Jimin hanya bisa menunduk merasakan aura mencekam di sampingnya. Ia bingung lebih baik pergi atau tetap seperti ini. Jimin pun menghembuskan nafasnya agar lebih tenang dan mencoba bangkit dari sana.
"Em.. S-sebaiknya a-ku pergi." Saat akan pergi namun lengannya di tahan oleh seung gi dan jong suk.
"Mau kabur lagi hum?" Ucap seung gi sambil menatap tajam pada jimin.
"Di sini saja jimin aku masih ingin mengusap perut mu." Ucap jong suk sambil tersenyum.
"Hey, kau! kenapa kau ada di sini?!" Ucap seung gi sambil menatapnya tajam.
"Aku hanya ingin bertemu jimin." Ucap jong suk santai.
"hyung sudah! kalian tidak malu jika ada yang melihat kalian yang kekanakan seperti ini?"
"Ayo kita pulang." Ucap seung gi yang sudah membalikkan tubuhnya dan tangan nya menyeret tangan jimin.
"Seung gi-ah.. Kakek sakit." Seung gi pun menghentikan langkahnya dan jimin pun di buat heran karena seung gi tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Sudah satu bulan yang lalu kakek sakit. Dia ingin kau datang dan juga jimin." Jimin pun menolehkan kepala ke arah jong suk dan jarinya terangkat menunjuk tepat di wajahnya sendiri sambil bibirnya bergerak membentuk kata "𝘢𝘬𝘶".
"Iya jimin, kakek sudah mencari kalian cukup lama terutama kau jimin dan berakhir kakek yang putus asa tak kunjung mendapat kabar baik dan berakhir beliau jatuh sakit. Kumohon seung gi-ah pulanglah dan bawa jimin juga kerumah." Mohon jong suk pada seung gi.
"Tunggu, tunggu.. Aku masih tak paham dengan ini semua.." Ucap jimin frustasi
"Yah.. Mungkin sudah saatnya kau tahu semuanya." Jimin pun menoleh pada seung gi yang akhirnya buka suara.
"Apa maksudmu hyung?" Ucap jimin yang kini menatap seung gi menuntut penjelasan atas maksud dari ucapannya.
"Jimin sebenarnya kau adalah cucu dari Lee Hyo seop Pemilik dari perusahaan HS Group. Perusahaan besar yang bergerak di bidang industri, jasa dan IT."
"A-apa?" Jimin membelalakkan matanya tak percaya.
"Ne dan kau tau lee jong suk juga sepupumu sama seperti ku. Dia adalah putra dari kakak perempuan dari ibu mu, lee so young." Ucap seung gi.
"A-astaga aku benar-benar tak percaya." ucap Jimin yang masih sulit mencerna penjelasan dari Seung gi.
"Sekarang aku mohon pulanglah ke korea temui kakek. Kakek sangat ingin bertemu dengan kalian termasuk jimin."
"𝘏𝘢𝘩.. Baiklah aku akan kembali ke Korea bersama jimin."
" Wah.. Terima kasih seung gi-ah." Ucap jong suk yang kini memeluk seung gi dan jimin bergantian. Akhirnya jong suk tak sia-sia pada pencariannya selama ini. ia akan pulang membawa orang-orang yang selama ini telah di nantikan kedatangannya.
.
.
.
"Bagaimana? kalian sudah menemukan nya? Ini sudah tujuh bulan tidak bisakah kalian memberiku kabar baik hah!" ucap seseorang dengan emosi yang tak terbendung lagi.
"M-maaf tuan kami belum bisa menemukannya." Ucap salah satu orang suruhannya dengan gugup dan menunduk.
𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠
"Aarrrgh... Sialan!" Jungkook dibuat frustasi pada orang di depannya. sebegitu tak becusnya orang-orang itu. Saat jungkook bingung untuk memikirkan rencana apa lagi yang harus ia buat untuk menemukan jimin tiba-tiba salah satu orang suruhan jungkook masuk ke ruangan itu dengan tergesa.
"Tuan...tuan... Aku menemukannya.. Aku sudah menemukannya.. Hah..hah..hah.." Ucap pria itu sambil mengatur nafasnya.
"Kau apa?"
"Aku sudah menemukannya tuan!"
"Dimana dia?"
