Di kelas 1-C
Setelah Ayami saling sapa dan berbincang-bincang dengan Mawaru, Ayami langsung menandatangani kertas yang disodorkan Madarame dan Hiyori "Nah, selesai."
"Terima kasih Kana Ayami-chan," kata Hiyori yang kegirangan mendapat tandatangan idol itu. "Aku mengagumimu."
Tapi, dalam hati Mawaru sangat ingin memasang muka bersengutnya
Mereka terlihat senang ….
"Akan kusimpan seumur hidup." Kata Madara dengan senangnya.
Kemudian Mawaru mendekat dan berbisik pada Madara "Oiii! Kaede bagaimana dong."
"Hm~ itu tidak ada hubungannya denganku." Kata Madara dengan entengnya.
Yah begitulah. Sebenarnya Mawaru dan Madara terlihat dekat karena telah menceritakan kejadian malam itu, soal Kaede. Selain itu, Mawaru juga bisa membaca hati Madara dan rasanya ia jadi teringat seperti bersahabat dengan Tamako.
"...."
Sementara itu, Fuyuki hanya melihat kekonyolan mereka berdua. Fuyuki cukup pendiam dan tenang sehingga membuat perhatian Ayami tersirat padanya.
Ayami berpikir "Mungkin dia malu untuk mengungkapkannya padaku."
Ayami akhirnya bertanya dan menawarkan diri pada Fuyuki "Lalu, kau? Tidak meminta tanda tanganku juga?"
"Oh aku ya!? Maaf aku hanya mengantar mereka." Fuyuki tidak tertarik dengan hal-hal seperti ini. "Aku juga tidak membawa kertas khusus." Fuyuki mengatakan dengan muka datarnya.
Seketika membuat mereka semua bergeming.
Ayami yang tadinya bersemangat terlihat sedikit memasang muka kaku dengan tangan yang tadinya pede menandatangani kertas mereka berdua.
"Kalau begitu aku pulang dulu ya. Dah!" Fuyuki melangkah ke daun pintu kelas 1-C dan meninggalkan obrolan mereka. Pikinya, "Yang penting mereka sudah selesai tanda tangan."
"Oi~ kau akan menyesalinya loh." Kata Hiyori mengejeknya.
"Husst Hiyorin!" Mawaru melarang Hiyori bersikap seperti itu pada Fuyuki.
"Hati-hati di jalan, Ketua." Mawaru tetap menyambut kepergiannya.
Dalam hati Ayami ... "Hiyorin?" Ayami melihat Mawaru yang sepertinya ia sangat memperhatikan Hiyori, "Apa mereka pacaran?" pikirnya ....
"Apa mungkin temannya cemburu karena hubungan mereka dekat?" Ayami bertanya-tanya tapi tidak mungkin bertanya langsung pada Mawaru, "Sepertinya hubungan mereka bukan seperti itu ...."
"Ah, maaf minna-san ... jangan terlalu dipikirkan, dia (Fuyuki) memang seperti itu)." Kata Mawaru yang kembali menghidupkan suasana.
Akhirnya Ayami tidak terlalu memikirkan Fuyuki dan kembali berbincang-bincang lagi dengan teman-temannya itu.
....
Sementara itu ....
Teman-teman Fuyuki yang membicarakan dirinya membuat hidung Fuyuki merasa gatal. "Hacchuu! Eh, aku bersin." Fuyuki segera menutupi hidungnya dengan tangan kirinya kemudian mencari-cari tisu di tasnya. "Gara-gara minuman dingin tadi mungkin." Pikirannya yang logis dan tidak aneh-aneh.
Tiba-tiba, ada langkah seorang wanita dari arah lorong mendekatinya.
'TAP TAP TAP'
Ternyata gadis berambut hitam sebahu dan bermata merah itu menghampiri Fuyuki, kemudian menawarkan sebuah kain kecil yang dibawa ditangannya "Perlu sapu tangan?" Nishizono Momo.
"Eh! Kaget aku, kupikir siapa ...." Dari lagaknya sepertinya mereka sudah saling kenal.
(Fuyuki terus memandanginya, namun ia berhasil mendapatkan tisu dan mengelap sedikit ingus di hidungnya) "Kenapa?" tanya Momo yang melihatnya dengan sangat perhatian.
"Tidak apa-apa kok." Jawab singkat Fuyuki.
Lalu gadis itu menoleh ke kanan kiri dan ke segala arah ... "Amankah kalau kita berjalan sekarang?"
"Jangan khawatir." Kata Fuyuki dengan santai.
