"Dimana Ilham?" tanya Andi menerobos markas Pentolan Altamevia. Markas mereka bukan gudang seperti preman pada umumnya, namun sebuah warung kecil milik Abah dan Emak. Begitu mereka menyebut sepasang suami isteri yang mengelola warung tersebut.
"Di dalem" jawab Farhan. Farhan merupakan salah satu Anggota Altamevia yang tampan, namun dingin. Wajahnya datar tanpa ekspresi namun mematikan.
"Gimana?"
"Tadi gue lagi bawa motor sendiri mau ke markas. Tiba-tiba ada tiga orang anak Kartini ngeroyok gue" jawab Ilham. Wajahnya penuh dengan darah kering dan lebam. Padahal Ilham termasuk anggota yang ramah dan cablak. Ia yang selalu membuat Pentolan ini selalu hidup. Penghibur dikala mereka lelah usai tawuran.