"Dia ada di Bangkok tinggal di sebuah mansion di kawasan elite Sukhurnvit Road. Dia tinggal dengan pria kaya bernama Lee seung gi."
"Lee seung gi? Bukankah dia pemilik dari SG Group? Kita juga punya kerja sama dengan perusahaan itu. Jadi dia sekarang menjadi jalang dari klien ku? Bisa-bisanya dia sekarang dengan orang lain. Aku akan membawamu kembali jalang kecil bagaimana pun caranya."
"Em.. Tuan aku tak yakin mengatakan ini tapi, saat aku melihatnya terakhir kali dia berada di halaman mension itu dengan di temani seorang pengawal dan aku lihat dia seperti... Em.. Seperti..."
"Seperti apa brengsek! Bisa kah kau langsung saja.." Pria itu terkejut karena bentakan jungkook.
"M-maaf tuan. Seperti orang yang sedang hamil tuan karena perutnya yang membuncit seperti wanita yang hamil 7 bulan"
"A-apa?"
"Ne tuan saya sangat yakin, oh ya saya juga mempunyai fotonya." Pria itu pun menunjukkan sebuah foto jimin yang menggunakan sweater tipis warna abu sedang memegang perutnya yang besar. Jungkook terkejut dengan foto itu. Bagaimana jimin bisa hamil? Anak siapa? Apa itu anak dari pria yang saat ini bersamanya?
"Sialan! Aku tak peduli dia hamil anak siapa yang aku inginkan sekarang kalian bawa dia padaku secepatnya."
"Ne tuan." orang-orang itu pun segera pergi dari sana untuk melaksanakan tugas baru mereka.
"Sialan kau jalang! Sekarang kau bermain dengan pria kaya itu? Baiklah aku akan membawamu kembali dan menghukum mu." Ucap jungkook yang kini sedang tertawa dengan perasaan berkecamuk yang ada di hatinya.
.
.
.
Jimin masih bingung dengan apa yang di jelaskan jong suk padanya saat di taman karena jimin tak pernah mengetahuinya. ini semua karena ayah dan ibunya seolah menutup mata dan bungkam dari semuanya.
Saat ini jimin sudah berada di mansion dengan seung gi dan jong suk, mereka di ruang tengah terdiam dengan pikiran masing-masing. Jimin masih penasaran dengan kebenaran dari keluarga ibunya yang di sembunyikan darinya terutama kedua orang tuanya yang selama hidup jimin tak pernah mendengar apa-apa tentang keluarganya yang lain kecuali keluarga ayahnya yang tak menyukai keberadaannya dan alasannya pun jimin juga tak mengetahuinya.
"Hyung bisa ceritakan yang sebenarnya kenapa sampai sekarang aku baru tahu bahwa aku masih punya seorang kakek dan beliau juga sampai mencari ku." Ucap jimin sambil melihat secara bergantian ke dua hyung sepupunya. Seung gi pun menghela nafas dan mulai membuka suara.
"Hah... Begini jimin..."
Flashback
23 𝙩𝙖𝙝𝙪𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙖𝙡𝙪.
Dikediaman keluarga Lee biasanya suasana yang tenang saat ini menjadi mencekam.
"LEE CHAE RIN! BERANI-BERANINYA KAU BERHUBUNGAN DENGAN PRIA PARK ITU? AYAH SUDAH MENGATAKAN PADAMU JAUHI PRIA ITU." Ucap Lee hyo seop yang tengah marah karena putri bungsunya yang membangkang .
"Ayah, aku sangat mencintai seung heon. Aku ingin bersamanya kumohon mengertilah.." Sang ibu lee mi kyung hanya bisa diam tak berani untuk angkat bicara karena sikap keras suaminya.
"Mengerti katamu?! Kau yang harusnya mengerti Lee chae rin! Apa kau tahu ayahnya itu sudah membuat perusahaan ayah dalam masalah dan hampir bangkrut!"
"Tapi ayah..."
"Cukup! Ayah tidak mau mendengar lagi!" Hyo seop pun masuk ke dalam ruangannya meninggal kan putrinya yang kini nenangis.
"Ibu... Aku sangat mencintainya.." Chae rin pun memeluk ibunya.
"Maaf sayang ibu juga tak bisa berbuat apa-apa untukmu."
Akhirnya chae rin pun masuk ke kamarnya. Ia pun bersiap untuk menemui seung heon kekasihnya.