________
Sebenarnya ini bukan pertemuan Fuyuki dan Nishizono Momo untuk yang kedua kalinya. Mereka sudah saling kenal dan kini berpura-pura untuk tidak saling kenal demi menyembunyikan identitas mereka. Sejak Toushiro Matsuda meniggal, Fuyuki ditunjuk menjadi pimpinan (direktur) dan Nishizono-san adalah pemegang saham perusahaan Miyamoto. Ayahnya adalah dokter di sekitaran daerah Kansai. Orang tua mereka masih memiliki hubungan kekerabatan yang kuat.
****
Malam harinya ....
"Ketua, kenapa kau tadi pulang dulu?" Mawaru kesal pada sikap Fuyuki yang sangat cool itu.
"Yah— kalau boleh jujur sih, sebenarnya aku tak tertarik dengan hal-hal seperti itu." Memang benar Fuyuki mengatakan hal kejujuran dalam dirinya, tidak tertarik dengan idol, anime atau semacamnya .…
"Mou… padahal kau juga populer harusnya kau lebih mudah diajak ngobrol dengan semuanya seperti Ayami, alangkah baiknya kau juga ikut berbaur seperti kita. Bukankah kehidupan ini menyenangkan?" tumben Mawaru terus membual pada Fuyuki. Mungkin Mawaru ingin Fuyuki lebih dekat mengenal teman-temannya itu.
"Menurutmu kehidupanmu menyenangkan? Menurutku, kehidupanku membosankan." Perkataan Fuyuki sesaat membuat suasana menjadi hening.
"...."
Dalam hati Mawaru tidak terima, "Padahal saat berdua bersamaku dulunya ... pikirku dia tak semembosankan itu."
"Eh, tidak juga kok." Mawaru mengatakan dengan cemas.
"Jya, aku mau tidur dulu." Fuyuki pamit menuju kamarnya (padahal baru jam 8 malam).
"Baiklah, selamat istirahat." Mawaru masih mencemaskan Fuyuki ... "Oh, Hiyorin" tiba-tiba Hiyori duduk di dekatnya.
"Mawaru, mungkin suasana hatinya sedang buruk."
"Um, mungkin."
....
Sementara itu, di rumah Ayami.
"Ayami, jangan mandi malam-malam, nanti kena flu lho." Kata Ibunya sambil menyiapkan makan malam.
"Baik."
Beberapa menit kemudian setelah mandi, mereka berdua duduk di ruang santai.
*Rata-rata kebiasaan orang Jepang (Nihon-jin) itu mandi malam hari, sepulang sekolah atau sepulang kerja karena mereka merasa tidak punya cukup waktu di pagi hari.
(Lanjut ....)
"Oh ya, bagaimana sekolahmu sekarang Ayami-chan?" Hari senin, Ayami yang baru hari ini menyempatkan masuk sekolah.
"Hm … Baik. Aku juga bertemu dengan teman lamaku tadi."
"Teman lama?" Tiba-tiba ibunya kepikiran sesuatu ….
"Iya." Jawab Ayami singkat kemudian ia mengambil beberapa nasi di mangkunya dan lauk untuk di makan.
"Oh ya Ayami-chan, aku barusan kepikiran sesuatu … tunggu, aku ambilkan …." Ibunya mengambil sesuatu di kamar dan, Sebuah Jaket!
"Eh? Apa itu—?" kini mulut Ayami penuh dengan mulut.
"Um. Ini tolong berikan ke temanmu ya … pasti ini milik teman lama mu kan? Waktu itu dia menolongku dan membawaku ke rumah sakit."
"Hah!? Memangnya ibu tahu namanya?" Apa benar ibunya Ayami mengenal Mawaru?
"Nah itu di kantong jaket itu ada namanya …." Kata ibunya Ayami dengan santainya.
[ F-U-Y-U-K-I ] Pikirnya "aku tidak tahu siapa orang ini …"
"Bu, sepertinya aku tidak mengenalnya. Tapi, … (sepertinya aku pernah dengar nama ini, dimana ya?)"
"Waktu itu aku bertemu anak laki-laki, dia yang mengizinkanmu ke kepala sekolah. Lalu, aku tiba-tiba pingsan dan berada di rumah sakit. Ketika di rumah sakit seorang gadis berambut pendek menemaniku. Kupikir itu jaket milik gadis itu … ternyata gadis itu juga tidak tahu jaket milik siapa .…
"Hm … ibu tahu ciri-ciri orang itu?"
"Aku tidak begitu—"
"Ini jaket cowok, tapi teman Ayami kan perempuan bu." Jawabnya dengan serius, "Bagaimana dong?"
"Hm …." Ibunya mengerutkan keningnya serasa membebani Ayami.
Ayami tak tega melihatnya. "Baiklah tidak apa-apa. Lalu apa ibu kenal gadis di rumah sakit itu?"
