Beberapa hari setelah ledakan itu, kondisi kamp akhirnya berangsur pulih. Bantuan dari pusat sudah datang dan prajurit yang terluka juga membaik. Bagi mereka yang mengalami luka ringan sudah sembuh dan mulai bisa beraktivitas.
Prajurit kembali bersemangat karena para pelatih selalu menyemangati mereka untuk menaikkan kembali moral yang sempat anjlok.
"Bersemangat dan teruslah berjuang!"
Mereka hanya tahu kalau perjuangan itu demi negara walau sejujurnya itu hanyalah doktrin semata. Para penguasa terlalu ambisius dan egois. Demi mencapai tujuan, mereka rela mengorbankan banyak nyawa.
Tidak peduli berapa banyak yang akan dan sudah mati, mereka harus memenangkan perang.
Di antara semua prajurit, Hades dan Heracles adalah yang paling memiliki kesadaran tinggi dibandingkan yang lainnya. Yah, memang levelnya berbeda.
Hari ini, sesuai dengan penglihatan Hades, makan Zeus akan datang menemui anaknya.
Hades tidak mau memberitahu dan juga tidak ingin terlibat lebih jauh dengan urusan saudaranya itu. Terlebih lagi, dia tidak ingin bertemu dengan Zeus dan akhirnya bisa menyebabkan perang saudara pecah di muka bumi.
Kekuatan mereka terlalu besar dan jika bertarung di bumi, bisa menyebabkan kerusakan yang tidak sedikit.
"Aku akan ke sungai itu, apa kau ikut?" tanya Heracles mengajak Hades.
Dia dan beberapa temannya sudah bersiap untuk berenang atau lebih tepatnya mandi.
"Kau saja, aku nanti," jawab Hades.
Seorang dari mereka tertawa dan mengejek Hades yang jarang mandi. Hampir tidak pernah mereka melihat Hades mandi. Anehnya, badan lelaki itu tidak berbau atau busuk. Dia terlihat rapi dan juga bersih sama Heracles yang rajin mandi. Entah kapan jadwal mandinya.
"Kau kapan mandi?"
Mereka tertawa terbahak-bahak bersama dan menertawakan Hades.
"Kapan saja bisa," jawab Hades.
Melihat tidak ada kemungkinan bahwa ajakan mereka akan dipenuhi, Heracles mengajak teman-temannya pergi saja dan berhenti menggoda Hades atau bisa saja berakhir dengan perkelahian yang tidak penting.
Sejak kejadian beberapa hari lalu, mereka menjadi lebih sopan dan respek kepada Hades.
"Lain kali kalau kau mau ikut, kau bisa datang saja," teriak Heracles.
Sejujurnya, kali ini Hades ini sekali menuruti permintaan teman-temannya. Hanya saja akan sangat berbahaya kalau dia dan Zeus bertemu dengan cara seperti itu.
"Pergilah bertemu ayahmu dan kuharap kita masih bisa berteman setelah ini," kata Hades dalam hatinya.
Dia tidak ingin membayangkan bagaimana pertemuan antara ayah dan anak itu. Apakah akan mengharukan atau malah menjadi awal bencana?
Bisakah Zeus tidak mengatakan bahwa ada Hades di antara mereka, maksudnya, anaknya selama ini berteman baik dengan seseorang yang sudah dia makzulkan dari jabatannya selaku putra mahkota.
"Biarlah terjadi," gumam Hades dan kembali melanjutkan kegiatannya, merakit senjata.
Di tempat lain, Heracles berenang dengan bahagia bersama dengan lima pemuda lainnya. Mereka terlihat senang sampai-sampai lupa kalau sebenarnya mereka sedang dipersiapkan ke lubang kematian. Berperang sama dengan mengantarkan nyawa dengan sukarela.
Beberapa menit berenang, Heracles istirahat dan membuka matanya.
"Ayo sekarang giliran kalian!" ucapnya terkejut begitu menyadari hanya ada di seorang di sana.
"Timmy!"
"Jonas?"
Heracles memanggil nama teman-temannya yang dia ingat dan tidak ada jawaban. Bahkan, ketika dia memeriksa sekelilingnya, kondisi ini agak berbeda dengan yang sebelumnya. Ada yang aneh.
"Siapa di sana?" teriak Heracles dengan nada menantang.
Dia tidak takut pada hantu atau hal astral lainnya. Dia setengah dewa dan harus berani dengan segala kondisi. Selama lawannya hanya manusia biasa, akan sangat mudah menghadapinya.