Saat ini Chae rin bertemu dengan kekasihnya Park seung heon di taman kota yang berjarak sedikit jauh dari rumah mereka karena hubungan mereka sangat di tentang oleh ke dua keluarga. Saat ini mereka bingung harus bagaimana karena Chae rin dan seung heon saling mencintai mereka ingin terus bersama apapun caranya.
"Seung heon-ah kita harus bagaimana? Aku tak ingin berpisah dengan mu." Ucap Chae rin pada kekasihnya.
"Kita pergi saja Chae rin. Kita akan tinggal di tempat yang jauh dari mereka. Kita akan hidup bersama membina kehidupan baru dan keluarga kita sendiri bersama anak-anak kita nanti."
"T-tapi bagaimana.."
"Kau tak perlu khawatir aku punya 𝘶𝘢𝘯𝘨 tabungan dan juga nanti aku akan mencari pekerjaan untuk kehidupan kita.
"Baiklah seung heon-ah aku akan membantu juga. Kita buat kebahagiaan kita sendiri."
"Ne kalau begitu besok di bandara kita bertemu di sana pukul 6 pagi. Hari ini aku akan mengurus paspor serta tiketnya."
"Ne seung heon-ah aku pergi dulu untuk bersiap. Sampai besok seung heon." Mereka pun berpisah di taman itu dan akan bertemu kembali keesokan harinya
Dan rencana pun terlaksana. Mereka kemudian meninggalkan korea tanpa ada yang mengetahuinya.
Keluarga Lee dan Park yang mengetahui anaknya lari mulai mencarinya sampai luar negeri namun nihil tak dapat menemukan keduanya sampai 2 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 lamanya mereka mencari tetap tak mendapat hasil ke duanya seperti hilang di telan bumi.
Tanpa mereka tahu Chae rin dan seung heon telah menikah satu minggu setelah pelariannya dan saat ini ke duanya tengah berbahagia dengan putra pertama mereka yang mereka beri nama Park jimin saat ini jimin kecil berumur satu tahun kehidupan mereka bahagia dan seung heon memiliki Restoran dengan tiga cabang.
Kehidupan mereka semakin baik dan setelah 9 tahun berlalu Chae rin dan seung ho mempunyai putra ke dua yang mereka beri nama Park jihoon.
Dan sampai pada 6 Tahun kemudian. kehidupan mereka yang indah sekejap saja musnah semenjak keluarga Park mengetahui keberadaan mereka yang tinggal di seoul. Ya.. Mereka pulang ke seoul karena rindu pada negaranya. saat itu ayah ibunya sedang menuju ke daegu untuk mengunjungi restoran yang akan di resmikan namun sebuah kejadian tak terduga mobil mereka mengalami rem blong pada saat itu mobil melaju kencang karena lengangnya jalanan saat itu. Dengan perasaan bingung dan pasrah , menit setelah mobil itu jatuh.
Setelah kematian ke dua orang tuanya jimin dan jihoon masih tinggal di rumah peninggalan orang tuanya. Karena keluarga dari ayahnya tidak ada yang mau merawat mereka dengan berbagai alasan dan akhirnya jimin dan jihoon pun memutuskan untuk tetap tinggal di rumah itu.
Flashback off
"Setelah mendengar kematian orang tuamu kakek berusaha mencari kalian karena bagaimana pun kalian adalah putra dari putri bungsunya namun kakek yang tak mengetahui informasi tentang kalian dari foto bahkan tempat tinggal kalian kakek hanya bisa berharap dan saat harapan itu ada kala seung gi mengetahui keberadaan kalian dia juga ikut menghilang. Dan berakhir kakek yang sakit." Ucap jong suk menambahkan.
"Jadi hyung kita harus bagaimana? Apalagi kondisiku seperti ini. Aku... Tak berani untuk menemuinya." Ucap jimin dengan mata yang berkaca-kaca.
"Baiklah sekarang aku tanya padamu kenapa kau bisa hamil? Apa kau sudah menikah?" Tanya jong suk dengan menatap jimin lekat melihat respon dari pertanyaannya.
"I-itu....
"Aku akan menceritakannya padamu. Karena aku tahu semua yang jimin alami." Sela seung gi dengan menatap sendu pada jimin yang kini menunduk dengan mata yang berkaca-kaca.
Tbc