Irona tersenyum bersama wajah yang menelungkup. Ia berhasil membuat Aksa merasa bersalah, dan sampai saat ini Aksa masih berbicara lembut padanya.
"Sayang bangun, dong" bujuk Aksa.
Irona berpura-pura menguap. Hal ini sengaja ia lakukan untuk melihat seberapa benar Aksa menerima ia apa adanya. Setelah menguap, Irona sengaja mengorek-ngorek lubang hidungnya untuk mencari beberapa harta karun yang tersimpan. Ia juga berpura-pura tidak menyadari kehadiran Aksa di dekatnya.
"Sayang"
Irona memberhentikan jari telunjuk yang sedang memutar di dalam lubang hidungnya.
"Aksa? Sejak kapan kamu disini?" tanya Irona mengeluarkan jari dan mengelapnya pada seragam dengan sembarangan. Ia juga memperhatikan setiap gerak gerik Aksa, serta seberapa menjijikan tatapannya pada Irona.
"Kamu nggak sadar aku disini?" tanya Aksa.
"Enggak. Aku tadi tidur, nggak tau kamu disini"
Aksa terlihat mendengus. "Kamu masih marah sama aku?" lanjutnya pelan.
"Enggak. Siapa yang marah?"