"Tunjukkan wujudmu dan hadapi aku!" tantang Heracles sudah tidak sabar. Semakin lama dia menunggu semakin tidak sabar dan tidak baik pula bagi kesehatan mentalnya.
Melawan musuh yang tidak diketahui lebih menakutkan dibandingkan dengan lawan yang nyata di depan mata.
"Jangan sembunyi! Kau harus berani!" teriak Heracles lagi.
Kali ini kesabarannya hampir habis.
Anak-anak Zeus sejujurnya tidak ada yang penyabar dan tabah. Kebanyakan dari mereka begitu angkuh, walau memang banyak juga yang baik dan membantu umat manusia.
"Kau sudah tidak sabar?"
Terdengar suara yang begitu mendominasi di telinga Heracles. Dia sangat terkejut kenapa suara itu sepertinya tidak asing? Apakah dia pernah mendengarnya atau pernah bertemu ketika kecil?
Tidak mungkin! Dia hanyalah anak yang dibuang.
"Siapa kau? Jangan jadi pengecut! Muncul dan hadapi aku!"
Heracles semakin berani dan ingin membuktikan bahwa dia bukan manusia biasa. Walau hanya setengah dewa dia harus berani menghadapi iblis atau dewa atau apa pun yang sedang mengganggu dirinya.
"Baiklah," ucap Zeus sambil menunjukkan wujudnya dalam bentuk seperti manusia.
Sebenarnya Heracles bisa saja melihat dewa dalam wujud mereka karena dia memiliki darah dewa. Namun, jika itu manusia biasa bisa mati jika menatapnya dengan jelas.
Lalu bagaimana Zeus selama ini bertemu dengan kekasihnya yang kebanyakan manusia? Apakah selalu di malam hari? Apakah bisa dikatakan sebagai kekasih gelap karena memang tidak terlihat jelas?
"Kau? Siapa?" tanya Heracles sambil curiga dan waspada kalau seseorang itu menyerang dirinya.
"Kau tidak mengingat aku?" tanya Zeus tanpa rasa bersalah.
Ada begitu banyak anaknya tersebar. Itupun kalau Hera tidak menemukan mereka dan membunuhnya, bahkan sebelum lahir. Kecemburuan Hera sudah terkenal dan itu seimbang dengan kemesuman Zeus yang sepertinya memiliki motto bahwa semua wanita cantik harus menjadi miliknya.
Dari sekian banyak bencana yang terjadi, Zeus sepertinya sama sekali tidak berniat bertobat atau berhenti memiliki anak di mana-mana. Entah itu memang sekadar nafsu atau dia berambisi memiliki banyak anak di seluruh penjuru.
Hanya Zeus yang tahu.
"Kau tidak mengingat? Kau sungguh melupakannya," ucap pria yang lebih tua.
Heracles terdiam dan mencoba mengingat-ingat. Ingatan masa kecilnya tidak banyak dan tentu saja tidak ada soal orang tua aslinya. Jadi, jangan salahkan kalau dirinya tidak mengenal ayahnya.
"Kau?" ucap Heracles dengan ragu.
"Iya, itu aku," balasnya.
"Apa urusanmu?" tanya Heracles seolah sudah bisa menebak siapa pria itu.
Dia adalah lelaki yang tidak bertanggung jawab terhadap kekasihnya dan membiarkan anaknya menderita tanpa status dan pertolongan.
Haruskah Heracles berterima kasih atas darah yang mengalir dalam dirinya atau mengutuk masa kecilnya dan kehidupannya yang menyedihkan?
"Begitukah caramu menyambut ayahmu?" tanya Zeus dengan nada stabil seolah dia tidak memiliki rasa bersalah sama sekali.
"Seharusnya bagaimana cara anak yang terbuang menyapa ayahnya?"
Balasan Heracles itu menyakiti hati Zeus karena dia langsung teringat pada saudaranya yang terbuang karena dirinya. Akankah Hades menyalahkan Titan atau menerima ayahnya seperti sediakala setelah pembuangan itu berakhir.
Kata-kata pembuangan dan terbuang menjadi sangat sensitif.
"Aku hanya sebentar dan ada yang ingin disampaikan," ucap Zeus.
Walau dia berambisi dan memiliki keinginan yang kuat, kepada anak-anaknya, Zeus bisa menjadi sangat lembut.
Tak punya pilihan, Heracles memenuhi keinginan pria itu. Setidaknya, dia sudah menemukan jati dirinya. Entah dia sedih atau bahagia.
— Chương tiếp theo sắp ra mắt — Viết đánh giá