"Iya. Aku juga sedikit lupa kalau kami berkenalan. Namanya ... um ... Ni-nishi ... etto siapa ya ...?" Maklum orang tua pikunan, pelupa. "Ni ... ni-ni-ni (nina bobo wkwkw) Ah! (akhirnya ingat) Nishizono Momo."
"Apa—!? Momo!?" gadis yang duduk di dekat Ayami dan menjadi teman dekatnya. "Ibu tidak salah sebut kan?" tanyanya keheranan.
"Kenapa Ayami?" tanya ibunya yang memandang Ayami amat terkejut keheranan mendengar nama itu
"Bukankah itu gadis yang di kelasku? Dia duduk di kiriku. Dia berambut pendek dan berwarna hitam, wajahnya polos dan memiliki mata merah yang indah … benar kan? bagaimana ibu bisa mengenalnya?" Ayami menjelaskannya begitu saja karena Momo saat ini adalah teman dekatnya di kelasnya.
"Aku juga tidak tahu .…" Ibunya tidak memberikan alasan yang logis.
"Mungkin laki-laki pemilik jaket itu berhubungan dengan Momo." Pikir Ayami, kemudian diam melanjutkan makan sambil memikirkan siapa laki-laki itu.
Selama ini ibunya Ayami buta warna, tapi bukan berarti dia tidak bisa membedakan warna apa pun. Selesai makan dan beres-beres, Ayami menanyakan beberapa hal padanya "Nah, kalau begitu bisakah ibu tunjukkan ciri-ciri laki-laki itu dengan warna yang sama di sekitar kita."
"Em … yang paling mencolok rambutnya. Rambutnya seperti warna nasi dan matanya, seperti warna air laut tapi agak seperti air danau mungkin hmm ... kurang lebih seperti itu, dia tidak begitu tinggi, mungkin sekitar selisih beberapa senti saja denganku." Setidaknya itu yang ibunya ketahui.
"Baiklah bu, terima kasih atas makanannya, aku istirahat dulu."
Ayami menuju kamar, kemudian tidur bersantai di tempat tidurnya sambil memikirkan siapa laki-laki pemilik jaket itu …
Jadi warna rambutnya putih dan matanya berwarna biru? Atau hijau? Hmm ... mungkin Hijau kebiruan? Atau biru kehijauan?. Di jaket itu ada kertas kecil tertulis FUYUKI— "Hm … rasanya aku pernah dengar nama itu … di mana ya?" Mata Ayami enggan terpejam memikirkan laki-laki berambut putih dengan peran perawakan seperti yang ibunya katakan. "E-eto … kenapa malah ingat dia? (teman Mawaru yang dimaksud adalah Matsuda) dia memang berambut putih, tapi kurang jelas aku melihat warna matanya. Kalau dia sih tidak mungkin, dia sepertinya penyendiri?" gumamnya, "etto … namanya— Ma-mat-Matsuda siapa ya? Aku lupa …." Ayami tidak terlalu mempedulikannya tapi dia berpikir keras.
"Eh, kok jadi ingat anak itu sih! (sebal) tidur ah!"
Tapi ketika Ayami memejamkan mata tiba-tiba teringat namanya… "Matsuda! Fuyuki!" Ayami mengatakannya dengan keras "Fuyuki!!! Itu juga nama pemilik jaket ini? Hah!?"
Mendengar Ayami yang berisik malam-malam di kamarnya, Ibunya mengetuk-ngetuk pintu kamar Ayami karena khawatir, "Ayami kenapa? Ada apa teriak malam-malam?"
"Ah— tidak ada apa-apa kok bu, nah aku tidur dulu." Ayami tersipu malu kemudian ia menarik selimutnya menutupi mukanya.
Ibunya akhirnya tak terlalu mempedulikannya "Jangan berisik! Ini udah tengah malam."
"Ya~."
****
Dalam hati Ayami berkata, "Iya aku ingat, nama dia Matsuda Fuyuki, dia mengatakannya di jam istirahat setelah pelajaran olahraga … kenapa aku tidak mengigatnya? Dan ciri-cirinya juga cocok."
"Tapi, anehnya kenapa Momo-san yang menemani ibuku? Bukankah harusnya dia yang ikut menemani? Dia yang mengizinkanku kepada kepala sekolah. Apa kepala sekolah mengetahui sesuatu?" Dalam hati Ayami yang terbayang dipikirannya.
"Jika mereka berdua sudah saling kenal pada waktu ibu di rumah sakit, berarti saat itu bukan pertama kalinya mereka bertemu. Mengapa mereka terlihat seperti tidak saling mengenal satu sama lain?" pikir Ayami, hingga terbawa ke dalam tidurnya.
Mengapa seperti sebuah misteri ...?
"Matsuda Fuyuki, Nishizono Momo …."
"Siapakah mereka?"