reda emosinya dan mendiamkannya. Murni menyembunyikan kepalanya di ketiak Richman " Rich....aku rindu kamu....", Murni berkata lirih di telinganya. Richman terharu dalam gelap ia meraba wajah dan tubuh Murni, lalu dengan terampil melepas pakaiannya....
______
¹ salah satu jenis kesenian musik masyarakat kutai.
² kesenian khas yang dikembangkan oleh suku Kutai dan suku Banjar yang mendiami kawasan pesisir Sungai Mahakam dengan ragam gerak dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam.
†ikan asin bahasa kutai
Murni mendekati Dewi yang duduk di sofa bersama Rozak, ia memaksa duduk di tengah-tengah mereka. Rozak terpaksa menggeser duduknya. Hari ini Rozak dan Dewi pulang ke Balikpapan, besok pagi cuti mereka sudah habis. Murni merangkul lengan Dewi kepalanya di rebahkannya di pundak Dewi. Dia merasa sedih dan tak ingin berpisah dengan Dewi yang sudah di anggapnya kakaknya sendiri. Dia sudah merampas hak Richman sebagai adik. Tapi Richman tidak marah dengan perebutan hak milik ini. Malah ia merelakannya dengan bahagia. Paman dan keponakan ini mengalah, mereka pindah tempat duduk di teras sambil merokok.
"Murni, kamu kenal tidak dengan ibu Sunanik?" Murni menggelengkan kepalanya. Murn memangi tak punya banyak teman dan kenalan di Kota Bangun. " Dia teman kuliahku....nah sekarang ini dia mengajar di SMPN Kota Bangun.....Kamu nanti bisa belajar bahasa Inggris dengannya !. "'Yes!" Murni menjentikkan jarinya. Dewi tertawa. Anak ini sudah tidak sedih lagi seolah sudah mendapatkan mainan baru. Wajahnya cerah dan bersemangat kembali.
Selama beberapa hari ini mereka menjadi sangat dekat mengalahkan orang-orang yang kenal bertahun-tahun. Murni mendapatkan figur kakak yang tak pernah dimilikinya. Ia terbiasa memendam semua deritanya sendirian. Ia kemudian tumbuh menjadi gadis pendiam dan mandiri. Sambil bekerja jadi pembantu rumah tangga sejak umur 13 tahun ia juga menghidupi dirinya sambil menjualkan dagangan orang lain di pasar sejak jam 6 pagi hingga jam 8 pagi, lalu lanjut bekerja di rumah tetangganya. Dan malam hari dia bekerja lagi menjahit atap daun di usaha milik pamannya Sahril ayahnya Hasnah. Uang hasil kerjanya sebagian di tabungnya untuk biaya dia pergi ke Kota Bangun. Sudah lama Mbo Minah menyuruhnya pergi ke tempatnya hingga akhirnya ia bisa datang kesana, itupun di temani Hasnah karena ia tak pernah pergi sendiri. Padahal menurut mbo Minah ia sudah lama mengirimkan uang untuk ongkos Murni berangkat.
Takdir menemukannya dengan Richman. Dia tak perlu berfikir panjang menerima lamaran Richman yang mendadak. Meskipun ia menikah di usia muda tetapi ia berfikir mungkin Richman adalah jalan yang bisa membawanya pada kehidupan yang lebih baik. Dan kemudian semua terjadi diluar bayangannya.
Sekarang ia memiliki segalanya jauh diatas orang-orsng yang telah memperlakukannya secara sewenang-wenang bahkan menindasnya tanpa kasihan.
Mereka melepas Dewi dan Rozak dalam keharuan. "Nanti ku hubungi bu Sunanik untuk menemuimu", Dewi memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan Murni lalu masuk mobil. Mereka saling memberikan ciuman tangan ke udara.
Setelah Rozak dan Dewi berlalu, giliran Richman dan Murni yang pamit. Sekarang om Aji yang merasa kehilangan.
Baru saja ia merasakan kebahagiaan yang luar biasa, kini ia merasa sebatang kara dan kesepian.
