Dengan segera Agnes meraih gelas berisi air, tapi langsung di singkirkan oleh Anna. Ia ingin membiarkan Agnes tersendak sampai tersiksa sedikit lama. Kemudian baru menyerahkan kepada Agnes. Agnes merasa ia tidak sanggup lagi untuk tinggal di rumah ini. Rumah yang seperti neraka untuknya.
selesai meminum air. mata Agnes melihat ke arah Roy yang berang.
dengan wajah berang, Roy menatapi wajah Agnes dengan tatapan tajam.
"Makanan apa ini," pekik Roy yang murkah. ia menyiramkan sisa tempeh yang di iris tipis dan di masak dengan tepung yang hambar.
"Makanan manusia, memangnya makanan binatang?" balas Agnes yang tidak kalah marahnya dengan Roy.
Anna langsung berdiri dari tempat duduknya dengan wajah penuh kemarahan.
Plak
Sebuah tamparan melayang di wajah Agnes.
"Menantu macam apa kamu ini, masak saja tidak becus dan makanan apa ini. Kau kira kami ini hewan ternak apa?" maki Anna dengan menujuk berapa lauk yang ternyata hanya isi tempe, sayur hijau dan sup jagung dengan banyak air.
Agnes menyentuh sebelah wajahnya yang mati rasa, kemudian ia merasakan air hangat menurun dari atas kepalanya.
"Ini sup apaan, penuh air dan encer?" timpal Gisela yang ikutan ibu mertuanya menzolimi Agnes.
Brukk..
Martin memukul meja dengan kedua tangannya.
"Anna, Gisela, Roy kalian ini punya contoh baik tidak?" geram Martin dengan wajah berang.
Anna hendak bersuara, tapi tersangkut di tenggorakkannya. Begitu juga dengan Gisela. Roy hanya diam membisu.
"Kalian bertiga, cepat minta maaf pada Agnes!" ucap Martin yang tetiba membela Agnes.
"Kek, ini kan bukan salah Mommy dan nenek. Kenapa harus minta maaf sama tante Agnes," timpal Rose membela keduanya.
"Kau diam, siapa yang ajarin kalian buang makanan. Etika mana yang membuang makanan ke lantai dan menyiram ke makanan ke wajah Agnes," Martin masih berang, soalnya makanan yang di hidangkan merupakan makanan kesukaannya dan ia belum sempat cicipi.
Semua sudah di buang sia-sia oleh mantan menantu, istri dan putranya yang kurang ajar. Setidak sukanya Martin dengan Agnes, ia sangat menghargai makanan dan tidak suka dengan orang yang menyia-yiakan makanan. Apalagi sampai di buang seperti itu.
Semua menundukkan kepalanya, tidak ada yang berani bersuara.
Agnes berdiri dari tempat duduknya.
"Seharusnya ibu mertua yang mempersiapakan semua bahan mentah makanan. Agar aku bisa masak, ini dapur kosong oblong dan kau mas, aku sungguh kecewa denganmu. Bukannya bicarakan baik-baik, pakai acara membuang makanan. Apalagi ini makanan kesukaan ayah mertua," jelas Agnes yang melangkah pergi dari ruang dapur. Hatinya sungguh sedih dengan perlakuan suaminya.
Jauh di dalam lubuk hati, Agnes merindukan suaminya yang perhatian dan sayang padanya. Tapi semua berubah sejak kedatangan Gisela kerumah. yang sudah mengubah watak Roy yang perhatian menjadi watak pemarah seperti itu.
***
Di ruang keluarga, dada Martin naik turun dratis dengan emosinya yang belum reda. Daripada melanjutkan pertengkaran tiada artinya. Martin memilih pergi meninggalkan keempat orang.
Anna berdecak kesal.
"Lihat, gara-gara istrimu yang tidak berguna itu. bapakmu sampai marah seperti itu kepada kita, Kau lihat saja sendiri makanan ini. Kemana bahan makanan yang mommy beli setiap hari?" protes Anna kepada anak semata wayangnya.
"Sudahlah Bu, ini semua bukan salah Roy. Salah aku juga yang menyebabkan semua ini terjadi," ucap Gisela yang menenangkan ibu mertuanya yang emosional.
"Aku lapar, "timpal Rose mengusap perutnya.
Roy melirik ke putrinya yang memasang wajah memelas karena lapar. Ia pun mengajak Rose dan Gisela serta ibunya untuk makan di luar. Untuk ayahnya, Roy akan memutuskan memberikan makanan lain. Karena ia tidak ingin menganggu ayahnya yang sedang menenangkan diri.
Di tempat makan, Gisela sengaja menghubungi para pemburu berita untuk merekam agenda kemestraan mereka yang terkesan akan kembali rujuk lagi setelah perceraian. Dalam waktu cepat, berita tersebut menyebar seperti kilat di media social. Banyak yang mendukung keputusan Gisela dan Roy untuk kembali rujuk agar Rose dapat hidup sebagai keluarga lengkap. Tak lupa berapa awak media mewancari keduanya.
"Doian saja," ucap Gisela tersipu malu.
Sedangkan Roy hanya memasang wajah senyum.
Rose segera mengatakan kedua orangtuanya sudah tidak bertengkar lagi dan kini ibunya tinggal bersama mereka. Perkataan Rose membuat para pemburu berita semakin gencar-ngecar mengorek berita selanjutnya.
Bahkan tanpa malu, Gisela menginap di rumah Roy. Dengan alasan Rose yang meminta dan berapa hari ia tidak bekerja. Gisela ingin membuat Agnes segera di depak keluar dari rumah Roy.
Berapa awak media memadati depan rumah Roy untuk mendapatkan kabar berita hangat yang akan menjadi sensasi topik di media berita.
Agnes yang selesai belanja, di hampiri para awak media untuk di mintai pertanyaan.
"Lihat ada pembantunya Roy," ucap berapa awak media kepada rekannya.
Agnes hanya bisa tersenyum lirih, lagi-lagi ia di kira sebagai pembantu. Luka yang di timbulkan suaminya masih belum hilang semalam, kini harus menerima banyak pertanyaan wartawan soal hubungan suaminya dengan mantan istri yang katanya telah rujuk kembali dan sekarang tinggal bersama-sama lagi.
"Saya tidak tahu," ucap Agnes mendorong semua awak media menjauh darinya.
"Ciaaahh… jadi pembantu kok sombong sih," teriak para awak media yang kesal kepada Agnes yang bersikap kayak tuan rumah.
Sesampai di dalam rumah, lagi-lagi Agnes melihat pemandangan yang sunguh membuatnya marah.
Brukk
Satu tas anyaman berisi sayur di lempar ke arah keduanya yang akan berciuman. Yang sedang duduk bersama-sama di sofa tamu dengan Rose di samping Gisela.
"Apaan kamu ini, bagaimana jika tas busukmu mengenai putriku?" maki Gisela dengan suara nyaringnya.
Roy mendekati Agnes dengan wajah berang. Ia mengangkat satu tangannya dan tamparan melayang di wajah Agnes yang merah padam.
Plak.
"Ibu tiri macam apa kamu ini, kau tidak lihat anakku di samping Gisela. Kalau terjadi apa-apa dengan anakku, kau akan ku bunuh!" pekik Roy dengan nada marahnya.
Agnes mendorong dada suaminya yang bidang.
"Suami macam apa kau ini, aku istrimu di jadikan pembantu seperti ini. Sedangkan simpananmu di jadikan layaknya istri," pekik Agnes dengan suara tak kalah hebatnya dengan Roy.
"Jaga mulutmu," bentak Roy geram.