Dalam hati ia tak mau berada pada kondisi yang sama selama bertahun-tahun. Ia tak mau mengulangnya lagi. Tetapi ia akan mengulang kisah lama yang dulu telah terlupakan lalu memperbaharuinya lagi menjadi kisah indah penuh harapan bersama orang yang di sayanginya.
Om Aji akhirnya memutuskan ikut Richman dan Murni, dia mulai tidak nyaman tinggal sendirian. Rumahnya sudah di urus Mbo Eli adiknya. Mbo Eli tidak keberatan meninggali rumahnya, sebab di rumahnya sendiri, sudah penuh dengan anak dan cucu-cucunya.
Setiba di Kota Bangun Om Aji sibuk membangun jembatan dan dermaga baru di belakang Villa Murni.
Rakit mbo Minah sudah berhasil di pindahkan ke belakang rumah Richman, menggunakan tougboat yang biasa menarik ponton atau tongkang batubara.
Pangkalan minyak Richman tidak lagi menggunakan rumah rakit tetapi pindah tempat yang baru disisi kiri dermaga, sedangkan rumah rakit disisi kanannya.
Rumah rakit sudah di renovasi yang semula hanya dibuat dari kayu dan papan biasa yang sudah lapuk di ganti dengan ulin. Demikian desain ruang di dalamnya sudah seperti resort di pulau Maratua. Murni menanam banyak bunga mawar di pot- pot putih yang cantik.
Om Aji tinggal di rumah rakit yang sudah resort terapung itu. Murni memberi nama tempat itu ' Aji House River' (AHR), ia sudah mahir menggunakan bahasa Inggris.
Setiap Jumat dan Sabtu sore Murni belajar Bahasa Inggris di teras resort yang sudah dilengkapi dengan kursi rotan yang cantik. Guru bahasa Inggris bu Sunanik teman Dewi orangnya sangat ramah dan mudah tertawa. Bu Sunanik selalu diantar suaminya yang jadi lawan Om Aji main catur.
Om Aji lebih suka tinggal di AHR nya daripada tinggal di Villa Murni , sebab ia suka terganggu dengan kemesraan suami istri itu.
AHR selain menjadi rumah bagi Om Aji, juga menjadi kantor bagi Richman, serta sekolah (Home Schooling) bagi Murni. Sekarang ia bukan hanya belajar bahasa Inggris dengan bu Sunanik, ia juga belajar Matematika dan IPA dengan bu Isma teman bu Sunanik sesama guru di SMPN Kotabangun. Selain itu Richman mendatangkan guru komputer di kantornya. Murni punya kegiatan baru di ARH yakni bermain games di komputer. Suami istri itu lebih banyak menghabiskan waktu disana ketimbang di rumah mereka sendiri, rumah itu hanya mrnjadi tempat istirahat dan tempat memadu kasih bagi mereka.
Tetapi belakangan ini Murni menghentikan kegiatan main games nya, ia fokus belajar karena awal bulan ia mengikuti ujian Paket B. Ibu Mega sudah mengatur pendaftaran ujiannya bersama teman- teman Murni yang ikut ujian Paket B.
***
Karena kesibukan mereka ini, hingga tidak ada yang punya waktu untuk memasak. Biasanya Richman dan Murni bergantian memasak makanan, tetapi sekarang makanan mereka sudah di tangani Mbo Minah, setiap 3 kali sehari makanan itu diantarkan Hasnah.
Minggu sore yang cerah Murni menyempatkan diri ke rumah Mbo Minah. Sudah lama ia ingin berkunjung tetapi kesibukannya persiapan Ujian Nasional paket B, dia hampir tak punya waktu luang. Sekarang setelah ujian usai dia sudah bisa melakukan aktivitas yang lainnya. Ini kali pertama dia membawa mobil sendirian di kampung, jadi ketika keluar dari mobil Mbo Minah terkejut melihatnya. "Ya Allah, aku kira tadi siapa yang datang, ternyata kamu Mur....", mbo Minah menghampirinya dan menepuk bahu Murni.Mereka betpelukan sejenak melepas rindu. Rita dan Hasnah melongo. Mereka lebih terkejut lagi. Si kembar yang sejak tadi bermain HP melompat berdiri menarik rok ibunya kalang kabut minta diajak naik mobil. Murni menekan remote mobil, dan menyuruh Hasnah membawa si kembar ke mobil agar berhenti rewel. Seketika mereka berlari masuk ke mobil dan melompat-lompat didalamnya. Hasnah pusing ia jadi menunggu kedua anak itu di dalam mobil.
Tak lama suami Rita keluar dari dapur, Murni terkejut melihatnya. " Kak Zul, kapan datangnya?", Murni menyalaminya. "Ke.....kemaren", Zul menjawab dengan gugup. Dia tak menyangka bertemu Murni yang sudah berbeda.
Murni masih ingat dulu ketika masih di Banjar, Zul suka menggodanya, membawakan keranjang dagangannya dan menemaninya berjualan. Tetapi dia tidak ingin memberikan tanggapan Zul yang terus menggodanya, karena Rita kakak sepupunya sangat suka demgan Zul. Selain itu dia tidak tertarik dengan Zul. Riita menyenggol pinggang suaminya yang tampak terkesima memandang Murni. Murni pura-pura tak melihatnya. Agaknya Rita masih cemburu.
Sebelum menikah dengan Rita, Zul sangat tergila-gila dengan Murni. Tetapi Murni tidak pernah membalas cintanya. Baginya Zul hanya teman yang baik. Apalagi dia sudah jadi kakak iparnya. Murni memilih pindah dari rumah pamannya Sahril orangtua Rita dan Hasnah. Ia memilih menyewa rumah kecil sendiri di dekat pasar, daripada tinggal di rumah itu dan selalu dicemburui Rita yang tinggal di rumah itu juga bersama suaminya. Tidak jarang Rita marah-marah kepadanya untuk alasan yang tidak jelas.
Zul menatap Murni tak percaya. Murni yang dilihatnya sangat berbeda dengan tiga tahun silam. Gadis manis dengan hitam pekat berkilau. Gadis yang selalu membawa keranjang besar setiap pagi membawa barang dagangan kue-kue basah di pasar Batuah¹, Martapura. Pakaiannya lusuh. Terlihat sekali tidak banyak punya pakaian. Karena pakaiannya hanya itu-itu saja.
Zul pernah menanyakan kel beberapa orang pintar untuk melihat-lihat² Murni, bagaimana Murni? bagus apa tidak ? cocok apa tidak dia bila jadi jodohnya? Hasilnya ada kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya Murni gadis yang pantas diperjuangkan ia bak kejora yang membawa keberuntungan. Dia cantik dan baik. Kabar buruknya gadis itu kurang cocok untuknya. Kenyataan yang dia lihat hanyalah kekurangannya saja. Murni gadis yatim piatu bukan dari keluarga yang mampu, Murni tidak berpendidikan. Lalu keberuntungannya dimana ? Parahnya lagi Murni tidak memahami isi hatinya. Ia tak pernah membalas cintanya. Dan akhirnya dia tau dari Rita kakak sepupu Murni buta huruf. Pantas saja Murni tidak pernah membalas surat cintanya.
Tapi pandangannya yang salah itu sekarang telah menyilaukan matanya hingga terasa sakit bila di buka. Di depannya sekarang Murni begitu berkilau bagai bintang kejora dengan keanggunannya dan kecantikannya membuat dia berdecak kagum. Siapa lelaki beruntung yang memiliki bintang kejora itu ?
Zul terus menatap Murni tanpa berkedip.Hingga ia tak sadar kalau Rita istrinya beberapa kali menyenggol-nyenggol pinggangnya. Rita tidak tahan dengan rasa cemburunya hingga dia menginjak kaki Zul dengan sandalnya yang berat. "Aww....sakit", Zul meringis dia merunduk mengusap kakinya yang sakit. Mata Rita melotot menatap Zul. Suaminya tersenyum kecut.
Murni tidak memperhatikan adegan itu ia terlalu asyik bercakap-cakap dengan Mbo Minah dan Raudah. Mereka sibuk mempersiapkan keberangakatan haji bulan depan.
______
¹ nama pasar di Martapura, Banjar masin, Kalsel
² melihat secara supranatural
Bạn cũng có thể thích
bình luận đoạn văn
Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.
Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.
ĐÃ NHẬN ĐƯỢC